NovelToon NovelToon
Duda-ku

Duda-ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:525
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

"hana maaf, rupanya riko hatinya belum tetap, jadi kami disini akan membatalkan pertunangan kamu.. dan kami akan memilih Sinta adik kamu sebagai pengganti kamu" ucap heri dengan nada yang berat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

06

Dengan menggunakan mobil Fortuner, Andri mengantar Hana pulang ke rumah. Hubungan mereka kini menjadi akrab, mungkin karena sama-sama menjadi pihak yang tersakiti.

Di teras rumah, Sinta sudah berdiri tegak, padahal tadi pagi ia sempat masuk IGD karena percobaan bunuh diri.

“Sungguh pemain drama yang unik,” gumam Hana dalam hati.

Hana melangkah menuju rumah, namun belum sampai, Sinta sudah menangis.

“Ka... Hana tega... Ka, Hana tega! Kenapa Kakak merebut tunanganku? Hahahaha!” Sinta menangis keras hingga menyebabkan para tetangga datang.

“Ih, si Hana padahal sudah punya tunangan juga, kenapa juga merebut tunangan adiknya sendiri?” ucap Lusi, tetangga si biang gosip.

“Pantas saja si Sinta merebut tunangan. Lihat saja tunangannya, mobilnya saja bagus,” tambah beberapa tetangga lain, sambil menghina Hana dengan cibiran.

“Ka, kenapa Kakak selalu menyakitiku, Ka? Kenapa? Apa salah aku sama Kakak? Jawab, Ka!” ucap Sinta sambil menangis.

Sinta semakin menjadi dengan aktingnya yang menyebalkan itu.

Tiba-tiba, Andri berdiri berhadapan dengan Sinta.

“Dengar baik-baik... Hana tidak pernah merebut saya dari Sinta. Sinta sendiri yang membatalkan pernikahan dengan saya. Kalau kalian tidak percaya, sebentar lagi kalian akan mendapatkan undangan pernikahan dari Sinta dan Riko,” ucap Andri dengan tenang.

Suasana sekarang ricuh. Hana dikenal bukan dengan kepribadian yang genit. Hana adalah tipikal wanita serius; waktunya habis untuk mengurus rumah dan bekerja. Bahkan, untuk ke salon saja, Hana hampir tidak pernah ada waktu.

“Jangan percaya dengan pasangan selingkuh. Mereka suka berbohong,” jawab Sinta, yang tak menyangka Andri akan membela Hana.

Andri memang tampan, bahkan lebih tampan daripada Riko. Namun bagi Hana, tampan saja tidak cukup; kaya lebih utama. Yang paling penting, Riko adalah pacar Hana sejak SMA.

Hana akan menjawab, namun tiba-tiba mobil Riko datang.

Sebelum Riko sampai ke rumah, seorang ibu menghadang.

“Riko, benar kamu mau menikah dengan Sinta?” tanya ibu-ibu itu.

“Benar,” jawab Riko polos.

Ibu-ibu itu tampak tersenyum bahagia, sebuah senyum yang tidak dimengerti oleh Riko.

“Bu... Ibu... benar, si Riko mau menikah dengan Sinta!” teriak ibu-ibu itu.

“Uuuuuu... dasar, pintar banget sih kamu aktingnya, Sinta,” cibir ibu-ibu.

Wajah Sinta memerah. Ia malu—niatnya ingin mempermalukan Hana, malah dirinya sendiri yang kena malu, dan biang keroknya adalah Riko, yang terlalu jujur dalam menjawab pertanyaan warga.

Riko diam, tidak mengerti mengapa ucapannya membuat Sinta dipermalukan.

“Bu... Ibu... sebaiknya pulang. Ayah saya sedang sakit,” ucap Hana, meminta ibu-ibu itu pergi.

Akhirnya, kerumunan pun membubarkan diri.

Hana menoleh ke arah Andri.

“Andri, pulanglah. Terima kasih sudah mengantarkanku pulang,” ucap Hana

“Ok... kamu jaga diri baik-baik, ya,” jawab Andri.

Kemudian ia melangkah ke mobilnya dan meninggalkan rumah Hana.

Riko menatap Hana dengan tajam.

“Dasar sok suci kamu, Hana. Bertahun-tahun kita pacaran, dengan mudah kamu pindah ke lain hati,” geram Riko.

“Pikir pakai otakmu! Bertahun-tahun kita pacaran, kenapa kamu meniduri adikku?” jawab Hana.

Deg... jantung Riko berdetak keras. Apa Hana tahu semuanya? ucapnya dalam hati.

Kemudian Riko melangkah menuju Sinta, mesra menggandeng tangannya, seolah ingin menunjukkan kemesraan pada Hana. Namun, Hana tampak baik-baik saja, dan hal itu membuat Riko kesal.

