JANGAN DIBACA!!!
ASLI, BUKAN TIME TRAVEL, YA!
HANYA KISAH ASAL PENUH PERKETYPOAN!
KALAU UDAH BACA, YA JANGAN NYESEL! BISA MENYEBABKAN MUAL DADAKAN, GANGGUAN SUSAH TIDUR, DIABETES BERLEBIHAN, DAN BUCIN DADAKAN.
(Gejala di atas berdasarkan survey dari zaman kuno hingga saat ini).
Bagai bulan yang tertutup awan, aku harus membuang semua hal tentangku, semua jati diriku, dan melanjutkan hidup sebagai kembaranku sendiri.
Terasa susah. Namun, itulah yang harus kulakukan. Hanya karena paksaan sang ayah dan juga kesalahan yang sepenuhnya bukan milikku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggrek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berangkat.
Dua hari ini merupakan hari terakhir tersibuk bagi keluarga Ferdinan, barang-barang di rumah mulai dikeluarkan dan dikirim lewat jasa pengiriman tercepat. Para pembantu sementara yang dipanggil sibuk mondar-mandir membantu Desita, sang nyonya rumah. Jasa angkat barang pun tak ketinggalan.
Adriana hanya melihat sebentar, kemudian dia kembali ke kamarnya. Makanan untuk dirinya kembali diantar ke kamar, dia dilarang keluar kamar jika tak diperlukan.
Hermansyah juga sibuk mengurus beberapa berkas yang diperlukan, dia menyuruh asistennya untuk mengurus pekerjaannya yang tersisa di sini. Dia akan menjalankan bisnis yang dia miliki di negara yang mereka tuju nanti.
Banyak barang-barang yang tak terpakai dibuang begitu saja, terlebih semua hal yang menyangkut Adriana, semuanya berakhir di tempat pembuangan. Beberapa pelayan yang disewa menunjukkan niat untuk memiliki barang yang dibuang oleh sang nyonya rumah. Dengan sangat ramah, Desita memperbolehkan mereka mengambil jika mereka memang ingin. Tawaran itu tentu akan disambut tanpa perlu ditawarkan dua kali, siapa di dunia ini tak suka yang namanya gratisan. Meski bekas, tapi masih layak pakai. Apalagi untuk orang seperti mereka yang tak pernah menyentuh barang bermerk sebelumnya, pasti tawaran itu seperti hadiah tak terkira untuk mereka.
Adriana tak mempermasalahkannya, dia sudah menyelipkan barang yang dianggapnya perlu karena dia tahu semua barang miliknya pasti akan dibuang. Dia hanya mengambil selembar foto dirinya bersama sang kakak, ada juga boneka kecil pemberian sang kakak, buku dengan ukuran kecil sekitar enam centi-an mungkin, dan gantungan kunci dari kain berbentuk boneka berwarna kuning. Hanya itu yang dia simpan dan selipkan di tas kecil milik sang kakak. Desita tak mungkin akan membuang satupun barang Adrian dan Adriana memanfaatkan hal tersebut untuk menyembunyikan barang yang menurutnya berharga.
"Tuan muda, apa barang-barang anda sudah selesai dikemas semua, tuan? Jika belum, saya bisa membantu tuan muda membereskan sisa barang anda yang belum dimasukkan ke tas," tanya seseorang pelayan yang disewa oleh Desita pada Adriana.
"Tak perlu, mommy sudah mengurus semuanya!" jawab Adriana cepat kemudian meninggalkan pelayan itu, dia masih belum terbiasa berinteraksi dengan orang lain, selama ini dia hanya berbicara dengan sang kakak dan beberapa pelayan yang baik padanya. Di sekolahnya pun dia tak memiliki teman, dia dianggap anak angkat dari keluarga terpandang saja makanya bisa bersekolah.
"Sayang sekali kita hanya melayani tuan muda yang tampan itu sebentar saja," keluh pelayan tadi sambil menggelengkan kepalanya, seolah-olah kecewa.
"Sudah-sudah, jangan mikir yang aneh-aneh. Masih banyak kerjaan yang harus kita selesaikan!" kata pelayan lain mengingatkan.
"Iya-iya, memangnya kamu gak merasa sayang apa? Tuan muda sekecil itu saja sudah terlihat imut dan tampannya, apalagi nanti setelah dewasa, pasti jadi calon suami idaman menurut survey wajah," balas pelayan itu, tangannya kembali menyingkirkan kotak yang sudah diberi lakban.
"Ha-ha, terserah apa kata kamu saja, deh!" kata pelayan satunya pasrah. Dia tak berhasil menghentikan temannya yang pecinta wajah tampan untuk terus berimajinasi.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...
