NovelToon NovelToon
KUTUKAN MAUT PADMINI

KUTUKAN MAUT PADMINI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:105.4k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Padmini, mahasiswi kedokteran – dipaksa menikah oleh sang Bibi, di hadapan raga tak bernyawa kedua orang tuanya, dengan dalih amanah terakhir sebelum ayah dan ibunya meninggal dunia.

Banyak kejanggalan yang hinggap dihati Padmini, tapi demi menghargai orang tuanya, ia setuju menikah dengan pria berprofesi sebagai Mantri di puskesmas. Dia pun terpaksa melepaskan cintanya pergi begitu saja.

Apa yang sebenarnya terjadi?
Benarkah orang tua Padmini memberikan amanah demikian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

08 : Lembah Pembuangan Jin

Jari jemari sebelah tangan kanan yang menyilang menutup buah dada, dan satu lagi melindungi area intim – bergerak lemah. Raga seperti tak bertenaga itu mulai menggeliat membuat tanah gembur berjatuhan dan timbunan menipis.

Eunghh ….

Lenguhan tanpa membuka mulut terdengar lirih, usahanya membuka mata membuahkan hasil. Berusaha mengerjap, perih dirasakan saat sesuatu masuk ke sudut netra.

Pertama kali yang ia lihat yakni, rimbunnya dedaunan sangat tinggi dari jangkauan, lalu melihat ke bawah – lereng lumayan curam. Kemudian ingatan menyakitkan langsung menyerang membuat kepalanya berdenyut-denyut.

‘Dimana aku? Masih hidup atau sudah mati?’ lidahnya kelu, tenggorokan kering, sudut bibir perih. Di cubitnya kulit lengan berdebu, terasa sakit, menandakan dirinya masih manusia bukan arwah.

Perlahan dicobanya menggerakkan anggota tubuh yang terasa lemas, kala berhasil sedikit memiringkan badan, sekujur tubuhnya didera kesakitan.

Auh … peuh.

Padmini meludah, yang keluar lendir bercampur tanah. Mulutnya terasa pahit. Sikunya kembali melemas kala mencoba menahan bobot tubuh.

Gadis yang dilanda kebingungan itu menoleh perlahan ke kanan dan kiri. Sejauh mata memandang, hanya ada pepohonan berdiri angkuh, berdiameter lebih besar dibandingkan lingkaran badannya.

Lututnya menekan tanah agar dia dapat duduk, lalu ia lipat kedua kaki seraya mencerna kondisi saat ini. Ditariknya selendang dan kain jarik yang ujungnya tertimbun tanah.

“Ada suara gemericik air, apa ada sungai di sini?” tanyanya pada diri sendiri. “Ini pagi, siang, apa malam?”

Gadis berpenampilan sangat memprihatinkan itu memandang sekitar mencoba mencari jawaban atas rasa penasarannya.

Namun dirinya sama sekali tidak dapat menebak, cuma merasakan hawa disini dingin, berbau tanah lembab dan daun busuk.

“Apa yang harus kulakukan?” Air matanya menetes, pandangan mengabur saat teringat sang kekasih hati yang entah bagaimana kondisinya. “Kang Adi ….”

Padmini mengenyahkan rasa sedihnya, dia tak boleh berlarut-larut dalam kubangan lara.

Punggungnya menekan pada longsoran tanah, pelan-pelan mulai berdiri. Saat nyaris berhasil, kedua kakinya menggigil dan berakhir dirinya terjatuh lalu terguling, menabrak, menindih tumbuhan pendek dan kecil serta dedaunan kering.

Bibirnya digigit kuat-kuat, menambah rasa sakit luka masih belum sembuh. Dia takut bersuara, takut mengundang bahaya lainnya.

Duk!

Kening Padmini menabrak batang pohon besar, punggungnya menindih akar pohon keluar dari dalam tanah.

Tak ada rintihan, apalagi tangisan cuma ringisan tanpa suara. ‘Kau sudah melewati maut, jangan lemah hanya karena rasa sakit tak seberapa ini dibandingkan harga dirimu ditelanjangi.’

Suara derasnya arus air semakin terdengar nyaring. Kembali Padmini mengerahkan tenaga tersisa untuk bangkit.

Sosok tanpa busana, berkalungkan kain jarik dan selendang itu – merangkak mendekati sumber suara air. Ia tak mampu berjalan.

