Tidak ada sugarbaby yang berakhir dengan pernikahan.
Namun, Maira berhasil membuktikan bahwa cinta yang tulus kepada seorang pria matang bernama Barata Yuda akhirnya sampai pada pernikahan yang indah dan sempurna tidak sekedar permainan di atas ranjang.
"Jangan pernah jatuh cinta padaku, sebab bagiku kita hanya partner di atas tempat tidur," kata Bara suatu hari kepada Maira. Tai justru dialah yang lebih dulu tergila-gila pada gadis ranum itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Egois!
Sudah tiga jam dari kedatangannya ke rumah megah itu. Maira masih berada di kamar, Dimas sudah turun entah kemana. Mungkin, asisten Bara itu tidak ingin berlama-lama berada di dalam kamar bersama istri dari atasannya. Tak pantas. Begitu mungkin pikir Dimas.
Maira menatap ke luar jendela, ia bahkan belum bisa menghentikan tangisnya. Bayangan indahnya pernikahan, buyar seketika saat kakinya telah menjejak di rumah megah bak istana ini.
"Apa bedanya sekarang dan dulu? bahkan kenyataan yang aku terima hari ini sungguh membuat aku ingin mati saja." gumam Maira seraya menghapus air matanya.
Saat ia sedang termenung, kamarnya terbuka. Maira tahu suara langkah sepatu itu. Maira tidak mau menoleh, hatinya masih nyeri. Bara tidak mengakui dirinya sebagai istri.
"Bee..." Bara jatuh bersimpuh, di kaki Maira yang terjuntai di atas kursi.
Maira tidak menjawab. Bahkan untuk menoleh dan menatap suaminya itu, ia benar-benar tidak sanggup. Maira tiba-tiba menyesali keputusannya untuk kembali ke Jakarta. Kenyataan ini terlalu pahit.
"Bee... tolong, pandanglah aku." pinta Bara mengiba. Di depan Maira, Bara tiba-tiba menjelma menjadi sosok yang tidak berdaya. Hilang segala daya kuasanya saat ini.
Maira akhirnya memalingkan muka, di tatapnya Bara yang juga memandangnya pilu. Air mata Maira yang telah deras itu membuat hatinya remuk redam.
"Mas... kau tega." lirih Maira dengan airmata yang sudah merebak.
"Bee, aku punya alasan mengapa melakukan ini."
"Apa begitu berat bagimu untuk mengakui aku adalah istrimu? Mas, kau tahu bagaimana perasaanku saat anak kecil itu memanggilmu ayah? apa kau tahu bagaimana hancurnya hatiku saat wanita berambut pirang itu memandangmu penuh arti seolah kau adalah suaminya? Apa kau tahu, betapa luka hatiku saat kau tidak mengakui aku sebagai istrimu? Kau bilang aku istri asisten mu. Mas, harusnya memang aku tidak menuntut kau menikahi ku kemarin.. harusnya aku.."
"Bee... maaf, maaf. Dengarkan dulu penjelasanku." Bara menarik Maira ke dalam pelukan hangatnya. Maira terisak, menangis tersedu-sedu. Ia terguncang hebat.
"Katakanlah Mas, jangan ada yang kau tutupi." ujar Maira dengan suara bergetar. Ia memilih sabar menghadapi suaminya ini.
"Bee, kau ingat Sabrina?"
Maira mengangguk, ia tahu Sabrina mantan istri Bara yang telah meninggal.
"Sabrina, pernah menjadi satu-satunya wanita yang aku cintai dulu. Aku sangat memanjakan dia, namun waktuku memang lebih banyak untuk keluar, sibuk di perusahaan. Aku jarang bertemu dia, dan akhirnya aku mengendus aroma perselingkuhan dari Istriku itu. Dan kau tahu siapa lelaki itu?" Bara menghentikan kalimatnya. Maira menggeleng.
"Kakak kandungku sendiri. Kevin." Bara menghentikan lagi kalimatnya. Terlalu sulit ia menceritakan ini, namun ia harus tetap melanjutkan. Maira menutup mulutnya, tercengang.