Adriana rupanya melangkah ke taman, dia tak menyangka akan sampai ke tempat itu, padahal tadi dia hanya asal berjalan saja tanpa tujuan. Gadis kecil itu duduk di kursi taman dan menatap pemandangan yang terhampar di depan matanya. Awan putih yang bergerak pelan, burung-burung yang beterbangan di langit dengan bebasnya, kupu-kupu berbagai warna yang hinggap di atas bunga, dan bunga-bunga yang bergoyang dibuai oleh angin. Semua menjadi satu dalam pandangan Adriana, dia merasa tenang saat menatap keindahan tersebut. Baru kali ini Adriana merasa iri akan sesuatu, sesuatu yang tak dia miliki dari dulu hingga kapanpun, kebebasan. Gadis itu tak akan memiliki kebebasan untuk menjadi dirinya setelah dia setuju menggantikan posisi sang kakak.
"Dengarkan, dengarkan jeritanku, dulu aku tak disayang, tapi aku masih memiliki sedikit kebahagian. Sekarang semua terpenuhi, aku diperhatikan. Namun, kebebasanku tergadaikan. Ini atau itu, semuanya sama-sama bukan milikku!" gumam Adriana seraya menyunggingkan senyum kecut.
"Ha-ah, aku akan merindukan tempat ini, sungguh!" lanjut gadis itu, dia mendongak menatap awan untuk waktu yang cukup lama.
"Sebaiknya aku masuk sebelum 'Nyonya besar' mencariku!" kata gadis itu setelah beberapa waktu menatap langit dalam diam, dia berdiri dan kembali masuk ke dalam rumah.
Terlihat para pelayan yang disewa oleh Ibunya tak sesibuk sebelumnya, artinya pekerjaan mereka hampir selesai dan dirinya akan pergi dalam beberapa jam kemudian.
"Rian sayang, mama mencari kamu sejak tadi, loh," kata Desita menghampiri Adriana, wanita itu bahkan menggandeng lengan gadis kecil yang dulu sangat dibencinya. Ralat, sekarang pun dirinya masih membenci anak itu.
Adriana memasang senyum palsu terbaiknya, membuat beberapa pelayan wanita menjerit histeris tertahan karena keimutan tuan muda yang mereka layani. "Maaf mom, Rian tadi ke taman dan gak sadar kalau waktu berjalan lebih cepat," jawab gadis itu yang terlihat sangat natural, padahal semuanya hanya akting palsu. Dia pun tak terlalu menyukai interaksi ini.
"Sebelum berangkat, ayo kita makan dulu. Papa sudah menunggu kita di meja makan!" ajak Desita yang membalas senyuman Adriana, tangan yang dulu hanya melayangkan pukulan, kini mengelus lembut pipi gadis kecil itu. Adriana diam sesaat, sebelum kembali tersenyum dan mengikuti langkah Desita. Bukankah dia boneka, dia juga hanya pengganti. Jadi tak apa dia berlaku sebagai boneka tanpa hati dan berakting sebagai pengganti dengan baik. Semua pasti akan tertipu dan menyangka mereka adalah keluarga yang teramat rukun dan berbahagia, padahal semua hanya kepalsuan yang ditulis oles sang nyonya rumah.
Adriana duduk di kursi yang ada di samping Ibunya, senyum masih terlukis di bibirnya yang kecil.
"Makan yang banyak Rian, kamu terlalu kurus sekarang," suara sang kepala keluarga terdengar, suara yang penuh perhatian dan kasih sayang.
"Tapi Rian gak bisa makan terlalu banyak dad! Perut Rian masih kecil, lihat." tunjuk Rian pada perutnya, tingkahnya sungguh imut di mata para pelayan yang melihat.
"Setidaknya makanlah lebih banyak, agar berat badan kamu kembali, sayang," bujuk sang ayah dengan suara lembut.
"Em, baik dad!" ucap Adriana dengan senyum manis, padahal dia mulai muak. Makan ya tinggal makan, buat apa bersandiwara di depan para pelayan yang bahkan hanya disewa sementara.
"Berdoa dulu sebelum makan!" ucap Desita mengingatkan.
Adriana hanya menganggukkan kepalanya, dia menutup mata dan berdoa dengan cepat. Gadis kecil itu pun mulai melahap makanannya, dia terlihat sangat menikmati setiap suapan yang masuk ke mulutnya. Sesekali Desita dan Hermansyah bergantian mengambilkan lauk untuk anak mereka, perilaku yang baru saja Adriana dapatkan setelah menempati tempat sang kakak.
"Seandainya aku yang pergi, maka semua ini tak akan didasari oleh kepura-puraan!" batin Adriana tersenyum sinis.
ayang bebeb disuruh jd tukang parkir 😝😝😝😝