Sekuel dari "Anak Tersembunyi Sang Kapten"
Ikuti saya di WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Setelah beberapa kali mendapat tugas di luar negara, Sakala akhirnya kembali pulang ke pangkuan ibu pertiwi.
Kemudian Sakala menjalin kasih dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai Bidan.
Hubungan keduanya telah direstui. Namun, saat acara pernikahan itu akan digelar, pihak perempuan tidak datang. Sakala kecewa, kenapa sang kekasih tidak datang, sementara ijab kabul yang seharusnya digelar, sudah lewat beberapa jam. Penghulu terpaksa harus segera pamit, karena akan menikahkan di tempat lain.
Apa sebenarnya yang menyebabkan kekasih Sakala tidak datang saat ijab kabul akan digelar? Dan kenapa kekasih Sakala sama sekali tidak memberi kabar? Apa sebenarnya yang terjadi?
Setelah kecewa, apakah Sakala akan kembali pada sang kekasih, atau menemukan tambatan hati lain?
Nantikan kisahnya di "Pengobat Luka Hati Sang Letnan".
Jangan lupa like, komen dan Vote juga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Fitting Gaun Pengantin
Tepat jam tujuh malam, Sakala dan sang mama sudah bersiap pergi. Malam ini mereka akan ke butik untuk fitting baju pengantin bersama Seira.
Dallas dan kedua adik kembar Sakala ikut pergi. Kali ini yang menyetir adalah Dallas.
Syafina dan Alf senang bisa ikut, mereka seakan tidak mau lepas dari Sakala sejak Sakala pulang dari Papua.
Mobil Dallas segera keluar halaman rumah. Bi Dasim dan suaminya yang sama-sama kerja di sana mengantar kepergian mobil majikannya dari pagar rumah.
"Kita jemput Seira di mana, Ka?" tanya Dallas.
"Langsung ke butik saja, Pah. Seira tadi sudah bilang bertemu di butik saja," jawab Sakala.
"Dia sudah tahu butiknya?" Syafana bertanya.
"Sudah, Ma. Seira sudah tahu," jawab Sakala. Dallas segera melajukan mobilnya menuju butik yang pernah dia sambangi dulu saat fitting baju pengantin bersama Syafana.
40 menit kemudian, mobil Dallas sudah tiba di depan Butik Modiste. Butik yang khusus menyediakan gaun-gaun pengantin.
Senyum Sakala merekah, kala di parkiran, mobil Seira sudah terparkir cantik. Mereka segera keluar dari mobil.
"Fina dan Alf, jangan nakal di dalam nanti, ya. Kalian berdua dekat-dekat Papa saja," peringat Syafana.
"Baik Mama cantik," sahut Alf melontarkan kalimat pujian terhadap sang mama sampai Syafana tersenyum.
Mereka berlima memasuki butik, di sana mereka disambut seorang pelayan butik yang dengan ramah menunjukkan beberapa item gaun pengantin.
"Kami sedang janjian dengan seorang pengunjung butik ini yang akan fitting baju pengantin," berita Syafana.
"Oh, iya. Silahkan langsung saja ke ruangan sebelah kiri," tunjuk pelayan itu.
"Baik, terimakasih, Mbak." Syafana diikuti suami dan ketiga anaknya menuju ruangan yang ditunjukkan pelayan tadi. Ternyata Seira memang sudah di sana, dia sudah memegang salah satu gaun berwarna putih gading, sepertinya Seira suka dengan gaun pengantin itu.
"Seira," sapa Syafana. Seira menoleh ke arah orang yang menyapanya. Dia sedikit tersentak melihat Sakala dan mamanya.
"Tante," ujarnya seraya menghampiri Syafana dan menyalaminya. "Tante berdua saja?" tanya Seira melihat Sakala dan Syafana bergantian.
"Tidak, tante bersama suami dan si kembar, mereka berada di ruang sebelah," jawab Syafana. Seira tersenyum menanggapi ucapan Syafana.
"Baiklah. Sebaiknya kita segera fitting baju pengantinnya, Kak. Kita sudah ditunggu Desainernya. Kebetulan aku sudah punya pilihan gaun pengantin yang ini," ujar Seira seraya menunjukkan gaun pengantin putih gading yang sejak tadi dipegangnya.
"Baiklah, ayo." Sakala setuju, lalu ia mengikuti Seira menuju ruang fitting baju.
Seira sudah keluar dari ruang fitting. Dia terlihat sangat cantik dan anggun dengan gaun pengantin pilihannya. Tidak berapa lama, Sakala pun muncul dengan pakaian pengantin pria dibalut beskap dengan warna senada.
Syafana tercengang merasa kagum, Seira dan Sakala terlihat serasi. Mereka cantik dan tampan.
"Kalian sangat serasi. Cantik dan tampan. Jadi, Nak Seira sudah cocok dengan gaun yang ini?" tanya Syafana meyakinkan. Sejak tadi tidak henti terkagum-kagum melihat Seira.
"Sudah Tante, aku cocok dengan gaun pengantin ini," balas Seira dengan wajah berbinar. Tidak salah pilihan Seira, gaun pengantin yang terbilang mahal itu begitu cocok dengannya.
"Baiklah. Aku ganti lagi baju, ya." Seira membalikan badan untuk menuju fitting room, mengganti kembali baju pengantinnya.
"Mamaaa."
