Dipisahkan karena sebuah kesalahan membuat dua remaja mengakhiri hubungan mereka tanpa kejelasan.
Hilangnya Anezha Shepira setelah malam tak terlupakan di antara mereka menyisakan luka bagi Elian. Namun siapa sangka gadis yang ia cari selama ini tiba-tiba muncul disaat ia pasrah dengan keadaan dan mencoba move on dari hubungan masa lalu mereka, lantas akan seperti apa kisah yang sebenarnya belum usai itu?
"Gue udah lupain semuanya, dan anggap kita nggak pernah saling kenal"
"Setelah malam itu? hebat banget." Elian terkekeh sinis, lalu mendekat dan berbisik sinis.
"Dimana dia?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Atau Musuh?
"Zha," lirih Dara yang sudah berada di sebelahnya.
Gadis itu menepuk punggung Nezha pelan, namun langsung mampu menyadarkan Nezha.
"Lo mau balik sekarang?" tawar Dara paham akan kondisi Nezha.
Nezha tersenyum tipis, lalu melirik ke arah meja Elian dan beberapa temannya yang tidak Nezha kenali. Namun ada yang menarik perhatian Nezha kali ini, gadis yang duduk di samping Elian sesekali terlihat mencuri pandang ke arah Elian, lalu tersenyum tipis.
Entah kenapa ada gejolak dalam hati Nezha yang tidak bisa ia mengerti, dan Nezha tidak menyukai rasa itu.
"Nggak papa kok, lagian gue juga udah selesai sama dia," ujar Nezha menatap Elian sekilas. Lalu tersenyum ke arah Dara.
Ada rasa tidak ikhlas ketika ia mengatakan itu, hatinya mendadak gelisah.
Selesai, satu kata yang cukup berpengaruh untuk Nezha, gadis itu bahkan ragu dengan kata-katanya sendiri.
"Ayo duduk lagi, anggap aja nggak ada buaya tukang selingkuh di sini," ujar Vio dengan lantang.
Vio sengaja memang ketika mengatakan itu, agar Elian dapat mendengarnya.
Nabila yang merasa aneh dengan sikap Vio dan Dara itu menoleh, menatap keduanya cukup lama, lalu beralih menatap Nezha yang kini sedang memainkan ponselnya.
"Mereka kenapa ya? Dari tadi liatin ke sini terus?" ujar Nabila seketika membuat Elisa ikut menoleh.
Bukan hanya Nabila saja yang merasa demikian, Elisa pun sebagai seorang cewek juga peka, merasakan seperti apa yang dirasakan oleh Nabila. Namun ia tidak berani berkomentar, berurusan dengan salah satu di antara mereka akan panjang urusannya.
Violeta, primadona sekolah itu tidak mengenal takut, bahkan dengan para anak cowok, apa lagi hanya dengan mereka yang mengandalkan prestasi.
"Uda kita fokus aja, keluarin buku kalian," ujar Yoga melirik ke arah Elian yang tampak diam, tenang dan tidak peduli dengan sekelilingnya.
"Gue ke toilet bentar ya?" pamit Nezha diangguki oleh keduanya.
"Jangan nangis di toilet lo," ujar Vio seketika membuat Nezha menaikan sebelah alisnya, lalu menggeleng. "Nggak akan," balasnya mendapat jempol dari Dara.
Violet menuju ke toilet kafe, gadis itu hanya membasuh wajahnya, sama seperti ketika tadi di sekolah, saat perasaannya mulai tidak tenang, Nezha akan melakukan itu untuk mendinginkan dirinya. Lalu ia membalikan badan berniat untuk kembali, namun siapa sangka, seseorang tiba-tiba datang dan menarik Nezha ke salah satu bilik toilet yang berada di sana. Ada 3 dan toilet paling ujung kini di huni 2 mahluk berbeda jenis kelamin.
Mata Nezha terbelalak saat melihat wajah Elian di depannya, sangat dekat sampai deru nafas Elian menyapu sekitar permukaan kulit wajahnya.
Tenggorokan Nezha seakan tercekat saat kembali menatap mata itu, mata hitam legam yang penuh dengan ketajaman, dan Nezha benci melihat mata itu, mengingatkan dirinya dengan seseorang.
"Lo nggak mau jelasin apa-apa ke gue?"
Rasanya napas Nezha hampir saja terputus mendengar ucapan Elian. Ia menatap manik mata hitam legam itu dengan lekat, mencoba mencari sesuatu yang mungkin saja bisa membuatnya lebih tenang, lebih lega, juga menjawab semua, namun nihil, tidak ada sorot mata yang ia cari. Nezha menggeleng, ia mencoba melepaskan diri tanpa sepatah kata.
