NovelToon NovelToon
Aset Besar Milik Istri Kecilku

Aset Besar Milik Istri Kecilku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Mafia / Cintapertama
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Atik's

Semua orang terkejut saat bos besar mereka muncul dengan menggandeng seorang wanita muda. Karyawan pria terpesona karena lekuk tubuh dan aset besar yang terpampang itu, sementara karyawan wanita merasa cemburu pada sosok yang berjalan bersama atasan mereka.

"Turunkan pandangan kalian!" desis Vino dengan nada dingin. Banyak yang berbisik-bisik tentang Sea menyebutnya sebagai perayu ulung. Mendengar itu, David merasa darahnya mendidih. Ia berhenti, berputar, dan menatap tajam mereka yang berani menggunjing istrinya.

"Berani-beraninya kalian menyebut istriku penggoda!Kalian ingin mencari masalah, ya?"

Semua orang kaget saat tahu bahwa wanita yang mereka bicarakan ternyata adalah istri dari atasan mereka.

"A-ampun, Tuan. Kami tidak tahu kalau Nyonya adalah istri Anda!" kata salah satu dari mereka dengan nada takut.

David mendengus kesal. Wajahnya menjadi lebih lembut saat merasakan usapan halus di tangannya.

"Jangan emosi, sayang. Nanti mereka bisa ketakutan," bisik Sea den

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atik's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 9

"Tenang saja, aku sudah menyiapkan sebuah hunian baru untukmu. Tidak perlu memasang ekspresi melas seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Itu sama sekali tidak menggambarkan dirimu!" hibur Erna sambil berusaha menyunggingkan senyum.

Sea mengangguk dengan lesu. Namun, tiba-tiba ia teringat akan barang-barangnya yang lain yang masih tertinggal.

"Terus, barang-barangku bagaimana nasibnya?" tanya Sea dengan nada panik.

"Kau anggap aku tempat penampungan barang-barang tak berguna? Aku sudah suruh si nenek lampir itu untuk membuang semuanya ke tempat sampah!" jawab Erna dengan sinis.

"Hah?!" Sea terkejut bukan kepalang.

Dan lagi, Sea berteriak dengan suara yang cukup memekakkan telinga.

"Hei, Sea! Badanmu sekecil itu, tapi kenapa suaramu bisa sekeras toa masjid?" omel Erna dengan tatapan menusuk.

"Ma-maaf, Kak," cicit Sea sambil membekap mulutnya dengan kedua tangan.

Erna menarik napas dalam-dalam, berusaha meredakan gejolak emosinya.

"Jam berapa kau bisa pulang dari sini?" tanya Erna, mencoba mengalihkan perhatian.

Sebenarnya, ia berniat untuk mengajak Sea berbelanja pakaian dan membelikan semua yang dibutuhkannya.

"Jam sembilan malam, Kak," jawab Sea dengan suara pelan, sambil menundukkan kepala dan merenungkan nasibnya yang kurang beruntung.

"Aku akan usahakan untuk kembali lagi nanti. Kita akan berburu pakaian baru yang keren untukmu!" ujar Erna sambil berdiri, bersiap untuk melangkah pergi.

"Benarkah? Tapi, Kak, aku tidak punya uang sepeser pun!" sahut Sea dengan nada pilu.

Sea kembali dirundung kesedihan.

"Memang betul kau tidak punya uang, Sea, tapi aku punya segalanya. Aku ini bukan orang kere sepertimu!" balas Erna dengan nada kesal.

"Ya sudah, kalau Kakak maksa," jawab Sea dengan nada pasrah.

Erna terdiam sejenak. Memaksa? Astaga, gadis ini...

"Oke deh, kalau begitu aku duluan ya. Semangat kerjanya biar cepat jadi orang kaya dan punya banyak uang!" ejek Erna sebelum berbalik dan meninggalkan sahabat kecilnya itu sendirian.

Sea hanya bisa terpaku, mengamati sosok Erna yang berjalan menjauh dengan gaya yang anggun dan mempesona.

*****

David memasuki ruang kerjanya dengan senyum tipis di bibirnya. Sepanjang pertemuan tadi, pikirannya terus melayang pada keluguan Sea di kediamannya. Senyum polos dan kekaguman yang terpancar alami dari gadis itu membuat David tak sabar ingin bertemu lagi dengannya.

"Vino!" seru David begitu ia duduk di kursi kebesarannya.

Vino segera menghampirinya.

"Siap, Tuan Muda," sahut Vino.

"Bagaimana menurutmu?" tanya David, mengarahkan pandangannya pada Vino.

Vino mengernyitkan dahinya. Ia mencoba memahami inti pertanyaan dari atasannya.

"Apakah yang Anda maksud Nona Sea?" tanya Vino kembali untuk klarifikasi.

David mengangguk kecil, lalu tanpa sadar mengetuk-ngetukkan ujung penanya di atas meja, menunggu respons dari Vino.

"Sangat polos sampai tidak menyadari kalau Tuan Muda menyimpan perasaan lebih padanya," ujar Vino dengan nada bicara yang hati-hati.

David terdiam, raut wajahnya langsung berubah menjadi suram. Ada benarnya juga apa yang dikatakan Vino. Sepertinya, Sea sama sekali tidak melihatnya sebagai seorang pria, melainkan hanya sebagai seorang kakak yang melindunginya.

"Apa separah itu terlihat di matamu?" tanya David lagi, dengan nada ingin tahu.

Vino mengangguk. Dia berusaha merangkai jawaban sesederhana mungkin agar mudah dicerna oleh Tuan Mudanya yang sedang dimabuk cinta.

