MY PROBLEMATIC CEO

“Apa-apaan ini sayang!? Kenapa kau tidak jadi mengusirnya?” tanya Barbara yang sedang di tarik oleh suaminya dengan wajah kesal.

“Diam lah dulu sayang, Julie bisa mendengar kita kalau bicara di sini.” Balas Tomi.

“Huh!” Barbara mengendus kesal dan hanya bisa menuruti ucapan sang suami.

Hingga keduanya berada di dalam kamar mereka, Barbara segera duduk di sofa yang ada di kamarnya dengan tangan yang menyilang di depan dengan wajah yang kesal.

“Apa maksudnya ini? Apa kamu merasa iba melihat wajah polosnya itu hah?!” ucap Barbara yang masih kesal.

“Sayang, coba bayangkan saja, lihatlah Juliet yang cantik alami, jika kita mendandaninya sedikit saja, kita akan mendapatkan keuntungan darinya!” ucap Tomi sambil tersenyum sinis.

“Apa maksud ucapanmu?” tanya Barbara yang masih belum mengerti dengan ucapan suaminya.

“Kita bisa memanfaatkan Juliet agar menarik perhatian para pengusaha kaya raya, mereka pasti akan memberikan mahar yang banyak jika kita menikahkan Juliet dengan salah satu dari mereka.” Jelas Tomi yang membuat Barbara tersenyum cerah setelah mengerti ucapan sang suaminya.

“Wah, ternyata suamiku memiliki ide yang sangat cemerlang!” seru Barbara dengan ceria.

“Segera carikan orang yang paling kompeten untuk merubah anak itu sekarang juga!” perintah Tomi yang segera di laksanakan oleh Barbara.

Sedangkan di dalam kamarnya, Juliet duduk di tepi tempat tidurnya sambil beberapa kali menghela napas panjang.

“Kenapa suasana di rumah ini aneh sekali, sudah tiga hari aku di sini dan ayah selalu bilang akan mempertimbangkan permintaanku, padahal kalau ayah menolak sejak awal, aku kan bisa segera pulang ke rumah nenek.” Gumam Juliet sambil menatap kosong ke depan.

Took..tok..tok.. di tengah lamunannya, Juliet di kejutkan dengan ketukan pintu kamarnya.

“Siapa?” tanya Juliet dari dalam kamar.

“Ini saya nona, saya membawakan teh untuk anda.” Ucap seseorang yang tidak lain adalah pelayan pribadi yang di tugaskan untuk melayani Juliet selama di rumah itu.

“Ah, iya masuklah..” ucap Juliet.

“Nona, kenapa nona terlihat pucat? Bukankah saya sudah bilang agar nona makan dan beristirahat dengan nyaman.” Ucap Anna, pelayan pribadi Juliet.

“Ah, iya Anna, terimakasih sudah mengkhawatirkan aku.” Ucap Juliet sambil tersenyum manis.

Anna pun segera menyajikan teh hangat untuk Juliet dan beberapa camilan.

“Aku senang dia bersikap baik padaku, tapi aku juga agak canggung karena aku tidak pernah berinteraksi dengan orang yang seumuran denganku, bisa di bilang ini adalah yang pertama selain Bobi.” Batin Juliet sambil menyeruput teh yang sudah di sediakan.

Sejak kecil, Juliet tinggal di daerah terpencil bersama dengan keluarga nenek dan kakeknya, itulah sebabnya Juliet tidak memiliki teman sepermainan, Bobi adalah satu-satunya teman bermain Juliet hingga beberapa waktu Bobi meninggalkan desa untuk kuliah di kota.

“Ah, aku baru ingat kalau Bobi kuliah di kota ini, seingat ku dia mengambil jurusan seni di kampus kesenian..” batin Juliet.

“Emm, Anna..” panggil Juliet.

“Iya nona?”

“Apa kampus kesenian dekat dari sini?” tanya Juliet.

“Kalau naik mobil, kita bisa sampai di sana sekitar sepuluh menit, apa nona mau pergi ke sana?” tanya Anna.

“Ah, tidak kok aku hanya penasaran saja.” Balas Juliet.

“Bobi pasti sudah banyak berubah, belum tentu dia masih mengingatku.” Gumam Juliet.

“Oh iya nona!” ucap Anna yang membuat Juliet terkejut.

“Iya!?” tanya Juliet.

“Saya lupa memberitahu, tuan mencari anda.” Ucap Anna yang membuat Juliet bersemangat.

