Peringatan! Harap bijak dalam membaca. Ini karya dipersembahkan untuk hiburan emak yang sudah berusia 21+ dan sudah menikah! Dibawa 21 harap jangan baca! Dosa tangung sendiri!
Sequel dari Dipaksa menikahi tuan muda duda
Ashanum Ananda Wijaya terpaksa menerima perjodohan dengan pria yang sama sekali tak ia kenal setelah pergaulan bebasnya diketahui sang papa yaitu Raka Wijaya. Asha harus mengorbankan cintanya menikahi pria sederhana yang bukan tipenya yang tak ada daya tarik sama sekali yang hanya berkerja sebagai guru ngaji di pondok pesantren dan sebagai ob di rumah sakit ternama dikota Malang.
Dibalik kesederhanaannya Asegaf Albramata adalah seorang pengusaha muda yang sukses disegala bidang, namun ia menyembunyikan semuanya karena berbagai alasan.
Asha sangat membenci Ega karena adanya dia, ia harus kehilangan cinta pertamanya.
Nb : Jangan lupa follow ig:Duwi Sukema author ya, agar tahu visual juga novel author lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon duwi sukema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Penyesalan
Asha menatap wajah Ega yang mengulurkan tangannya.
"Emang harus ya?" tanya Asha ragu-ragu.
"Tidak juga," jawab Ega menarik kembali tangannya. "Aku berangkat ya, kamu hati-hati di rumah jangan lupa kunci dari dalam," ucap Ega mengingatkan kembali.
Setelah kepergian Ega, Asha bersiap menuju tempat yang telah dijanjikan dengan Dion. Ia segera mengambil tas ranselnya memesan ojek online.
Saat Asha menutup rumahnya, ia di kejutkan dengan seseorang yang menepuk bahunya.
Aduh kenapa itu cowok nyebelin pulang lagi, pasti dia akan banyak tanya. Aku harus buat alasan apa ini, pikir Asha dalam hatinya dengan sedikit gugup.
Asha mencoba menetralkan dirinya, membalikkan badannya untuk berpura-pura biasa saja.
"Bang Nathan, kok abang kesini?" tanya Asha melihat saudara laki-lakinya berkunjung ke rumahnya.
"Emang abang ngak boleh kesini. Abang kan kangen sama kamu, kamu mau kemana rapi banget?" tanya Nathan penuh menyelidik.
"Mau beli sesuatu ke alfamart bang, Abang sendirian ya, mana bunda sama papa?"
"Abang sendiri kesini, abang mau memberikan ini ke kamu," ucap Nathan menyodorkan beberapa rekaman serta amplop yang berisi beberapa foto.
"Apa ini bang?" tanya Asha yang tak paham dengan maksud semua itu.
Asha segera mengambil benda yang ada di depannya kini ia membolak balikkan amplop berwarna coklat tanpa membukanya.
"Bukalah! Itu bukti jika Dion selama ini mengkhianati kamu," jelas Nathan. "Maaf abang baru memberi tahu kamu saat ini, abang sudah tahu sejak satu tahun lalu, tapi abang tak tega untuk memberi bukti ini padamu, abang takut kamu terluka," lirih Nathan.
Nathan berajak dari kursinya, memeluk adik bungsu yang amat ia sayangi.
"Maksudnya bang Nathan gimana? Aku tak mengerti," Asha mulai melepas pelukan Nathan dengan meminta penjelasan.
"Buka saja itu! Disitu ada bukti keburukan Dion selama ini, abang ingin yang terbaik untuk kamu," ucap Nathan dengan menepuk bahu sang adik. "Abang gerah, abang mau ke teres dulu," alasan Nathan memberikan ruang untuk Asha membuka apa yang ia bawa.
Sepeninggalan Nathan, Asha dengan tergesa-gesa membuka isi amplop coklat tersebut. Mata Asha menganga saat mendapati foto Dion bersama sahabat dekatnya sedang bercumbu mesra dengan berbagai tempat dan baju yang berbeda-beda jika hanya teman tak mungkin sedekat itu.
Asha meremas foto yang ada di depannya membuangnya ke lantai.
"Dasar kalian penghianat, aku salah apa hingga kalian tega berbuat itu padaku. Aku selalu membantu kalian dalam segala hal hingga terkadang aku harus berdebat dengan bunda dan papa demi kalian," lirih Asha.
Asha segera mengambil rekaman yang ada di depannya, ia segera memutar apa sebenarnya isi rekaman tersebut.
Asha saat mendengar ucapan Dion dengan jelas mengapa ia mendekatinya, kini ia mengepalkan tangannya dengan penuh amarah.
Merasa dikecewakan dikhianati, ia membuang apa yang ada di depannya hingga berjatuhan semuanya dengan menangis histeris.
