Ingin berbuat baik, Fiola Ningrum menggantikan sahabatnya membersihkan apartemen. Malah menjadi malam kelam dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kesuciannya direnggut oleh Prabu Mahendra, pemilik apartemen. Masalah semakin rumit ketika ia dijemput paksa orang tua untuk dijodohkan, nyatanya Fiola sedang hamil.
“Uang yang akan kamu terima adalah bentuk tanggung jawab, jangan berharap yang lain.” == Prabu Mahendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Dimana
Prabu mengerang saat ia terjaga dan membuka mata. Masih terasa pusing akibat pengaruh alkohol semalam. Dengan pelan ia beranjak duduk dan menyadari tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun.
“Ck, kepalaku,” keluh Prabu lalu menguap.
Menatap sekeliling kamar mengingat di mana ia meletakkan ponsel karena tidak ada di atas nakas. Tidak lama terdengar deringan ponselnya ternyata ada di bawah selimut. Mendapati ranjangnya agak berantakan dengan kondisi sprei yang tidak karuan dan selimut yang sebagian menjuntai ke lantai, Prabu mengernyitkan dahi.
Ia tidak suka dengan hal yang berantakan, yakin bukan dirinya yang melakukan itu. bisa jadi ia lakukan dalam keadaan tidak sadar, apalagi semalam ia mabuk.
“Astaga,” gumam Prabu mencoba mengingat apa yang semalam terjadi. “Perempuan, aku ingat ada perempuan yang aku bawa ke sini lalu ….”
Meski ingatannya tidak terlalu detail, tapi ia yakin kalau semalam ia menuntaskan hasratnya dengan perempuan itu. Entah siapa dan sudah tidak ada di kamar itu, tidak mungkin di toilet karena desain dengan kaca buram menunjukan tidak ada seseorang di dalam sana.
“Siapa dia?”
Prabu menoleh ke samping ranjang mengabaikan suara dering ponsel karena ada panggilan lagi. Mendapati bercak di sprei, ia menyadari kalau sudah merusak seorang gadis.
“Astaga.” Prabu mengusap kasar wajahnya. Geram dengan ulah seseorang yang membuatnya menggila sampai harus menyakiti seorang gadis.
Mulutnya berdecak mendapati Gama -- sang asisten yang menghubungi.
“Apa kerjamu sampai bisa kecolongan begini,” ujar Prabu saat menjawab panggilan, tanpa sapa dan basa-basi.
“Ulah rekan bisnis anda, sepertinya ingin mendapatkan kesepakatan dengan cara licik. Maksud menjebak anda dengan sekretarisnya, tapi ….”
“Tapi aku malah meniduri seorang gadis. Cepat kemari dan selesaikan kekacauan ini!”
Prabu melempar ponselnya sembarangan lalu menuju toilet. Menundukan kepala di bawah guyuran shower dengan kedua tangan menempel ke dinding. Kep4rat orang yang sudah menjebaknya, sudah terlintas apa yang akan dilakukan untuk membalas orang itu.
Terlintas lagi apa yang sudah dilakukan semalam meski tidak mengenal perempuan itu, tapi kenikmatan yang ia rasakan masih sangat terasa.
“Dia masih gadis dan aku merusaknya.”
Tangan Prabu meraih handuk saat menyudahi mandinya dan kembali teringat sesuatu.
“Fiola, namanya Fiola.”
Emosinya belum reda, rasanya ia ingin menghajar seseorang. Tidak ingin kekacauan di kamarnya disaksikan orang lain ia pun mengirimkan pesan pada Maya agar tidak bertugas untuk dua hari ini.
Gama memasuki unit apartemen dengan mudah. Sebagai asisten Prabu tentu saja dia tahu passcode untuk membuka pintu. Mencermati kondisi apartemen, terlihat tidak ada yang berbeda. Tetap rapi seperti biasa. Sang majikan berada di balkon, ia pun menghampiri.
“Sepertinya kamu mulai lengah. Apa sudah tidak kerasan bekerja denganku?” tanya Prabu tanpa menatap dengan kedua tangan berada di saku celana.
“Mohon maaf, hal ini tidak akan terjadi lagi. Saya sudah mendapatkan bukti kalau ….”
“Kalau itu aku sudah tahu. Ada hal lain yang harus kamu urus.” Prabu menyela ucapan Gama lalu menghela nafas. “Cek kamarku!”
