NovelToon NovelToon
Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Anak Kembar / Disfungsi Ereksi
Popularitas:404.6k
Nilai: 4.6
Nama Author: Pena Remaja01

Daniel Van Houten—seorang mafia berdarah dingin, kejam, dan disegani. Tak pernah membayangkan akan menerima vonis memalukan dari dokter: ia didiagnosis impoten. Tapi Daniel bukan pria yang mudah menyerah. Diam-diam, ia mengirim orang kepercayaannya untuk mencari gadis polos nan perawan, dengan harapan bisa menghidupkan kembali gairah yang lama padam.

Sampai pada suatu malam, harapannya terjawab. Seorang gadis berlesung pipi, polos dan menawan, berhasil membangkitkan sisi pria yang sempat hilang dalam dirinya. Namun karena sikap arogan dan tempramental Daniel, gadis itu justru ketakutan dan melarikan diri tanpa jejak.

Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kali ini, gadis itu tak datang sendiri—ia membawa tiga anak kecil yang menggemaskan, penuh keberanian, dan... sangat mirip dengan Daniel.

---------

"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" – Azkia "Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." – Azam "Talau olang d

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Hoodie dan celana yang sering di pakai Bastian diambil Hajjah Rodiah, sebelum pergi ke kamar Ayang.

"Ayang, pakailah pakaian ini. Kamu harus cepat pergi dari sini sebelum orang-orang jahat itu datang."

Tanpa banyak bertanya Ayang mengambil pakaian yang di berikan Hajjah Rodiah, karna tadinya ia memang sudah berniat akan pergi, meski tanpa bantuan hajah Rodiah.

Kemudian hajah Rodiah keluar kamar, membiarkan Ayang berganti pakaian.

"Ayang," panggil hajah Rodiah yang berdiri diambang pintu. Di dalam kamar itu tampak Ayang memang sudah berganti pakaian dengan pakaian yang di berikannya.

Ayang mengangguk pelan.

"Pakai juga topi dan masker ini, biar tidak ada yang mengenalimu."

Ayang mengambil topi itu dan lansung mamakainya, ia menutupi semua rambutnya dengan topi.

Setelahnya Ayang dan hajah Rodiah turun ke bawah menemui pak Bambang yang juga sudah menunggunya.

"Ayang, pegang ini. Jangan banyak pikiran di sana dan jangan pernah merasa sungkan, hubungi kami jika kamu butuh sesuatu. Nanti Bu hajjah akan datang mengunjungimu kesana." Hajjah Rodiah memberikan tas selempang kecil yang isinya belumlah Ayang ketahui.

Ayang menerima tas itu, kemudian memeluk hajah Rodiah, sembari bergumam mengucapkan terimakasih.

"Umi, itu sepertinya si Asep sudah datang," ucap pak Bambang. Ia tadi memang sudah menghubungi driver travel yang berasal dari desanya untuk mengantar Ayang.

"Ayang, kalau ada Dani diluar, kamu bersikap yang wajar saja. Harusnya dengan penampilan kamu seperti ini, Dani tidak akan mengenalimu."

Ayang mengangguk kemudian kembali memeluk wanita paruh baya itu, setelahnya ia mencium tangan pak Bambang dengan takhzim.

Hajah Rodiah kembali memeluk Ayang dan mencium wajahnya berkali-kali. "ingat lah, Allah selalu bersama kita," bisik Hajjah Rodiah

Ayang keluar rumah sendiri, berjalan menuju mobil yang berhenti di tepi jalan. Hajah Rodiah memang sengaja tidak mengantarkannya, supaya tidak menimbulkan kecurigaan Dani.

"Mau kemana Lo Bas, malam-malam begini?" tanya Dani, Sangkanya yang keluar rumah adalah Bastian.

Ayang mengangkat tangan, sambil terus berjalan kearah mobil dan masuk ke dalam.

Dari dalam mobil, Ayang melihat Dani yang terus menatap kearahnya.

Maafkan Ayang, Bang. 

Mobil mulai melaju, tanpa Ayang ketahui kemana sopir akan membawanya. Ia hanya di beri tahu hajah Rodiah akan pergi ke sebuah desa yang berada di luar provinsi.

