Maura terpaksa menyetujui ajakan Elvano yang memintanya untuk melakukan pernikahan palsu setelah mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabat baiknya sendiri.
Elvano sendiri adalah seorang pengusaha sukses yang masih betah menyendiri karena sedang menunggu kekasihnya kembali. Tekanan dari keluarga membuat Elvano terpaksa harus mengikat perjanjian dengan seorang gadis yang baru saja dikenalnya.
Apakah mereka mampu menjaga rahasia pernikahan palsu mereka, ataukah cinta sejati akan mengubah rencana mereka?
Simak kisahnya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : Dia bukan pelarian.
Malam ini, Elvano dan Maura datang menghadiri acara gala dinner. Elvano mengenakan jas hitam, dengan kemeja putih yang bersih dan dasi kupu-kupu berwarna hitam. Rambutnya yang rapi dan terawat membuatnya terlihat tampan dan berkelas.
Disisinya, Maura memakai gaun malam yang cantik dan elegan. Gaun itu berwarna biru tua dengan desain yang sederhana namun mewah. Rambutnya yang panjang dan lembut tergerai di punggungnya, dengan beberapa helai yang jatuh di wajahnya. Makeup yang natural dan elegan mempercantik wajahnya, dengan warna bibir yang lembut.
Kedatangan mereka disambut oleh tamu-tamu lainnya. Keberadaan Maura disisi Elvano membuat mereka yang ada disana bertanya-tanya, karena setahu mereka Elvano hampir tidak pernah dekat dengan wanita manapun, tapi malam ini pria itu datang dengan mengajak seorang wanita yang sangat cantik. Bahkan kecantikannya mampu membuat orang-orang yang ada disana merasa terpikat.
"Ah, El, siapa wanita cantik ini?" tanya seorang teman yang datang mendekat dengan seorang wanita disampingnya.
Elvano melingkarkan tangannya di pinggang Maura, saling merapatkan tubuh mereka dan tersenyum pada gadis itu sebelum menjawab pertanyaan temannya. "Dia Maura, istriku."
Pria itu, Rivan, yang merupakan teman kuliah Elvano dulu merasa sangat terkejut saat mendengar Elvano memperkenalkan Maura sebagai istri.
"I-istri?" ulang Rivan masih setengah tak percaya. "Aku pikir kamu akan menunggu Karina kembali."
Namun Elvano hanya menanggapi ucapan Rivan dengan senyuman, "Kamu sendiri datang dengan siapa?"
"Aku datang dengan sekretarisku." Rivan menoleh pada wanita yang berdiri disampingnya. "Ini sekretarisku, namanya Maya."
"Kapan kalian menikah? Kenapa aku tidak mendapatkan undangan pernikahan?" Rivan kembali bertanya, menoleh sekilas pada Maura yang hanya diam dengan senyuman diwajah.
"Kami memang sengaja tidak merayakannya karena suatu alasan, tapi kami berencana untuk mengadakan resepsi. Aku harap kamu bisa datang di acara resepsi kami nanti." jawab Elvano.
"Dimana kalian saling bertemu? Kenapa aku tidak tahu kamu sedang dekat dengan seorang wanita hingga akhirnya memutuskan menikah? Maura... Bukan sekedar pelarian saja karena Karina tak kunjung kembali bukan?" tanya Rivan, kali ini pertanyaannya itu berhasil mengundang reaksi Elvano dan berakhir dengan mendapatkan tatapan tajam dari Elvano.
"Dia bukan pelarian. Lagipula tidak ada undang-undangnya aku harus melapor padamu jika aku sedang dekat dengan seorang wanita bukan?" kata Elvano dengan nada dingin.
Maura terkesiap saat tiba-tiba Elvano menggenggam tangannya dan membawanya pergi menjauh dari Rivan. Kepergian keduanya tak lepas dari tatapan Rivan. Pria itu tersenyum penuh arti tanpa mengalihkan pandangannya dari Maura yang berjalan semakin menjauh bersama dengan Elvano.
"Maura, nama dan wajah yang cantik. Cukup menarik," gumam Rivan.
•••
•••
"Kenapa kamu harus marah dan menarikku keluar dari ballroom? Lagipula aku tidak merasa tersinggung karena dibilang pelarian sebab pernikahan kita hanya pernikahan palsu," ucap Maura saat mereka sudah berada di rooftop gedung tersebut.
"Apa aku terlihat marah?" tanya Elvano. "Aku lihat kamu tidak merasa nyaman saat berada didalam tadi, jadi aku sengaja membawamu keluar untuk mencari angin segar."