"Kevin dan Sabrina berselingkuh di belakangku selama ini. Aku sendiri sudah tahu, tapi aku ingin membuat Sabrina sendiri yang membuat pengakuan. Sabrina akhirnya hamil anak Kevin. Aku mencurigainya karena aku memang belum menginginkan anak waktu itu. Ternyata Sabrina hamil dan itu membongkar semua perselingkuhan mereka. Kau tahu yang lebih parahnya? Kevin saat itu telah beristri, Estrella, perempuan yang kau lihat siang tadi. Itu istrinya dan dia juga sedang mengandung saat Kevin dan Sabrina mati. Serafinna, anak mereka. Gadis kecil tadi."
Hening. Speechless. Maira tidak bisa bersuara. Lidahnya kelu.
"Mama, sudah lama ingin menikahkan aku dengan Estrella, apalagi ia sadar Serafinna adalah cucunya. Walaupun ia tahu, Kevin telah membuat malu tapi, mama sangat menyayangi Estrella dan Serafinna. Sepanjang hidupnya selama enam tahun ini, mama terus membujuk agar aku mau menikahi Estrella. Tapi, percayalah Bee, aku hanya mencintaimu." Bara meraih jemari Maira, menggenggam nya erat.
"Tapi, mengapa harus menutupi statusku Mas. Kau tentu bisa menolak Estrella jika mama tahu aku telah menjadi istrimu bukan?" Maira menatap sedih Bara.
"Sayang, mama orang yang sangat berbahaya. Ia bisa menyingkirkan orang yang tidak dikehendakinya dengan mudah. Aku harus mencari cara dan waktu yang tepat untuk membuat mama menerima kehadiranmu."
Maira terdiam lagi, apakah ini berarti ia harus menerima semua ini. Sementara berpura-pura sebagai istri asisten suaminya? Lalu membiarkan Mama Olivia menjodohkan Estrella dan Bara? Berat. Tidak mungkin ia mampu.
"Aku tidak bisa..." Maira menggeleng, airmatanya mengalir lagi.
"Bee, tolong mengertilah untuk saat ini. Aku percaya pada Dimas, ia tidak akan macam-macam padamu."
"Lalu, apa aku juga harus percaya kau dan perempuan itu tidak akan macam-macam juga?" tanya Maira sedikit keras.
"Bee, dia tidak tidur denganku. Ia di lantai bawah bersama Mama juga Serafinna. Mama tidak akan lama berada di rumah ini. Aku akan secepatnya membuat pengakuan padanya."
"Mas berjanji?" Maira menggigit bibirnya.
"Sayang, saat malam aku akan datang ke kamar ini, Dimas akan bertukar tempat denganku. Aku akan bersama mu." Bara tampak berkaca-kaca. Ia tahu ini sulit bagi Maira, juga baginya. Tapi hanya ini jalan satu-satunya agar mereka bisa tetap bersama.
"Aku tidak mau selamanya seperti ini Mas. Kau harus segera menyelesaikan masalah ini." sahut Maira akhirnya.
Bara tersenyum, ia memeluk dan mengecup kening Maira berkali-kali. Mengucapkan terima kasih berulang.
Dan mulai hari ini mereka mulai menjalani peran ini dengan terpaksa. Berat sekali rasanya bagi Maira namun ia tidak punya pilihan lain.
Kalau Bara mau berjuang, mengapa ia tidak. Meski ke depannya mungkin akan banyak episode penuh drama juga air mata. Maira tidak punya pilihan apapun selain ikut skenario suaminya.
"Aku memang egois, Bee. Tapi aku hanya punya cara ini sementara waktu." gumam Bara sembari mengusap punggung Maira lembut.
Maira menyeka airmata. Sudah lelah rasanya ia menangis. Egois. Bara egois, tapi Maira tetap cinta padanya.
"Daddy, where are you?" Suara gadis kecil itu menyentak mereka berdua. Serafinna kini tengah berada di tengah ruangan megah itu di bawah. Memanggil namanya berulang kali.