Pikirannya masih kacau, belum bisa fokus. Terlebih rasa haus begitu menyiksa sampai tenggorokannya terasa gatal.

“Air, ada air.” Matanya berkaca-kaca seolah menemukan sumber kehidupan baru. Tepat di depan sana dengan kontur tanah sedikit menurun ada sungai berair jernih. Kembali ia merangkak, telapak tangannya bertumpu pada akar pohon dan tanah.

Begitu sampai di tepian, dengan sangat hati-hati – kaki berdebu dan berwarna coklat kehitaman itu menyapa permukaan terasa sejuk.

Rasa dingin menjalar sampai ke hati lalu naik hingga ubun-ubun. Padmini turun, dan masuk ke dalam air yang memiliki kedalaman sepinggangnya.

Dia menyelam, langsung saja luka memenuhi tubuhnya layaknya Lintah menghisap darah – nyeri, gatal, perih, tapi tidak dirasa olehnya.

Tampilan kekasihnya Rahardi lebih manusiawi. Tidak lagi kotoran tanah, darah kering. Wajahnya di hiasi bekas luka memanjang di pelipis bekas lemparan batu, sudut bibir pecah, pipi memar dan membengkak.

Banyak terdapat bekas cubitan, cakaran, goresan pada kulit lengan, bahu, perut, dan paha.

Saat dirasa cukup dan mulai kehabisan napas, Padmini menyembulkan kepalanya. Kemudian melangkah memijak pasir campur kerikil dasar sungai, dan duduk di batu lumayan besar terletak dekat tepian.

Kain jarik ia gunakan untuk menutupi tubuh polosnya, ujungnya diselipkan di bawah ketiak. Selendang disampirkan pada pundak.

‘Hutan ini sangat aneh, sama sekali tidak terdengar suara binatang. Sebenarnya ini pagi, atau siang?’ batinnya bertanya-tanya, matanya meneliti sekitar.

Padmini tidak dapat melihat permukaan tebing di mana dia terjatuh, langit pun tak tampak dari sini, cuma ada rimbunnya dedaunan.

Dia seperti berada didunia lain, tanpa sinar matahari. Cuacanya mendung, udara sejuk, lembab, jalanan yang tadi dilaluinya licin, berlumut.

Jarak pandangnya terbatas, sebab berkabut tipis. Gadis berusaha tegar itu enggan memeriksa kondisi tubuhnya, dia jijik melihat pada bagian-bagian yang telah dijamah tangan kurang ajar.

Segala rasa sakit dikesampingkan, sekarang cuma satu yang ada dipikirannya. Bagaimana caranya balas dendam.

Sekelebat bayangan putih melintas secepat kilat, membuat ritme jantung Padmini seperti dikejutkan dan dadanya berdesir.

Matanya bergerak liar, mencari-cari apa yang barusan saja lewat di depannya.

Kwak … Kwak … Kwak ….

Hutan yang tadi seperti tak berpenghuni, sekarang sangat berisik.

Padmini mendongak, di bawah rerimbunan daun hijau tak memberi celah sinar matahari masuk – puluhan burung pembawa berita kematian, terbang berputar-putar sambil mengeluarkan suara keramatnya.

Kabut tipis berubah pekat, tatapan Padmini terlihat waspada, kaki yang berendam di air ia naikan ke atas batu.

Detak jantungnya tak lagi berirama melainkan berpacu, jarak pandangnya menjadi sangat terbatas, barisan pohon seakan mengepung dirinya.

Dirinya bukan gadis penakut, tapi berada sendirian di tempat asing tentu bukan hal menyenangkan, ditambah baru saja mengalami kejadian mengerikan.

Srek srek ….

Terdengar suara dedaunan seperti diinjak, udara sejuk disertai sapuan angin menerpa kulit basah sang gadis yang duduk meringkuk memeluk lututnya.

Padmini ….

Padmini ….

“Bapak, Ibuk?” Pandangannya meliar, mencari sumber suara persis orang tuanya. Dia melupakan pantangan – bila berada di hutan, kalau ada yang memanggil jangan pernah menoleh apalagi merespon.

Tiba-tiba, akar pohon ditepi sungai keluar dari dalam tanah, serabut kecil-kecil ikut terangkat, bergerak layaknya kaki.

