KUTUKAN MAUT PADMINI

KUTUKAN MAUT PADMINI

01 : Seperti di paksa

Setting : tahun 1989

...----------------...

“Bik, bukan maksudku tak menghargai kalian, tapi tolong hormati kedua orang tuaku yang terbujur kaku. Biarkan mereka dikebumikan dulu agar dapat beristirahat dengan tenang.” Kedua tangannya tertangkup, mata sembab, suara parau. Dia baru saja tiba dari perjalanan jauh – begitu sampai di kediaman masa kecilnya, bukan raga sehat yang ditemui, melainkan ayah dan ibunya sudah dikafani.

“Bibik mengerti, paham, Padmini. Kami pun dirundung duka atas kehilangan dalam ini, tapi selaku keluargamu dan diberikan amanah sebelum ayah dan ibumu menghembuskan napas terakhirnya, kami tak berani membantah. Sebab ini permintaan terakhir orang yang sudah meninggal dunia. Tolong mengertilah! Supaya langkah kedua orang tuamu kembali ke alam abadi diterangi, ringan, tak berat.” Jemarinya mengelus sedikit bertenaga lengan keponakannya, Padmini.

“Padmini, pak penghulunya sudah hadir, pernikahan ini pun dapat dilaksanakan. Agar cepat pula jasad Ibu dan ayahmu dimakamkan,” beritahu Wandi, suaminya Sumi.

Padmini, gadis berumur 21 tahun yang sudah tiga tahun ini tinggal di kota dikarenakan sedang menempuh pendidikan kedokteran – melepaskan tangan bibinya yang memeluk pundak. Menggunakan lutut, dia maju sampai duduk di tengah-tengah sosok yang ditutupi kain jarik panjang, bagian wajah tertutup selendang transparan.

Dipandanginya sayang kulit wajah pucat, mata tertutup, bagian hidung disumpal kapas, rahang bawah disanggah ikatan kain kafan agar bagian mulut bisa tertutup rapat. Ibu dan bapaknya yang begitu ia sayangi, tanpa berpamitan telah berpulang dengan cara sangat menyakitkan – mobil yang ditumpangi oleh kedua orang tuanya masuk ke dalam jurang.

Yang lebih membuat hatinya berdarah-darah, kedua orang tuanya mengalami kecelakaan saat hendak ke kota menemuinya.

“Ibuk, Bapak … hiks hiks hiks.” Kedua tangannya terentang, memeluk raga tak lagi bernyawa. Tangisnya tumpah, sampai suara sedu sedan nya menyesakkan dada.

‘Padmi tak mau menikah dengan dia, Buk. Apa betul kalian telah menjodohkan kami? Lantas kenapa tidak ada memberitahu sebelumnya?’ batinnya terus bertanya-tanya. Kedua orangtuanya sama sekali tidak pernah membahas ataupun menyinggung perihal perjodohan.

Lantas, mengapa sekarang seolah dia dipaksa menikah dengan dalih amanah yang wajib dipenuhi. Dirinya juga tak mengenal betul calon suaminya, cuma tahu nama dan sekali dua kali berpapasan saat dulu ke puskesmas, sebab pria itu berprofesi sebagai Mantri.

“Tak elok menunda-nunda pemakaman! Hari pun mulai beranjak sore. Seharusnya kedua orang tuamu sudah dikebumikan tadi pagi, tapi dikarenakan menunggu kepulanganmu, maka harus ditunda. Sekarang kau telah disini, laksanakan lah amanah terakhir nya, Padmi. Para pelayat dan tetangga pun punya urusan lain!” Sumi kembali memperingati.

“Padmini ….”

Padmini menoleh ke sumber suara yang sudah dia kenal, wajah sahabatnya berlinang air mata. “Rinda!”

Wanita yang dipanggil Rinda itu berjalan jongkok mendekati sahabatnya, ia peluk tubuh lemas bagaikan tak bertenaga. “Kau pasti kuat, bisa melewati semua ini. Ada kami yang selalu menjadi pelipur laramu, Padmi. Ayo tunaikan bakti terakhirmu sebagai seorang anak.”

Dengan berat hati, dan tak mau membuat kegaduhan serta dirinya pun tidak memiliki tenaga untuk sekadar protes, sementara jiwanya terguncang hebat – ia menyetujui menikah dengan pemuda masih satu desa dengannya.

Pria berpeci hitam, mengenakan kemeja dan celana hitam – menjabat tangan pak penghulu. Di depan kedua mayit orang tua calon istrinya, ia berkata lantang dengan satu tarikan napas.

“Saya terima nikah dan kawinnya Padmini binti Pandu dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” Genggamannya bertambah erat, rautnya terlihat tegas, seserius kata-kata yang terlontar.

Bambang berhasil mempersunting pewaris tunggal juragan Pandu – bermodalkan uang dua puluh ribu, dan cincin polos milik mendiang ibunya yang selalu dipakai dijadikan bandul kalung.

Kata sah dari para saksi pun bergema pelan.