"Pergilah Mas, anak itu memanggilmu." Pedih Maira saat ia mengucapkan itu. Ia tidak akan keluar dari kamar ini sementara waktu. Ia tidak sanggup melihat Bara menjalani peran menjadi ayah dari anak orang lain.
Tak sanggup Maira jika harus menyaksikan perempuan bernama Estrella itu menggelayut manja bersama anaknya kepada Bara. Juga melihat Mama mertua yang sangat menyayangi menantu perempuan dari suaminya yang telah meninggal itu.
"Bee... kuatkan hatimu ya. Aku janji, ini tidak akan lama." Bara mengecup kening Maira perlahan. Maira tidak menjawab. Ia kembali memalingkan muka menghadap pohon akasia besar yang terlihat tepat di depan jendela kamar.
Maira hanya menatap nanar punggung tegap Bara yang semakin bergerak menjauh.
"Mencintaimu, ternyata harus sesakit ini, Mas Bara." lirih Maira kepada angin.
Pintu kembali terbuka, Dimas masuk dengan wajah yang sama kusutnya. Tidak menyangka ia akan dilibatkan dalam masalah Tuan Bara.
"Kak Dimas..." panggil Maira lirih.
Dimas menoleh sesaat sebelum ia menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang bersebrangan dengan ranjang.
"Nona, bersabarlah." ujar Dimas pelan. Tak tahu lagi apa yang harus ia ucapkan saat ini.
"Mengapa jadi begini?" tanya Maira meminta jawaban dari lelaki itu.
"Tuan Bara sedang melindungimu, Nona. Kau harus memahami situasinya saat ini." Dimas berujar lembut, berusaha memberi pengertian pada istri atasannya itu.
"Kak Dimas, aku tidak memahami semua ini. Aku... rasanya tidak sanggup." sahut Maira dengan suara bergetar.
"Jalani saja dulu, Nona. Tuan Bara tahu apa yang harus ia lakukan." timpal Dimas sambil menekan pelipisnya sendiri.
Ya jalani saja dulu. Jalani sandiwara ini dengan sempurna. Dengan terus berpura-pura sebagai suami istri. Dengan terus memandang kebahagiaan antara ibu, anak juga ayah palsu. Sementara aku disini menangis, menahan perih hati menyaksikan semua ini.
Maira memilih beranjak, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Ia memilih untuk tidur pulas. Tidak mau keluar kamar bahkan saat makan malam tiba.
"Mana Dimas juga istrinya? kenapa mereka tidak turun untuk makan?" tanya Nyonya Olivia. Bara menatap Sofia yang juga sedang menatapnya.
"Dimas sedang menemani Nona Maira yang sedang sakit, Nyonya." Sofia berkata dengan tenang.
"Aku sangat terkejut mendapati Dimas sudah menikah. Aku tahu ia asistenmu yang paling setia selain Sofia. Istrinya juga sederhana, cocok dengannya."
Dia istriku, Ma! Batin Bara pilu.
"Bara temani Estrella dan Serafinna berbelanja setelah ini."
"Ma, biarkan Kak Bara beristirahat dulu." ujar Estrella lembut.
"Tidak, Sayang, aku ingin dia menghabiskan banyak waktu dengan kalian. "
Bara hanya menatap dingin mama dan Estrella tanpa membantah. Namun
pada Serafinna ia tersenyum. Estrella menghela nafas, ia tahu Bara tidak menginginkannya, sampai kapan pun juga.
untungnya Kevin mati....kl ngga perang Baratayudha beneran
Tuhan pasti memberikan kebaikan yg terbaik dibalik kejadian yg menimpa kita.
teruslah berpikir positif atas segala kejadian.
memang tdk mudah...
semangat kak💪
othor keceh comeback again, apa kabare si Beben kak??????😂😂
masi kah pake pempers?????
ada notif langsung gassss.....
apa kabar mak, moga mak Julie yg cantik mem bahenol selalu sehat2 dan lancar semuanya Aamiin🤲
biar semangat up nya...🥰🥰🥰