Pupil mata hitam pekat itu melebar, ia meremat ujung selendang, menahan napas. Matanya tidak berkedip menatap lekat batang pohon besar berubah wujud menyerupai sosok wanita mengerikan – cekungan pipi sangat dalam sampai memperlihatkan tulang rahang dibungkus kulit.

Air sungai yang tenang, jernih – seketika berputar-putar seperti pusaran angin, dari celah lubang sebesar lingkaran uang koin itu, keluar tangan-tangan hitam berkuku panjang tanpa badan. Merayap mendekati batu tempat Padmini duduk.

‘Kang Adi tolong Kang!’ pekiknya tertahan. Giginya bergemeretak, anggota geraknya seperti dikunci.

Sosok di tepi sungai benar-benar menampakkan wujud aslinya – gaun putih lusuh, bercak-bercak warna merah mengering, rambutnya menyerupai akar pohon. Kakinya terbalik, tungkai di depan dan jari-jari dibelakang.

Padmini! Hi hi hi ….

Seperti seekor Laba-laba, tubuhnya melengkung, kepala berputar seperti burung Hantu – merangkak masuk ke dalam air.

‘Tolong jangan ganggu aku! Setidaknya sampai dendam ku terbalaskan! Kutukan Maut itu terwujud!’

Hem Hem Hem!

Kuku hitam nan tajam menusuk kulit betis, menyayat hingga dagingnya terlihat dan darah mengucur deras.

Sosok berwajah pucat, dan seperti tengkorak hidup itu berdiri. Lidahnya menjulur panjang mencapai air yang mana tercampur tetesan darah Padmini.

Akhh!

Kepala Padmini mendongak, urat lehernya mengetat, kedua tangan meremas kain sampai buku jari memutih. Dia seperti menghadapi detik-detik kematiannya.

“Kang Adi tolong!!”

.

.

Bersambung.

1
Eli Rahma
lautan eek...🤣🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
tambang emas🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
berhamburan tai🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
🤣🤣🤣siap siap tujuh hari tujuh malam tuh bau syedap
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
🤣🤣🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
cerek itu kaya teko gitu ya
Secret Admire
Istri durhaka kamu Sundari, suami minta tolong lagi sakit perut disuruh ngesot... hiks ... astaghfirullah ...
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝⧗⃟ᷢʷˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
hahaha.. plot twist banget ini Thor, bukannya di serang makhluk halus, malah berak massal pestanya si sundari🤣🤣🤣🤣
Secret Admire
😄😄benar benar penuh teriakan ya Sundari, bukan teriakan pujian tapi 😄 teriakan mules, sakit perut, berebut WC, masih banyak lagi kan teriakan yang membuat pesta ramai😄
Secret Admire
😄😄😄 diluar prediksi BMKG 😄😄😄
Wanita Aries
Habislah kau sumi dikeroyok warga 🤣🤣🤣🤣 jadi mambu tele rumah yg ditinggalin
Mawar Hitam
Ki Dalamgkah yang meminta jawaban
Ayudya
asyeeeeekkkkk pesta yg meria dengan bau kotoran 🤣🤣🤣🤣🤣
imau
para warga desa tetangga kah ini yang dtg pakai Obor?
Alvin Ananda
mantap bener kak cublik pestanya
imau
wkwkwk 😂 gimana nasibnya ikan lele, mati atau kekenyangan 🤣
Alvin Ananda
waah g jadi pesta kecirit semua bau
🍒⃞⃟🦅Amara☆⃝𝗧ꋬꋊ
Ya ampun thor, kepikir aja sih alur ini😁,pesta meriah diharapkan ,tapi bencana kotoran manusia lah yang tertuai🤣,
Bab ini di jamain readersmu mules semua ,mata berkaca kaca, gigi kering kebanyakan ngakak...
wes angel ....angel tenan nebak jalan pikiran thor Cublik ..
henhao ....joss gandos tenan.
FLA
haaa puas sekali rasanya, pesta yg amat sangat meriah bukan🤣
Reni
yeeee ada pesta ta* 😅🤣😂 astaga g nyangka cublik dapat ide dari mana kau astofirulloh 😅🤣😂😅🤣 kawinan orang kau bikin hancur , g bisa bayangin baunya huekkkkkk 🤮🤮🤮🤮🤮🤮
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!