Padmini yang bahkan belum berganti pakaian, masih mengenakan kemeja lengan panjang putih, rok lebar hitam, cuma memakai selendang hitam – tergugu. Ini bukan pernikahan impiannya, sangat jauh dari keinginannya yang ingin menikah dengan kekasih hatinya. 'Maaf Kang, aku menodai tali kasih kita, tak menepati janji.'

Tak ada kata-kata selamat menempuh hidup baru, para pelayat yang turut menyaksikan mengucapkan ‘Semoga kau tabah menerima takdir Tuhan atas kehilangan orang terkasih.’

“Jangan terlalu bersedih, Padmi. Kau tak sendirian, kini telah bersuami. Ada kami yang akan selalu bersamamu.” Lengan berkulit halus itu mengelus selendang sepupunya.

“Terima kasih, Sundari.” Angguknya lemah. Sundari dan Rinda adalah sahabatnya. Mereka tumbuh besar bersama.

Wanita yang baru saja berganti status dari gadis menjadi seorang istri lewat pernikahan siri itu, dihampiri oleh suaminya.

Padmini sedikit mendongak menatap punggung tangan berkulit kuning langsat. Meskipun hatinya menolak, tapi tetap saja ia salim tangan suaminya.

Usapan lembut menyapa pucuk kepala Padmini, tak ada kecupan di dahi, hanya kata-kata lirih. “Sekarang dirimu tanggung jawabku, Padmini.”

Tak ada desiran hangat. Hambar dan hampa yang dirasakan oleh Padmini. Dia enggan merespon, hanya berdiam diri sampai pria bernama Bambang itu menjauh darinya.

“Kali ini jangan halangi saya menghantarkan Ayah dan Ibu ke peristirahatan terakhirnya, Bik.” Ia berdiri, enggan menurut kala disuruh berdiam diri di rumah.

Sumi dan Wandi saling pandang, lalu mengangguk. Mereka membiarkan sang keponakan ikut serta ke pemakaman.

Dua keranda tertutup kain hijau, berkalungkan untaian bunga melati segar – diangkat oleh pemuda desa.

Bambang ambil bagian, dia menyanggah ujung besi keranda bapak mertuanya.

Padmini tanpa mengenakan alas kaki, berjalan terseok-seok. Sesekali nyaris terjatuh kala tidak dapat menahan keseimbangan tubuhnya diakibatkan terlalu bersedih.

Rinda dan Sundari selalu ada di samping Padmini. mereka memapah dan merangkul pundak wanita yang masih terus menangis.

Begitu tiba di pemakaman, acara penguburan pun langsung dilakukan dengan dipimpin oleh tetua desa yang juga seorang ustadz.

Ketika gundukan tanah telah meninggi, menimbun dua orang yang paling dikasihi Padmini – satu persatu para pelayat melangkah kembali ke hunian mereka.

Padmini duduk berselonjor di tanah bersisian dengan kuburan ayah dan ibunya. Ia termenung seolah tengah mengenang masa silam. Saat-saat penuh canda tawa bersama keluarganya.

“Ayah, Ibuk … mengapa begitu cepat kalian berpulang? Bukankah sangat ingin melihat anakmu ini menjadi seorang dokter lalu mengabdi di desa kita? Lalu, bagaimana dengan aku, Buk?” bisiknya diiringi linangan air mata.

“Padmini ….” Sosok pria bertubuh tegap, warna kulit sawo matang – berjongkok di depan wanita yang dunianya tengah runtuh.

Perlahan wajah menunduk itu terangkat, kala pandangan mata mereka bertemu – Padmini histeris. “Kang Adi! Ibuk, Ayah, mereka ….”

“Kakang ikut berduka cita ya, Sayang. Maaf juga, karena kelalaian Bapak – Ayah dan ibumu ikut meninggal dunia.” Rahardi menunduk sangat dalam. Dia adalah anak sopir orang tua Padmini, dan kekasih putrinya sang majikan.

Pada saat kejadian, mobil itu dikendarai oleh ayahnya Rahardi. Tak ada yang selamat! kedua penumpang berikut sang sopir meninggal saat diperjalanan menuju rumah sakit kota.

Padmini mengangguk pelan, dia sangat mengenal keluarga kekasih hatinya ini.

“Jangan sentuh istriku! Dasar keluarga pembunuh!”

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ

⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ

astaga.. mas Bambang ta uk uk... 🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️

2025-10-28

6

🍒⃞⃟🦅Amara☆⃝𝗧ꋬꋊ

🍒⃞⃟🦅Amara☆⃝𝗧ꋬꋊ

Babak awal perseteruan nih.
pasti ada sabotase tuh mobil bisa2 nya masuk jurang.
ada konspirasi mengenai harta dan hati seorang anak di jadi kan alasan buat menguasai semua kekayaan padmini....

Selamat berkarya my lovely othor.
Semangat pokoe👍

2025-10-28

4

imau

imau

masih dlm tahap menghafal nama-nama semua tokoh, maklum saya orangnya pelupa 😂

2025-10-28

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!