Dalfas berlari dan berteriak bermaksud menghampiri Syafana, sayangnya tubuh Alf tekor, ia justru menabrak Seira yang baru saja melangkah menuju fitting room.
"Awwww."
Seira menjerit kaget, seraya menahan tubuhnya yang hampir saja akan jatuh. Syafana dan Saka menoleh ke arah Seira. Mereka cukup terkejut karena Alf sudah berada di sana dan menabrak Seira.
Perlahan Seira memutar tubuhnya setelah kembali berdiri sempurna. Dia menatap ke arah Alf, lalu mendilakan mata tanda kesal.
"Maafkan Alf, dia tidak sengaja menabrakmu, Nak Seira." Syafana buru-buru minta maaf, karena Alf yang sudah menabrak calon mantunya itu, sampai Seira kaget.
"Ohhh, tidak apa-apa Tante. Aku pikir siapa. Memangnya ini adik kembar Kak Saka itu, ya?" tukas Seira berubah ramah.
"Iya betul, ini Alf," jawab Syafana seraya meminta maaf kembali karena merasa tidak enak.
Setelah drama tabrakan yang tidak sengaja dilakukan Alf, Seira dan Sakala kembali ke fitting room, untuk mengganti baju kembali. Mereka berdua sudah cocok dengan gaun pengantin pilihannya.
"Sei, kamu sangat cantik sekali dengan gaun itu. Aku bahagia melihatnya dan tidak sabar ingin segera bersanding," puji Sakala setelah mereka selesai membuka gaun pengantin yang akan dipakainya lima hari lagi. Seira tersenyum kecil.
Tiba-tiba dering Hp Seira berbunyi. Seira segera mengangkat telponnya dan menjauh dari Sakala. Sakala tersenyum dan berdiri menunggu Seira yang pergi menerima panggilan telpon.
"Baiklah. Aku harus segera pulang. Sebab mama aku sudah menunggu di rumah," ujar Seira setelah selesai mengakhiri telponnya seraya berjalan mendahului Sakala menuju keluar butik.
"Sei, kita akan makan malam dulu bersama mama dan papaku. Setelah itu kita antar kamu sampai depan rumah," ujar Sakala menyusul langkah Seira.
"Tidak usah. Aku mau langsung pulang saja," ucap Seira setelah beberapa saat berpikir. Sakala tertegun sejenak lalu keluar butik menyusul Seira menuju mobilnya masing-masing. Di sana Syafana dan Dallas serta kedua adik kembarnya sudah menunggu.
"Kita ajak Seira makan malam dulu," ujar Syafana.
"Tapi, sepertinya Seira tidak bisa, Ma. Sebab dia bilang sudah ditungguin mamanya," ujar Sakala. Syafana terdiam, tanpa menjawab ia membuka pintu mobil dan masuk.
"Masuklah, Ka," titah Syafana.
"Lalu kita ke mana dulu, jadi makan malamnya?" Dallas menimpali.
"Sepertinya kita hanya mengantar Seira sampai depan rumahnya saja, Pa," kata Sakala.
"Kita mau makan malam dulu, Ka," ujar Dallas lagi seraya menatap sang istri dari kaca spion.
"Seira sepertinya buru-buru, Pa. Kita antar saja sampai depan rumahnya seperti yang dia bilang tadi," tukas Sakala.
"Baiklah."
Mobil Dallas melaju mengikuti mobil Seira yang sudah melaju duluan.
"Calon istrimu itu kenapa selalu merasa buru-buru? Padahal beberapa hari lagi adalah hari pernikahan kalian. Dia seperti tidak ada waktu dengan keluarga kita, Ka?" Di dalam mobil Syafana menumpahkan unek-uneknya dengan sikap Seira yang seperti tidak ada waktu ketika bersama keluarga besarnya.
"Ma, sepertinya calon menantu kita memang ingin buru-buru tiba di rumah lalu beristirahat, mengingat sebentar lagi hari pernikahan mereka digelar." Dallas buru-buru menyela, dia tidak ingin kegelisahan sang istri membuat Sakala kepikiran. Dallas tidak mau membebani pikiran Sakala.
"Bisa jadi." Akhirnya Syafana membalas. Sakala hanya diam saja, di dalam hati dia pun mengakui, Seira memang seperti menyembunyikan sesuatu. Tapi, Sakala bingung apa yang sebenarnya disembunyikan Seira?
"Papa, tadi Kak Seira saat Alf tidak sengaja menabraknya, wajahnya judes banget saat melihat Alf. Alf sampai takut," celoteh Alf menyinggung kejadian tadi di dalam butik Modiste.
"Oh ya? Alf menabrak Kak Seira?" kejut Dallas baru tahu.
"Iya, Pa. Tapi Alf tidak sengaja. Kak Seira judes, Alf tidak suka. Lebih baik Bu Guru Lava, selain ramah, baik dan cantik, ya, kan Kak Fina?"
"Iya. Bu Lava baik dan cantik," balas Fina mengiyakan ucapan Alf. Semua yang ada di dalam mobil termasuk Sakala, hanya terdiam tercenung memikirkan ucapan Alf dan Fina barusan.
NB: Siap-siap, bab 9 10, ke acara pernikahan. Jangan lupa amplop kalian. 😆😆😆
kalo bikin cerita ga pernah gagal....ga banyak konflik yg berat dan ga monoton jg ceritanya..... pokoknya author the best laaah❤️