Tanpa menjawab Gama langsung menuju kamar Prabu. Mendapati kondisi ranjang yang masih berantakan sudah bisa disimpulkan apa yang terjadi semalam. Ditambah kondisi pria itu dalam pengaruh alkohol dan obat per4ngsang.
Gegas Gama mengecek cctv yang dipasang di unit tersebut kecuali kamar utama yang ditempati Prabu.
“Siapa gadis ini, dia bukan petugas yang biasa,” gumam Gama lalu keluar dari kamar.
Prabu sudah berada di sofa ruang tengah duduk bersandar dengan tangan bersedekap.
“Saya akan selidiki siapa perempuan ini, mungkin saja dia kaki tangan dengan ….”
“Apa itu yang terlintas di kepalamu?” Prabu menatap Gama dengan raut wajah datar.
“Perempuan ini bukan petugas yang biasa, bisa jadi dia memang bersekongkol. Rencana membuat anda tidur dengan sekretarisnya tidak berhasil dan perempuan ini adalah rencana lain mereka.”
Prabu menghela nafasnya. yang dikatakan Gama bisa saja benar, tapi rasanya ada yang aneh. Untuk apa gadis itu memberontak dan ingin pergi kalau memang ingin menjebaknya.
“Kamu memberikan informasi berdasarkan pendapat, bukan kebenaran. Apa begini cara kerjamu sekarang?”
Gama langsung menunduk dan meminta maaf.
“Saya akan selidiki dan laporkan segera.” Ia mengangguk lalu meninggalkan tempat itu.
***
Dengan kekuasaan Prabu, tidak mudah mencari tahu siapa perempuan yang berada di unit apartemen Prabu tadi malam. Gama bahkan sudah mendapatkan biodata perempuan itu. Termasuk rekaman cctv kapan dia meninggalkan unit milik Prabu.
“Maya dan Fiola itu sahabatan mas, sering pulang bareng.”
Gama mendengarkan penjelasan dari salah satu rekan kerja Fiola dan Maya.
“Fiola itu cantik, malah saya aneh kok mau dia kerja di sini. Bersih-bersih pula, harusnya dia jadi artis. Bang Denis, security aja demen ama dia. Terus ada lagi cowok di lantai sepuluh sering cari Fiola.”
“Nyariin gimana maksudnya, pacar?” tanya Gama sambil menghembuskan asap rokok. Mereka berada di belakang gedung, tempat para pekerja beristirahat dan area bebas rokok.
“Bukan, bukan pacar. Kayaknya mah demen sama Fiola. Masnya ngapain nanya-nanya? Demen juga sama Fiola?”
Gama menggeleng pelan lalu membuang puntung rokok dan menginjak dengan sepatunya. Merogoh kantong celana mengeluarkan dua lembar uang berwarna biru.
“Beli rokok sana, saya duluan.”
“Asyik, rejeki.”
Gama sudah bisa menyimpulkan kalau Fiola bukan bagian dari persekongkolan yang menjebak Prabu. Keberadaannya malam itu karena menggantikan Maya. Untuk memperjelas masalah itu ia pun mengerahkan orang lain untuk membuktikan hal tersebut sebelum melaporkan pada Prabu.
Sambil menunggu kabar dari orang suruhannya, ia menuju alamat tinggal Fiola. Rumah kost-kostan. Masih berada dalam mobil, melepas seatbelt saat melihat seseorang keluar dari gerbang dan berdiri.
“Sepertinya itu Fiola. Mau kemana dia?” gumam Gama mendapati Fiola hanya berdiri saja.
Penampilan Fiola yang mengenakan piyama dengan rambut digerai agak berantakan. Cukup lama hanya berdiri saja lalu berbalik dan kembali ke dalam. Gama menghela nafasnya. Bisa jadi Fiola masih terguncang dengan kejadian bersama Prabu. Ponsel Gama berdering gegas ia menjawab panggilan itu.
“Halo,” ucapnya lalu terdiam mendengarkan suara di ujung sana. “Di mana Maya sekarang?”
crazy up thor semangat"
anak kandung disiksa gak karuan ehh anak tiri aja disayang² gilakk
kalo maya pindah nanti sepi
. kasian a' gama kn gak ada gandenganya wk wk wk