Nathan yang mendengar suara bedan pecah dari dalam rumah ia segera masuk untuk memeriksa apa yang terjadi.
Nathan melihat Asha menangis segera menghibur adik bungsunya agar tak larut dalam kesedihan.
"Sayang, jangan menangis seperti ini! Lihat cantik kamu hilang," tutur Nathan menghapus air mata Asha.
"Bang, kenapa abang tak memberi tahu Asha dari dulu? Kenapa bang?" teriak Asha.
Jika saat itu bunda dan papa tak datang mungkin aku sudah melewati batas dan aku sudah menjadi wanita tak memiliki harga diri. Pasti Dion setelah menghancurkanku dia akan mencampakkan aku begitu saja batin Asha penuh dengan penyesalan.
"Maaf abang, abang tak ingin kamu bersedih begini. Sebaiknya kamu sekarang salat magrib sana," perintah Nathan. "Abang akan membersihkan ini semua," ucap Nathan lagi.
"Biar Asha saja, abang istirahat saja dulu."
"Tidak, sudah cepat ambil air wudhu sana biar hati dan pikiran kamu tenang. Habis itu nanti buatkan abang makam malam," ketus Nathan.
"Abang ini ada mau aja," tawa Asha. "Yang bersih ya bang! Aku salat dulu," ucap Asha beranjak pergi menuju kamarnya.
Semoga kamu dan Ega menjadi sepasang suami istri yang saling mengerti, menyayangi, dan selalu menjaga satu sama lain walaupun pernikahan kalian tak di dasari oleh cinta batin Nathan berdoa untuk kebahagian Asha.
"Bang salat dulu sana! Aku buatkan nasi goreng apa mie rebus," tawar Asha.
Mendengar tawaran sang adik yang menurutnya makanan kurang sehat ia segera melihat di lemari pendingin melihat apa isi di dalamnya.
Apa Asha setiap hari makan seperti itu, kenapa Ega itu sombong tak mau menerima tawaran papa saja. Aku tak tega jika Asha harus makan-makanan seperti itu sedangkan kami semua makan-makanan bergizi dan lezat-lezat pikir Nathan yang mulai negatif.
"Sha, banyak sayuran, daging, ikan, ayam juga tapi kenapa kamu hanya menawarkan nasi goreng dan mei rebus saja," ucap Nathan setelah membuka lemari pendingin.
Asha hanya menatap Nathan dengan menyengir, "Malas masak bang."
Nathan segera menyentil kening Asha pelan.
"Dasar anak manja! Suami kamu makan apa kalau seperti itu?"
"Dia makan nasi goreng tadi siang," ketus Asha.
"Oya aku kok ngak lihat Ega, dimana dia? Apa dia lagi kerja?" tanya Nathan.
"Dia lagi ke pesantrennya abah Jafar."
"Dia pergi sendiri?" tanya Nathan kesal. "Sungguh terlalu, dia tega meninggalkan kamu di rumah sendiri, di lingkungan yang baru yang sama sekali tak kamu ketahui ini," ucap Nathan.
"Dia mengajar disana bang, tadi aku di ajak tapi aku tak mau. Aku beralasan kalau mau belajar padahal sebenarnya aku mau ketemuan dengan Dion," ucap Asha keceplosan.
"Apa kamu mau janjian sama Dion?" Nathan menatap dengan tatapan membunuh. "Jadi selama kamu menikah sama Ega masih berhubungan dengan laki-laki brengsek itu?" hardik Nathan.
"Iya, tapi aku janji bang setelah ini tidak lagi. Aku tak tahu jika Dion ternyata hanya menfaatku saja," lirih Asha penuh penyesalan.
"Berubahlah sebelum terlambat, bertaubatlah Asha. Abang ingin melihat kamu bahagia tanpa dosa, minta maaflah pada bunda dan papa mereka sangat kecewa saat melihat kamu dan Dion melakukan dosa besar," jelas Nathan.
"Bunda sekarang juga sering diam, murung di kamar. Bunda juga tak mau makan, dia merasa gagal mendidik anak. Papa juga bingung harus membujuk bunda, abang mohon berubahlah menjadi lebih baik lagi," ucap Nathan memberikan nasehat.
"Iya bang, apa yang harus aku perbuat? Jika abang dari dulu memberikan semua bukti Dion selingkuh mungkin semua ini tak akan terjadi," lirih Asha.
"Sha, mbak Bila sering mengingatkanmu tapi apa kamu mendengarkannya? Kamu malah menyalahkan mbak Bila, kamu bilang kalau mbak Bila tak ingin melihat kamu bahagia," ucap Nathan membelai rambut adik bungsunya.