Di dalam mobil Ayang teringat cerita pak Bambang tentang ayahnya. Apa mungkin 'Ayah masih hidup? Tapi kalau masih hidup, kenapa selama ini ayah tidak pernah pulang?'

.

.

.

Setelah menempuh 5 jam perjalanan, mobil yang membawa Ayang kini telah berhenti.

Ayang menoleh ke kanan, melihat bangunan dengan model rumah khas daerah pedesaan.

"Dek, kita sudah sampai," uca sopir, kemudian ia turun dan berjalan membukakan pintu penumpang.

Suasana yang masih gelap, di tambah dinginnya udara pedesaan yang berada di bawah kaki gunung, begitu kentara kala pintu mobil terbuka.

Ayang turun dari mobil. Pandangannya mengedar kesekeliling. Ia melihat sopir yang membawanya berjalan mendekati salah satu rumah yang ada di depan.

"Asalammualaikum," teriak supir itu sambil menggedor pintu rumah.

Tidak lama pintu terbuka, dari dalam rumah keluar seorang pria paruh baya dengan raut wajah khas seperti orang yang baru bangun tidur, di susul dengan seorang wanita yang kini telah berdiri di samping pria paruh baya itu.

Ayang masih berdiri terpaku di samping mobil menatap ke arah tiga orang yang berdiri diambang pintu.

"Nak, kemarilah!" ucap pria paruh baya sembari berjalan keluar dari rumah.

Kaki Ayang perlahan beringsut mendekati rumah tersebut.

"Mari Nak, silahkan masuk. Jangan sungkan, anggap saja rumah sendiri." Pria paruh baya itu mengajak Ayang masuk kedalam rumahnya. "Sep, Ayo masuk sekalian, kita ngopi-ngopi dulu."

"Oh iya, kebetulan belum ngopi juga," sahut sopir yang membawa Ayang.

"Buk, tolong buatkan minum untuk tamu kita," titah pria paruh baya itu antusias setelah mengajak dua orang tamunya masuk ke dalam rumah.

Ayang telah duduk di kursi rotan dalam rumah. Kepala hanya menunduk, tempat dan suasana disini begitu asing baginya, kedua tangan mengapit tas selempang yang di berikan hajah Rodiah.

Tidak lama berselang, seorang wanita paruh baya mendekat, sembari membawa nampan dan meletakkan gelas yang di bawanya diatas meja.

"Silahkan diminum Cah Ayu, Asep, nih kopinya," ucap wanita paruh baya itu sebelum melabuhkan duduk di sebelah Ayang.

Ayang hanya mengangguk pelan sambil tersenyum canggung.

"Siapa namamu, cah ayu?" tanya wanita paruh baya itu seketika.

"Ayang," jawab Ayang. Hanya bibirnya yang bergerak tanpa mengeluarkan suara.

"Buk!" tegur Pria paruh baya yang duduk berhadapan dengan Ayang. Sebelumnya ia dan istrinya sudah mendengar sedikit cerita dari Pak Bambang melalui sambungan telepon kalau Ayang tidak bisa bicara.

"Oh iya, Ibuk lupa, Pak. Sebentar ya Cah Ayu." Wanita paruh baya itu pun berlalu pergi. Tidak lama ia kembali lagi membawa buku dan pena, alat tulis tersebut di berikan pada Ayang.

Ayang lansung menulis namanya dikertas itu. 

Panggil saja saya Ayang, Buk. Ayang memperlihatkan tulisannya.

"Oh, iya, 'Ayang' maaf ya, Ibu lupa. Padahal si Bapak tadi sudah ngasih tau. Maaf ya nduk. Oh, iya sampai lupa. Kenalkan, Nama Ibuk Parida dan ini suami Ibuk namanya Pak Ahmad, tapi orang-orang disini lebih mengenal dengan nama Mamad, dan kalau yang ini namanya si Asep, rumahnya di ujung sana. Masih saudaraan juga sama Pak Bambang, tapi saudara jauh, dia bekerja jadi sopir travel."