Tidak ingin melepaskan Nezha begitu saja, Elian semakin mencengkram lengan Nezha, sorot matanya menggelap, lebih tajam dari tadi.
"Anezha," lirih Elian, namun penuh dengan penekanan.
Nezha menggelengkan kepalanya, tidak sanggup rasanya harus berada di situasi seperti saat ini. "Lepas."
Sebelum benar-benar melepaskan cengkraman tangannya pada lengan Nezha, Elian menatap manik mata teduh gadis di depannya, ada gejolak aneh di dadanya.
"Gue lepasin lo sekarang, tapi tidak untuk nanti," ujar Elian menatap Nezha lamat, sebelum akhirnya pergi dari sana, meninggalkan Nezha yang mencoba untuk mengatur napasnya.
"Elian, lo sebangsat itu," umpat Nezha memejamkan mata. Ia kembali mengatur napasnya agar kembali tenang.
Tidak lama terdengar suara ketukan pintu toilet.
"Zha, lo masih di dalam?" suara Dara terdengar dari luar pintu toilet.
Setelah dirasa cukup tenang, Nezha keluar dari dalam toilet, lalu mengajak Dara untuk segera pulang.
"Tadi gue nggak tenang banget pas liat El juga ke sini Zha, lo beneran nggak papa?"
"Aman kok Dar, gue malah nggak tau dia ke toilet."
Setelah mengatakan itu, Nezha kembali mengepalkan tangannya tanpa diketahui Dara.
Nggak tahu? Cih, pembohong handal. Bahkan mereka berada di satu bilik toilet tadi, sangat dekat sampai hampir menghilangkan nyawa Nezha akibat napas yang tercekat.
"Ayo ges, balik sekarang, nggak mood gue lama-lama liat gerombolan si paling berprestasi," ujar Vio diangguki keduanya setuju.
Ketiganya berjalan keluar dari kafe, namun sebelum benar-benar melangkah keluar, Nezha sempat melirik ke arah Elian, yang kebetulan juga sedang menatap ke arahnya, namun Nezha langsung mengalihkan lirikan matanya, ia melangkah sampai kini dirinya tidak terjangkau lagi dari pandangan Elian.
"Ian, kamu sudah pelajari yang ini?" Nabila memperlihatkan lembar buku miliknya.
Elian menoleh, lalu mengangguk saja. Raganya berada di sana memang, tetapi pikirannya penuh dengan gadis yang baru saja meninggalkan kafe.
Keadaan jadi sedikit candung karena sikap Elian yang tidak setenang hari-hari kemarin, bahkan Elian kini lebih banyak diam dan hanya fokus dengan bukunya. Sesekali cowok itu melirik arloji di tangannya, seakan waktu sedang memburunya.
...****************...
Nezha menghempaskan dirinya di atas ranjang, ia menatap langit-langit kamarnya bersamaan dengan wajah Elian yang tiba-tiba muncul. Wajah tampan itu kembali muncul di depannya, bahkan deru napas itu sangat terasa menyapu permukaan wajah Nezha tadi. Ah, mengingat itu seketika membuat Nezha mengepalkan tangannya, bayangan kejadian 2 tahun lalu kembali berputar di ingatannya, ada rindu yang masih terbendung, tetapi ada benci yang kian menyiksa.
"Zha, Nezha."
"Iya tante."
"Ada teman kamu di bawah," beritahu tante Arin seketika membuat Nezha mengernyitkan dahi.
"Siapa?" gumamnya, pasalnya Vio dan Dara baru saja pulang setelah mengantarnya. Rasanya tidak mungkin jika kedua sahabatnya itu.
Nezha menggigit bibir bawahnya, dadanya berdebar gelisah, kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi, seseorang yang sangat Nezha hindari yang tiba-tiba datang.
"Zha, temui temen kamu ya? Tante mau ke tetangga sebentar."
Tidak ada jawaban dari Nezha. Gadis itu ragu untuk menemuinya, tetapi tidak ingin juga membiarkan siapapun itu berada lebih lama di rumah tantenya, apa lagi menunggunya.
Setelah meyakini diri, Nezha keluar dari kamar, ia melangkah menuju ruang tamu, dan saat itu juga, Nezha dapat melihat siapa teman yang dimaksud oleh tantenya itu.
Teman? Nezha rasa itu salah besar. Dia bukan teman, tetapi sebab dari hancurnya hidup Nezha.
Seketika wajah Nezha menegang, melihat cowok yang kini mendongak, menatap ke arahnya dengan senyum tampan khas miliknya.
"Hai Zha, apa kabar?"
dobel up kk
next up kak
bahagia slalu kaliannn
gemusshh dgn bayik lucu galen
nezha itu kehidupan nya elian