"Ehm," Maura berfikir sebentar sebelum menjawab. "Aku memang kurang suka dengan acara-acara yang terlalu formal. Aku lebih suka pergi karaoke atau menonton film di bioskop."
Elvano tergelak singkat, "Sangat terlihat dengan kepribadianmu yang bar-bar itu."
Maura terkekeh kecil, "Apa tadi itu temanmu? Sepertinya dia sangat tahu banyak tentang urusan pribadimu." tanya Maura pelan.
Elvano mengarahkan pandangannya lurus ke depan, menatap pemandangan kota malam itu dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam kantong celana. Merasakan hembusan angin malam menerpa wajahnya.
"Teman kuliah." jawab Elvano. "Sebenarnya kami tidak terlalu dekat dan jarang bertegur sapa juga."
"Oh," Maura manggut-manggut. "Kalau Karina? Apa dia wanita yang sedang kamu tunggu itu?"
Elvano menoleh dan menjawab singkat, "Ya."
Kembali dia mengarahkan pandangannya lurus ke depan, "Karina pergi karena ingin mengejar mimpinya menjadi seorang ballerina. Dan dia berjanji akan kembali untuk waktu yang aku sendiri tidak tahu kapan pastinya."
Maura menatap wajah tenang yang sedang berdiri di hadapannya, lalu kembali bertanya dengan nada ragu-ragu. "Apa kamu sangat mencintainya?"
Pertanyaan itu mengalihkan pandangan Elvano kembali pada gadis yang sedang berdiri tidak jauh darinya. Sampai beberapa waktu lalu dia merasa masih sangat mencintai Karina, namun jika ditanya sekarang dia sendiri tidak tahu jawabannya.
"Kita kembali ke ballroom sebentar, setelah itu kita pulang." Elvano memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Maura, dia berbalik dan melangkahkan kakinya meninggalkan rooftop.
"Eh, tunggu Kak! Kamu belum menjawab pertanyaanku!" seru Maura sembari mengikuti dibelakang Elvano dengan langkah sedikit tergesa.
Elvano menghentikan langkahnya untuk menunggu Maura, lalu kembali menggenggam tangan gadis itu sampai mereka masuk kembali kedalam ballroom. Menyapa beberapa tamu lain yang menegur mereka begitu mereka kembali masuk.
Dari kejauhan Rivan terus memperhatikan kehadiran mereka kembali di ruangan itu. Tatapannya tak lepas dari wajah Maura yang sudah membuatnya terpikat sejak pertama kali melihat.
...------------...
Rina menggeser-geser layar ponselnya, membaca artikel tentang Maura yang menghadiri acara gala dinner semalam dengan suaminya. Beberapa foto bahkan memperlihatkan keromantisan keduanya, bagaimana Elvano memperlakukan Maura dan bagaimana Maura tersenyum bahagia, semua itu menimbulkan tanda tanya besar dibenak Rina.
"Kapan Maura mengenal Elvano? Selama ini dia tidak pernah bercerita apapun kalau dia sedang dekat dengan pria lain selain Alex." ujar Rina pada dirinya sendiri.
"Ah, rasanya sulit dipercaya kalau Maura secepat itu jatuh cinta pada pria lain bahkan sampai menikah."
Meskipun Elvano adalah pria yang tampan dan mapan, tapi Rina tidak percaya jika Maura bisa secepat itu jatuh cinta pada pria itu. Rina sangat mengenal Maura, sahabatnya itu adalah gadis yang setia dengan pasangan dan sangat mencintai Alex, mereka bahkan sudah hampir bertunangan jika saja malam itu Maura tidak memergoki dirinya dengan Alex berciuman saat di klub malam.
Sepertinya benar apa yang dikatakan Alex jika dia harus mencari tahu tentang pernikahan Maura yang tiba-tiba itu. Akhirnya Rina memutuskan untuk menemui Maura ditoko bunganya. Dia mengendarai mobilnya sendiri datang kesana. Terlihat Maura yang baru saja selesai melayani seorang costumer, Rina langsung berjalan mendekat ke arahnya.
"Maura, bisa kita bicara sebentar?"
...
...
...
Bersambung...
semua perbuatan yg dipilih ada yg harus dipertanggungjawabkan bukan?
itu jalan yg lu pilih
nikmati aja😏
..pertama dan terakhir😏😏😏
emang kenapa?
kepo deh🤣🤣
mau gak?
🤣🤣
up lagi Thor 😭😭
semangat Thor updatetan ya
selalu ditunggu
mudah mudahan terjadi yg diinginkan 🤣🤣
keguguran ni jgn jgn alesannya