Hana masuk ke kamarnya dan mengganti bajunya dengan daster.

Hana keluar rumah, mengambil jemuran, kemudian melipatnya. Setelah itu, ia membersihkan dapur yang kotor.

..

Di ruang tamu, Sinta dan Riko duduk berdampingan.

“Yah, masa tamu nggak dikasih air sih, Yah?” ucap Sinta sambil merangkul tangan Riko, seolah tak mau lepas dari genggamannya.

“Kamu dong yang ngambil, masa, Ayah,” ucap Handoko kesal.

“Ih, Ayah, tinggal panggil saja Kak Hana. Apa susahnya sih?” ucap Sinta kesal.

Handoko hanya menggelengkan kepala. Ia ingin menyuruh Mirna, tapi tatapan Mirna membuatnya urung.

“Hannnnna!” teriak Handoko.

Hana muncul dari dapur, mengenakan daster sampai lutut dengan lengan sampai siku. Melihat betis Hana yang putih, tangan yang lembut, serta dada yang menonjol, Riko menelan ludah.

Sialan, kenapa selama pacaran denganku dia selalu tertutup dan menjaga diri, sekarang setelah putus malah memakai pakaian seperti itu,ucap Riko dalam hati.

“Ada apa, Yah?” tanya Hana.

“Ini loh, ada tamu, kok nggak dikasih minum?”

“Oh... kirain aku tamunya Sinta. Bukan tamuku, jadi aku tadi tidak membuat minum,” jawab Hana.

Handoko menatap tajam Hana, memberi kode agar Hana segera membuatkan minuman untuk tamu.

Hana melangkah menuju dapur. Riko sedari tadi menatap Hana.

“Arghhh!” Andri berteriak pelan setelah Sinta mencubitnya.

“Jadi, apa yang akan dibicarakan, Nak?” tanya Pak Handoko.

“Jadi, Pak... dulu saya dan Hana kan merencanakan menikah di balai desa. Sound system, penata rias, dekorasi sudah dibayar—Hana setengahnya, dan setengahnya nanti saya yang bayar. Jadi, bagaimana kalau pernikahannya di balai desa saja? Tamunya bakal banyak yang datang, dan waktunya juga tidak dibatasi. Kalau di hotel, waktunya dibatasi, Pak,” jelas Riko.

Sinta melepaskan genggaman tangannya.

“Tidak bisa... aku mau menikah di balai desa. Teman-temanku itu orang kaya semua. Masa aku menikah di balai desa? Pokoknya, aku mau menikah di Hotel Markur,” ucap Sinta tegas.

“Tidak bisa, Sinta... tidak bisa. Hotel Markur adalah hotel paling besar di kota ini. Biasanya hanya pejabat dan orang kaya yang menikah di situ,” ucap Riko, mulai panik dengan permintaan Sinta.

“Masalah biaya bukan urusanku. Kamu harus mengusahakannya,” jawab Sinta tegas.

“Tolonglah, Sinta. Resepsi itu hanya sehari. Yang penting kan rumah tangganya...” ucap Riko.

“Resepsi itu hanya sekali seumur hidup, jadi harus istimewa. Itu hari penting bagiku. Kalau tidak mewah, bagaimana aku membungkam orang-orang yang menghina aku? Bagaimana aku membungkam mulut para tetangga yang menuduhku hamil di luar nikah? Kalau aku menikah seadanya, orang-orang akan menghina aku!” ucap Sinta marah.

“Menikah di balai desa bukan sesuatu yang buruk, Sinta. Masih bisa terlihat megah asalkan dekorasinya bagus. Sesuatu yang sederhana pun bisa terlihat istimewa,” ucap Riko.

Riko teringat perkataan Hana. Hana memiliki konsep pernikahan yang sederhana tapi terlihat mewah dengan budget minimal. Dulu, setiap kali membicarakan konsep pernikahan, Riko selalu merasa bersemangat. Namun sekarang, Riko merasa tertekan.

“Mas... mas... budek ya?” ucap Sinta sambil mencubit pinggang Riko.

“Ya, ada apa?” tanya Riko.

“Ngelamun apa sih? Dari tadi aku ngomong nggak didengar,” ucap Sinta.

“Ya gimana?” jawab Riko.

“Aku mau tetap di Hotel Markur, dan aku sanggup menanggung 25% biaya,” ucap Sinta.

“Bisa tidak pernikahan kita sederhana saja? Menikah di Hotel Markur akan meningkatkan biaya hingga 10 kali lipat dari dana yang aku anggarkan,” ucap Riko.

“Tidak... bisa... atau...” ucap Sinta sambil memberi ancaman, tangannya menempel di perut.

“Baiklah... baiklah... aku usahakan,” ucap Riko

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!