Amirul, yang dikira anak kandung ternyata hanyalah anak angkat yang tak sengaja tertukar pada saat bayi.
Setelah mengetahui jika ia anak angkat, Amirul di perlakukan dengan kasar oleh ibu angkat dan saudaranya yang lain. Apa lagi semenjak kepulangan Aris ke rumah, barang yang dulunya miliknya yang di beli oleh ibunya kini di rampas dan di ambil kembali.
Jadilah ia tinggal di rumah sama seperti pembantu, dan itu telah berlalu 2 tahun lalu.
Hingga akhirnya, Aris melakukan kesalahan, karena takut di salahka oleh ibunya, ia pun memfitnah Amirul dan Amirul pun di usir dari rumah.
Kini Amirul terluntang lantung pergi entah kemana, tempat tinggal orang tuanya dulu pun tidak ada yang mengenalinya juga, ia pun singgah di sebuah bangunan terbengkalai.
Di sana ada sebuah biji yang jatuh entah dari mana, karena kasihan, Amirul pun menanam di sampingnya, ia merasa ia dan biji itu senasib, tak di inginkan.
Tapi siapa sangka jika pohon itu tumbuh dalam semalam, dan hidupnya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8`
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
...happy reading...
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
Amirul berdiri diam di sudut gudang yang gelap, menunggu hingga suara langkah orang tadi benar-benar menghilang. Jantungnya masih berdetak kencang, tapi ia merasa lega karena orang itu tidak kembali.
“Untung saja dia cepat pergi,” gumamnya pelan sambil mengusap keringat dingin di dahinya. Ia tahu, ini adalah peringatan, ia tidak bisa terus tinggal di tempat ini. Gudang terbengkalai itu mungkin memberikan perlindungan sementara, tapi sekarang sudah tidak aman lagi.
Ia segera menyandang tas lusuhnya di punggung, memastikan barang-barangnya sudah terkemas. Lalu, dengan hati-hati, ia mengangkat pohon kecil yang telah ia tutupi dengan bajunya. Pohon uang itu terasa lebih berat dari sebelumnya, bukan karena bobotnya, tapi karena beban tanggung jawab yang kini melekat padanya. "Aku harus segera mencari kosan baru," katanya pelan, menatap pohon kecil itu dengan campuran rasa khawatir dan harapan.
Amirul melangkah keluar dari gudang dengan langkah cepat, menoleh ke kiri dan kanan untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya. pagi yang dingin itu, tapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin pergi sejauh mungkin dari tempat itu. Ia tahu bahwa jika orang yang tadi kembali, atau jika ada orang lain yang mengetahui tentang pohon ajaib ini, hidupnya akan berada dalam bahaya.
Langkah Amirul membawanya ke jalan utama yang masih sedikit sepi, karena hari ini adalah hari libur. Ia berjalan sambil memikirkan ke mana ia harus pergi. "Aku harus cari kosan yang dekat dengan sekolah," pikirnya. Meski ia sudah diusir dari rumah yang dulu menjadi tempat perlindungannya, ia tetap bertekad untuk melanjutkan sekolahnya. Ia tahu bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk mengubah nasibnya, meskipun kini hidupnya penuh dengan ketidakpastian.
Setelah berjalan beberapa menit, Amirul melihat sebuah warung kecil yang masih buka. Ia memutuskan untuk berhenti sejenak, duduk di bangku kayu di depan warung itu untuk mengistirahatkan kakinya. Ia meletakkan pohon kecil itu di sampingnya, memastikan bajunya tetap menutupinya dengan rapat. Seorang ibu pemilik warung mendekatinya, membawa segelas teh hangat.
“Capek, Nak? Mau pesan sesuatu?” tanya ibu itu dengan ramah.
Amirul mengangguk pelan, lalu mengambil uang dari sakunya. Ia memesan sepiring nasi goreng sederhana. Sambil menunggu, ia mencoba berpikir lebih jernih. "Aku harus cari tempat tinggal yang tidak terlalu mahal," gumamnya. Tapi ia tahu itu tidak mudah. Dengan uang yang ia miliki dari pohon itu, ia bisa saja menyewa tempat yang lebih baik, tapi ia juga sadar bahwa uang itu tidak boleh digunakan sembarangan. Jika ia menghabiskan terlalu banyak uang dalam waktu singkat, orang-orang pasti akan curiga.
Setelah selesai makan, Amirul kembali berjalan. Ia terus mencari kosan di sekitar jalan itu, berharap menemukan tempat yang sesuai dengan kebutuhannya. Akhirnya, setelah hampir satu jam berkeliling, ia menemukan sebuah papan kecil yang bertuliskan "Kosan Disewakan - Murah, Nyaman, Dekat Sekolah". Papan itu tergantung di depan sebuah rumah sederhana dengan beberapa pintu kamar di sampingnya.
Amirul mendekat dan mengetuk pintu utama rumah itu. Seorang pria paruh baya membuka pintu, menatap Amirul dengan sedikit penasaran. “Ada yang bisa saya bantu, Nak?” tanya pria itu.
“Saya mau tanya soal kosan, Pak. Apa masih ada kamar yang kosong?” jawab Amirul dengan sopan.
Pria itu mengangguk. “Ada, satu kamar di belakang. Tapi kamarnya kecil, ya. Cocok untuk anak sekolah atau mahasiswa. Kamu bisa lihat dulu kalau mau.”
Amirul mengikuti pria itu ke bagian belakang rumah. Kamar yang ditunjukkan memang kecil, hanya berisi satu tempat tidur sederhana, meja belajar kecil, dan lemari kayu yang sudah agak tua. Tapi bagi Amirul, ini lebih dari cukup. Setidaknya, tempat ini jauh lebih aman dibandingkan gudang terbengkalai.
“Berapa sewanya, Pak?” tanya Amirul.
“Lima ratus ribu per bulan, termasuk listrik dan air,” jawab pria itu.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
thanks teh 💪💪💪