Ayang menggut-manggut menyimak penuturan wanita paruh baya itu sambil tersenyum canggung

"Di minum dulu tehnya, mumpung masih hangat."

Ayang mengangguk, kemudian meraih gelas yang masih mengeluarkan asap itu dan meneguknya perlahan.

Setelah mengobrol cukup lama, tak terasa lantunan ayat-ayat suci terdengar dari pengeras suara mesjid, menandakan hampir masuknya waktu subuh.

"Nak Ayang, berhubung sebentar lagi mau masuk subuh. Bapak ijin ke mesjid dulu, nanti kita lanjutkan ngobrol-ngobrolnya. Buk, tolong antarkan Nak Ayang ke kamar ya? Pasti dia sangat kelelahan," ucap pak Mamad sebelum berlalu pergi.

"Kalau begitu saya juga permisi mau pulang." Asep juga bangkit dari duduknya.

"Oh, ya sudah. Hati-hati di jalan ya Sep," ucap Parida.

"Mari Cah Ayu, Ibuk antarkan ke kamarmu."

Ayang berdiri, mengikuti Parida yang membawanya kesebuah ruangan.

"Nah, mulai sekarang ini adalah kamar nak Ayang. Betah-betanin aja ya. Kalau butuh apa-apa, minta sama ibuk."

Ayang mengangguk dan mengedarkan pandangan melihat ruangan berdinding papan itu, terlihat bersih dan rapi.

"Kamar mandi ada di belakang, nanti Ibu akan tunjukan. Ohya, di dalam lemari itu ada pakaian-pakain bekas ibu. Kalau ada yang muat, nanti Cay Ayu pakai saja."

Ayang kembali mengangguk dan menuliskan kata terimakasih di kertas.

"Iya, sama-sama. Ibu harap Cah Ayu bisa betah tinggal di sini. Kalau butuh apa-apa jangan sungkan katakan pada Ibu dan Bapak."

Ayang kembali mengangguk.

"Ya sudah, Ibu permisi dulu."

Parida kemudian keluar dari kamar.

1
Wastinih
wah jangan sampe deh si naga loyo lgi, pusing dah
Sasa Sasa: ,🫣🫣🫣🫣🫣
total 1 replies
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
apa daniel ga PD y?
Sasa Sasa: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
heri mulyati
untung namanya udain bukan Agus ,, trauma aku dengan nama Agus🤣🤣 semangat Thor 💪💪💪 selalu di tunggu kelanjutannya 👍👍
Sasa Sasa: Wah, kenapa tuh?
total 1 replies
partini
mulai dah berasumsi sediri,,tapi kalau tergoda mutilasi aja 🐦 yang biar nyaho
reza ganteng
y benar Dani di lempar taik tu biar tau rasanya dasar biadab durhaka
partini
biasa orang hamil ada yg kaya gitu pingin ehem ehem Mulu ,, kenapa dulu ga mau tegak yah
Rafly Rafly
membantu lancar persalinan..kata pak dokter /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
partini
bisa banget apa lagi kehamilan usia 8 ke atas untuk buka jalan lahir itu kata dokter kandungan loh
Sasa Sasa: nah benar
total 1 replies
SyafiraShidiq
karakter anya terlalu kekanak-kanakan,
bicara yang jujur kek bawaannya emosian ga jelas
Iqlima Al Jazira
yey.. udah bab 100👏
Iqlima Al Jazira: Masya Allah thor🥰
Sasa Sasa: Karna kakak
total 2 replies
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya
Samsiah Yuliana
lanjut Thor,,,
duuuuh, siapa sih ya yg neror🤔
Asih Sulastri
Luar biasa
Rania Rindy
Buruk
Rania Rindy
Kecewa
angel
lanjutttttt thor
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya
Rafly Rafly
bagus tuan Daniel...biar wanita itu stress sendirian..
Rafly Rafly
udahlah pak Daniel... pake jalan ninja.. seret perempuan keras kepala itu ke kamar kayak duluu...si triplets biar jadi urusan udinnni...
Rafly Rafly
kesombongan dan kebencian mu , akan membawa kehancuran dirimu sendiri Lilis.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!