Juliet pun segera menemui sang ayah yang berada di ruang keluarga bersama dengan Barbara.

“Julie, putriku yang cantik.” Ucap Tomi saat melihat kedatangan Juliet.

“Putriku yang cantik?” batin Juliet yang sedikit heran dengan panggilan sang ayah.

“Ayah memanggilku?” tanya Juliet.

“Iya, ayah memang memanggilmu Julie.” Ucap Tomi.

“Apa kamu bisa memaafkan ayahmu yang jahat ini karena tidak bisa lebih dulu mencari putrinya yang tumbuh sebaik dan secantik ini?” tanya Tomi.

“Oh Juliet, putriku yang menggemaskan, ayah tidak tahu apa yang harus ayah perbuat dengan perasaan ini, karena itu ayah mulai memikirkan apa yang bisa ayah berikan kepadamu meskipun itu sudah terlambat.” Ucap Tomi sambil berkaca-kaca.

Mendengar ucapan sang ayah membuat juliet merasa bingung dengan situasi saat ini, dia tidak mengerti kenapa sang ayah berbicara tidak seperti saat pertama kali dia datang.

“Ah, begitu..” Juliet bingung harus bereaksi seperti apa di situasi saat ini.

“Jadi, tentang rumah di pedesaan itu, ayah akan memberikannya kepadamu.” Ucap Tomi yang membuat Juliet terkejut.

“Apa!?” teriak Juliet tidak percaya.

“Sesuai dengan permintaanmu, ayah akan membeli rumah itu dari pamanmu dan mewariskannya padamu.” Balas Tomi.

“B-benarkah ini ayah? Terimakasih banyak ayah, aku senang sekali!” ucap Juliet dengan ceria.

“Hehe, iya iya Julie, dan selain itu, ayah juga ingin meminta tolong satu hal padamu.” Ucap Tomi.

“Apa itu ayah?!” ucap Juliet dengan semangat.

“Julie, ayah ingin kamu tinggal bersama ayah di sini.” Ucap Tomi yang membuat Juliet seketika terdiam.

“Apa?”

“Tidak lama kok, cukup satu tahun saja, setidaknya satu tahun saja ayah ingin kita tinggal bersama seperti keluarga seutuhnya.” Jelas Tomi.

“Ayah merasa bersalah karena sudah meninggalkanmu sendirian di tempat yang jauh itu sampai kau telah dewasa, bukankah menyenangkan bila kau tinggal selama setahun di sini sambil bergaul dengan rekan-rekan ayah dan Barbara, untuk memperluas relasi mu?”

“Sepertinya sudah menjadi tugas seorang ayah untuk menyediakan fasilitas seperti itu kepada anaknya.” Lanjut Tomi.

“Hahaha itu benar! Lagi pula kau adalah anak seorang petinggi negara, jadi aku akan membantumu untuk melepaskan gaya kampunganmu itu dan menjalani hidupmu dengan penampilan yang cantik dan mewah.” Sahut Barbara.

Mendengar ucapan Tomi dan Barbara membuat Juliet berpikir keras, Juliet merasa khawatir jika dia harus berjauhan dengan neneknya selama itu, dan juga dia bahkan sama sekali tidak pernah berpikiran untuk tinggal bersama sang ayah dan bergaul dengan para petinggi dan pengusaha.

“Apa yang harus aku lakukan? Jika aku menolak, apa keluarga Holster juga akan hancur?” batin Juliet.

Juliet menatap wajah sedih sang ayah yang terlihat tulus, Juliet yakin jika sang akan benar-benar ingin membantunya, dan lagi sepertinya Juliet bisa jika hanya tinggal bersama sang ayah selama satu tahun.

“Emm,, ayah, aku akan melakukannya, aku akan tinggal bersama ayah selama satu tahun.” Ucap Juliet.

Dia tidak boleh kehilangan rumah keluarga Holster dan harus mempertahankannya bagaimanapun caranya.

Mendengar jawaban dari Juliet membuat Tomi dan Barbara senang, keduanya berhasil meluluhkan hati Juliet dan meyakinkannya untuk tinggal di rumah mereka, dan tentu saja itu membuat mereka bisa melancarkan rencana mereka untuk menarik para pengusaha kaya raya dengan Juliet.

Sedangkan Juliet sama sekali tidak mengetahui hal itu, dia merasa sang ayah tulus ingin membantunya, tapi anak polos itu sama sekali tidak mengetahui rencana apa yang ingin di lakukan ayahnya.