"Tuan Muda, Anda perlu lebih bersabar menghadapi Nona Sea. Menurut saya, beban hidup yang berat itulah yang membuatnya sulit memahami arti sebuah perasaan. Selama ini, pikirannya hanya terfokus pada bagaimana caranya bertahan hidup. Mungkin dia belum pernah merasakan indahnya cinta, karena dari informasi yang saya dapatkan, masa kecil Nona Sea sangatlah memprihatinkan!"

David memejamkan mata sejenak.

"Kurang sabar bagaimana lagi aku ini, kalau dia sampai bingung mencari kamar mandi yang jelas-jelas ada di hadapannya?" batin David dengan frustrasi.

"Benarkah? Lalu, bagaimana dengan bathup yang dia anggap seperti baskom penuh busa sabun itu? Apakah aku harus terus menguji kesabaranku karena dia tidak menyadari perasaanku ini?" keluh David dengan wajah masam.

Vino menggaruk kepala sambil tersenyum canggung. Dia bingung harus bagaimana menanggapi keluhan Tuan Mudanya. Seandainya saja Sea bukan gadis yang begitu istimewa di mata David, pasti Vino sudah dengan senang hati menyebutnya sebagai gadis bodoh yang tidak peka terhadap cinta sebesar gunung, seluas lautan, dan sehangat embun pagi yang dirasakan oleh Tuan Muda saat ini.

"Jangan coba-coba meremehkan kebodohan Sea, atau aku akan membuat kepalamu jadi licin seperti bola!" ancam David sambil menyipitkan mata.

Kemampuan ibunya untuk membaca pikiran orang lain diwariskan kepada David. Kemampuan istimewa ini hanya diketahui oleh kedua orang tuanya.

"Hampir tepat, Tuan Muda!" balas Vino sambil terkekeh pelan karena tebakan David nyaris sempurna.

David mendecih.

"Ck..Kau pikir aku tidak tahu betapa banyak hal konyol yang sudah dilakukan oleh Sea? Hampir katamu? Kau pikir aku ini bodoh apa? Dasar penipu!" hardik David dengan nada menuduh.

Vino memilih untuk mengalah. Urusannya bisa panjang jika sampai Tuan Mudanya marah. Lebih baik dia melindungi diri.

"Maafkan kelancangan saya karena sudah berpikiran buruk tentang Nona Sea, Tuan Muda. Saya tidak akan melakukannya lagi!" ucap Vino sambil menundukkan kepala.

David mendengus. Dia kemudian mengusap bibirnya yang semalam sempat mencuri ciuman di bibir mungil Sea saat gadis itu sedang tertidur. Mencuri kesempatan? Sebutlah seperti itu jika kalian mau.

"Vino?" panggil David.

"Ya, Tuan Muda," jawab Vino.

"Menurutmu, langkah apa yang sebaiknya kuambil sekarang? Apakah Sea akan kaget atau malah biasa saja jika aku tiba-tiba memaksanya menikah denganku?" tanya David, bimbang.

"Ya ampun, Tuan Muda, bukankah tadi kita sudah sepakat bahwa Nona Sea itu benar-benar tidak menyadari perasaan Anda? Saya justru khawatir dia bukan terkejut, tapi malah menertawakan niat pernikahan Anda itu, Tuan Muda!"batin Vino.

"Aku masih menunggu jawabanmu, Vino!"

Vino tersentak kaget.

"Maafkan saya, Tuan Muda, pikiran saya sedang melayang tadi!"

"Apa kau sedang memikirkan gadis kecilku lagi, ya?" tuduh David dengan nada curiga.

"Mana berani saya, Tuan Muda!" sahut Vino sambil menarik napas dalam-dalam.

Sejujurnya, Vino tidak sebodoh itu sampai berani memikirkan wanita yang menjadi milik Tuan Mudanya. Dia tentu tidak sebaik itu untuk mengorbankan nyawanya sendiri.

"Lalu?" tanya David pura-pura tidak tahu.

"Tuan Muda, saran saya, lebih baik Anda melakukan pendekatan lebih dulu pada Nona Sea. Melihat dari sikap lugunya, saya sangat yakin kalau Nona Sea akan langsung mengiyakan keinginan Anda tanpa berpikir panjang!" jawab Vino.

"Bukankah memang seharusnya seperti itu, ya?" gumam David bingung.

"Mungkin saja. Tapi apa Tuan Muda sanggup untuk hidup dalam sebuah ikatan pernikahan yang tidak didasari oleh rasa cinta?" tanya Vino sambil memperhatikan wajah Tuan Mudanya.

1
azka
👋
Uji Coba
Mr p
Uji Coba
dari awal baca sampai bab 21 masih ok. alur masih nyambung. semoga kedepannya tidak ada pelakor ya Thor. semangat nulisnya. aku akan setia padamu seperti David ya g setia pada Sea. wkwkwk.. ku tunggu dobel update setiap hari
Uji Coba: dari awal sampai bab 21 dibikin senyum-senyum sama tingkah Sea dan David. semoga kedepannya tidak ada drama pelakor ya Thor. tapi ya terserah author lah. aku akan setia padamu.. wkwkwk.. seperti David yang setia pada istri kecilnya yang agak oon.. Ups... bukan ngejek ya Thor, ya. 😍😍
total 1 replies
Uji Coba
🤣
azka
Sea bikin ngakak brutal🤣🤣
sabun
Sea Sea😎😎
sabun
semangat💪💪
Mama Farez
buatlah karya dengan fikiran sendiri jangan menjiplak karya orang lain..
karna cerita anda sama dengan orang lain yg judulnya istri kecil sang pewaris cuma yg beda cm nama tokohnya...klu gak percaya cb cek dia udah ada bab 2 hargailah karya orang tor ...
jangan asal ketik kasihan orang yg udah mikir2 eh gak tau udah d jiplak
baru 2
nice
baru 2
😍
baru 2
sangat puas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!