Ariel tak menyangka pernikahannya dengan Luna, wanita yang sangat dicintainya, hanya seumur jagung.
Segalanya berubah kala Luna mengetahui bahwa adiknya dipersunting oleh pria kaya raya. Sejak saat itu ia menjelma menjadi sosok yang penuh tuntutan, abai pada kemampuan Ariel.
Rasa iri dengki dan tak mau tersaingi seolah membutakan hati Luna. Ariel lelah, cinta terkikis oleh materialisme. Rumah tangga yang diimpikan retak, tergerus ambisi Luna.
Mampukah Ariel bertahan ataukah perpisahan menjadi jalan terbaik bagi mereka?
Ikuti kisah mereka hanya di sini;👇
"Setelah Kita Berpisah" karya Moms TZ bukan yang lain.
WARNING!!!
cerita ini buat yang mau-mau aja ya, gaes.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18#. Membuat perhitungan
Sementara itu, karyawan yang melihat kejadian tersebut langsung terkejut dengan ekspresi berbeda. Beberapa di antara mereka tampak khawatir, tetapi sebagian besar justru tersenyum-senyum menggoda. Setelahnya mereka justru tepuk tangan, seolah apa yang baru saja terjadi adalah adegan sebuah drama romantis. Suara tepuk tangan itu membuat Dian semakin salah tingkah.
"Cieee... cieee..." goda salah seorang karyawan sambil tertawa.
"Cocok banget, Bos! Ditunggu undangannya, ya." timpal yang lain, disambut gelak tawa dari yang lainnya.
Dian dan Ariel hanya bisa tersenyum malu mendengar godaan dari karyawan mereka. Suasana canggung sekaligus lucu masih memenuhi area depan ruko. Dian berusaha menutupi kegugupannya dengan merapikan tumpukan kain yang berserakan.
Untuk mencairkan suasana, Ariel berdeham. "Sudah-sudah, jangan pada ribut. Ayo, selesaikan bongkar muatnya. Nanti saya traktir makan siang," ujarnya sambil tersenyum lebar. Dia sengaja mengalihkan perhatian dengan menawarkan makan siang gratis.
Sontak, para karyawan bersorak gembira. Mereka kembali bekerja dengan semangat, melupakan kejadian memalukan yang baru saja terjadi. Suara tawa dan candaan kembali memenuhi ruko D'Style.
Dian menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat tingkah laku karyawannya. Ia merasa beruntung memiliki tim yang solid dan menyenangkan, meskipun kadang-kadang mereka terlalu usil.
Setelah semua barang selesai dibongkar dan ditata rapi di dalam toko, Dian dan Ariel masuk ke dalam ruangannya. Mereka berdua masih merasa sedikit canggung setelah kejadian tadi. Suasana hening menyelimuti ruangan itu, hanya terdengar suara detak jam dinding.
"Emmm... makasih ya, Riel. Sudah menolongku tadi," ucap Dian memecah keheningan. Ia menundukkan kepalanya, berusaha menghindari tatapan mata Ariel.
Ariel tersenyum teduh. "Santai saja, Di. Sudah tugasku sebagai partner bisnis untuk menjagamu." Dia lalu duduk di kursi dekat kasir.
Dian terdiam sejenak. Ia memberanikan diri menatap Ariel. "Oke, kita hanya partner bisnis. Jadi mari kita lupakan kejadian tadi," ucapnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Nada bicaranya terkesan formal, seolah berusaha keras meyakinkan dirinya sendiri.
Ariel mengernyit melihat tingkah Dian yang menurutnya sangat aneh sekaligus lucu. Ia merasa Dian sedang berusaha menyembunyikan sesuatu. "Melupakan kejadian tadi? Memangnya ada apa dengan kejadian tadi?" tanyanya sambil tersenyum menggoda. Ia sengaja memancing reaksi Dian.
Dian semakin salah tingkah. Ia berusaha mencari kesibukan dengan merapikan dokumen di mejanya. "Tidak ada apa-apa. Hanya... kecelakaan kecil yang tidak perlu dibesar-besarkan," jawabnya dengan sedikit gugup.
Ariel tergelak. "Memangnya apa yang kamu pikirkan? Atau mungkin....?" tanyanya sambil memainkan alisnya dan menatap Dian dengan pandangan ambigu.
Dian semakin cengo dan menatap Ariel dengan mata membulat. Pipinya merona merah padam. Ia tidak menyangka Ariel akan berkata seperti itu.
"Ariel! Jangan berpikir macam-macam, ya! Ingat... kita ini hanya partner kerja!" sergah Dian dengan nada kesal. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke leher seolah kegerahan dan menggembungkan pipinya.
Ariel tertawa pelan melihat reaksi Dian. Dia merasa senang bisa membuat Dian salah tingkah seperti ini. "Oke, oke! Aku minta maaf. Aku hanya bercanda," ujarnya sambil mengangkat kedua tangannya, menyerah.
Dian membuang napas lega. "Kamu itu masih suami orang, Riel. Aku nggak mau ada gosip miring tentang kita," ucapnya memperingatkan.
Ariel mengangguk setuju. "Siap, Bos! Aku mengerti," jawabnya sambil tersenyum manis.
Suasana di antara mereka kembali mencair, meskipun kecanggungan masih kentara menyelimuti ruangan itu. Dian berusaha bersikap profesional dan mengabaikan debaran jantungnya yang masih dag dig dug.
"Baiklah, sekarang mari kita fokus pada pekerjaan. Kita masih punya banyak hal yang harus diselesaikan," ucap Dian sambil mengalihkan perhatiannya pada dokumen-dokumen di mejanya.
Ariel mengangguk setuju. Ia juga berusaha untuk bersikap profesional, dia pun kembali pada pekerjaannya.
Mereka berdua kemudian bekerja dalam diam, dan berusaha fokus pada tugas masing-masing. Namun, pikiran mereka sebenarnya tidak sepenuhnya berada di tempat itu. Mereka berdua masih memikirkan tentang kejadian tadi.
*
*
*
Di dalam kamarnya, Luna tampak gelisah menunggu kabar dari Reni-temannya. Ia tampak berjalan mondar-mandir di ruangan sempit itu sambil menggenggam ponselnya.
Tak lama kemudian ponselnya berdering dan ia segera membukanya. Wajahnya langsung mengeras dengan tangannya mencengkeram ponsel dengan erat seolah ingin meremukkannya.
"Sudah kuduga," desisnya dengan bibir bergetar menahan amarah. "Aahhh... Menjijikkan sekali mereka!"
"Katanya mau memperbaiki hubungan denganku, tapi malah mesra-mesraan sama wanita itu. Dasar laki-laki br*ng**k!" umpatnya dengan geram.
"Tidak! Aku tidak akan membiarkan mereka bersenang-senang di atas penderitaanku!" gumam Luna penuh kebencian mendalam.
Pikirannya berputar mencari cara untuk memisahkan Ariel dan Dian. Ia harus melakukan sesuatu, apapun caranya.
Tanpa berpikir panjang, Luna meraih kunci mobilnya dan bergegas keluar dari kamarnya. Ia tidak peduli lagi dengan harga dirinya. Ia hanya ingin membuat perhitungan dengan wanita yang berani mendekati suaminya.
"Luna, kamu mau ke mana? Kenapa terburu-buru?" tanya Pak Huda yang melihat putri sulungnya keluar rumah di siang yang terik.
"Aku mau keluar, ada urusan penting, Yah," jawab Luna, sambil berjalan ke mobilnya.
Sang ayah hanya bisa menatapnya dengan pandangan penuh pertanyaan, tetapi Luna langsung masuk ke dalam mobil.
Dengan kecepatan tinggi, Luna memacu mobilnya menuju ruko D'Style. Ia akan menghadapi Dian secara langsung dan akan membuat wanita itu menyesal karen telah berani mengganggu rumah tangganya.
Setibanya di ruko D'Style, Luna memarkirkan mobilnya dengan kasar lalu keluar dengan langkah tergesa-gesa. Ia memasuki ruko dengan tatapan mata membunuh.
Semua karyawan yang berada di ruko itu terdiam dan menatap Luna dengan bingung. Mereka merasakan aura permusuhan yang terpancar dari wanita itu.
Luna tidak menghiraukan tatapan mereka. Ia langsung menuju tempat di mana Dian berada. Ia pernah beberapa kali datang ke toko ini sebelumnya.
Dengan langkah pasti, Luna menuju ke kantor Dian dan langsung membuka pintu tanpa mengetuk. Ia ingin menunjukkan bahwa ia tidak takut pada wanita itu.
Di dalam, ia melihat Dian sedang duduk sendirian di meja kerjanya. Dian tampak terkejut melihat kedatangan Luna yang tiba-tiba.
Luna menyeringai sinis. "Jadi, ini wanita yang sedang berusaha merebut suamiku?" ucap Luna dengan nada merendahkan. Ia menatap Dian dari atas hingga bawah, seolah jijik melihat wanita itu.
"Apa maksudmu?" tanya Dian dengan nada sopan, meskipun ia merasa sangat gugup.
Dian berusaha untuk tetap tenang, meskipun jantungnya berdebar kencang. Ia merasa Luna datang untuk mencari masalah.
Luna tertawa sinis. "Jangan pura-pura sok polos kamu! Aku tahu, kamu sengaja mendekati suamiku dengan dalih bisnis, tapi tujuanmu yang sebenarnya hanya untuk menarik perhatian suamiku?"
Luna mendekat ke arah Dian dan mencondongkan tubuhnya. "Dengar baik-baik ya, janda ga*al! Ariel itu suamiku, dia hanya milikku! Dan kamu, jangan pernah berani mendekatinya lagi. Kalau tidak, kamu akan menyesal."
Luna menatap Dian dengan tatapan mengancam. Ia ingin membuat Dian takut dan menjauhi Ariel.
.
.
.
Jangan lupa like dan komennya ya, gaes🤗
tapi seru 😂👍