Season 2 dari Novel "Anak Genius Milik Sang Milliarder"
Rachel dan Ronand telah beranjak remaja, kini usianya sudah menginjak 17 tahun. Rachel yang tak ingin selalu dibandingkan dengan kejeniusan Ronand, memilih untuk menyembunyikan identitasnya sebagai saudara dan orang kaya.
Semua siswa di sekolahnya, tidak ada yang mengetahui jika Rachel dan Ronand adalah saudara kembar. Justru mereka dirumorkan sebagai pasangan kekasih karena beberapa kali terlihat dekat.
Akankah keduanya berhasil menyembunyikan identitas mereka sampai lulus sekolah? Atau semua rencana itu gagal, seiring dengan kisah percintaan mereka yang terjadi di sekolah itu?
Temukan jawabannya hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedekat Apa?
"Apa benar Susan udah balik? Atau mungkin itu penjaga rumahnya aja yang lagi cek rumah," gumam Rachel dengan berbagai pertanyaan bersarang di kepalanya akibat ucapan Mama Martha.
Rachel tampak terdiam dan melamun di atas ranjangnya. Ia juga rindu dengan sahabatnya itu. Lebih tepatnya, hanya Susan yang mampu mengimbangi sifat jahilnya. Menyesalnya dia waktu itu, tidak meminta nomor ponsel orangtua Susan.
Selama ini, ia sedikit kesepian. Tak punya teman dekat karena kebanyakan pada takut kena imbas kejahilan yang dibuat. Sekarang, semua ia hanya anggap sebagai teman biasa.
"Awas aja kamu Ucan jelek kalau sampai pulang nggak ngabarin aku. Aku tarik itu rambutmu yang keriting kaya mie. Ntar aku masak itu rambutmu buat makanan buayanya Opa," gumamnya sambil menghela nafasnya kasar.
"Ciapa yang lambutna kaya mie?" tanya seorang bocah cadel yang tak lain adalah Mika. Dia masuk ke dalam kamar Tantenya setelah mengetuk pintu berulangkali namun tak dibukakan juga. Ternyata ia melihat Tantenya sedang melamun sambil berbicara sendiri.
Astaga... Kurcaci cadel,
"Bikin kaget Onty aja sih. Jantung Onty rasanya mau lepas dari tempatnya gara-gara kamu ngomong," gerutu Rachel yang melihat Mika sudah berada di sampingnya.
"Lebay cekali Onty ini. Habisna Onty dali tadi melamun dan ngomong cendili. Mika kan takut talo Onty keculupan jin pohon manda depan lumah," celoteh Mika sambil makan permen lolipopnya.
"Ada apa ke kamar Onty? Pulang ke rumahmu sendiri sana. Biar Onty bisa tidur dengan tenang dan jadi cucu kesayangan lagi di rumah ini," ucap Rachel yang kini merebahkan tubuhnya di atas kasur. Selama Mika di rumahnya, perhatian Papa Fabio dan Mama Martha memang sedikit terbagi. Walaupun Rachel tahu kalau keduanya juga menyayanginya.
"Onty, dendong. Mika mau tidul di camping Onty. Mika mau ninap di lumah nenet dayung caja, lame ada Onty." celoteh Mika yang ternyata minta ijin pada Rachel untuk menginap di rumah Papa Fabio.
"Nggak. Yang ada Onty bangkrut. Jajanan Onty pasti kamu ambilin terus kalau kamu menginap di sini. Ini lolipop juga ambil punya Onty kan?" ucap Rachel sambil menatap Mika dengan tatapan menyelidik.
"Bagi-bagi, Onty. Cedekah cama olang yang membutuhkan," ucap Mika membela diri.
Mika mengerucutkan bibirnya kesal karena Rachel mengetahui jika cemilannya sering dia ambil. Di rumahnya, tidak ada yang bisa ia jahili karena semua terlalu serius. Sehingga di rumah ia menjadi anak yang pendiam dan penurut. Sedangkan jika di rumah Papa Fabio, ia bisa bebas melakukan apapun. Bahkan mau jahil pun, tidak masalah karena ada Mama Martha dan Rachel.
"Mika, ayo tidur." seru Janice dengan kepalanya melongok ke dalam kamar Rachel yang pintunya terbuka.
"Mika tidul cama Onty boncel, Ma." ucap Mika yang langsung memeluk Rachel.
"Jangan, Mika. Ontymu itu kalau tidur kaya baling-baling helikopter, bikin terbang barang-barang di sekitarnya. Yang ada nanti kamu terpental jatuh dari kasur," ucap Janice mulai menakut-nakuti Mika.
"Ndak papa. Mika juga tidulna kaya baling-baling kok. Tapi Mika tidulna kaya baling-baling bambuna dolamemon," ucap Mika menanggapinya dengan santai.
"Biar Mika tidur di sini aja nggak papa, Kak. Nanti kalau anak kakak menyebalkan, biar aku buang ke kolam renang bawah." Rachel cekikikan sendiri membayangkan Mika terbang dan jatuh ke dalam kolam renang yang berada tepat di bawah kamarnya.
"Onty boncel cangat kejam cama teponakan lucu dan imutna ini,"
Rachel hanya tertawa mendengar protes dari keponakannya. Setidaknya dengan adanya Mika, ia tak kesepian berada di rumah ini. Akhirnya Janice hanya bisa pasrah saat anaknya memilih tidur bersama Rachel. Entahlah... Anaknya itu kenapa bisa dekat dengan Rachel padahal selalu dijahili olehnya.
***
"Nenek gayung, Achel mau pulang dulu. Ketemu Papa dan Mama," pamit Rachel yang setiap weekend memang akan pulang ke rumah orangtuanya.
"Bawa anak cadel ini, Rachel. Oma mau pergi arisan," seru Mama Martha menyuruh Rachel untuk membawa Mika.
Pasalnya Janice hari ini menemani suaminya pergi ke kantor. Mika ditinggal begitu saja, sedangkan Mama Martha harus pergi arisan. Ingin mengajak arisan, namun Mika tidak mau. Diajak pergi Papa Fabio memancing juga tidak mau.
"Kurcaci cadel, ikut Oma arisan aja sana." suruh Rachel pada Mika.
"Ndak mau. Ikut Onty caja," Mika menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia mau ikut Rachel pergi kemanapun Tantenya itu berada.
"Ya sudahlah. Bawa barang-barangmu itu. Jangan lupa dotmu," titah Rachel karena tahu jika Mika tidak akan pernah meninggalkan dotnya.
"Cudah," jawab Mika dengan polosnya. Ternyata salah satu maid datang dengan membawa tas kecil perlengkapan Mika.
"Naik motol caja ya, Onty." lanjutnya memberikan perintah.
"Tadinya Onty mau jalan kaki aja, eh kamu malah ikut. Onty malas gendong kamu kalau capek, jadi naik motor aja."
Awalnya Rachel memang akan jalan kaki atau naik sepeda saja untuk pergi ke rumah orangtuanya. Hanya saja Mika malah ikut dengannya, sehingga tak mungkin ia jalan kaki. Yang ada malah kesusahan menggendong Mika yang kelelahan.
***
Tin... Tin...
"Jangan dimainin klaksonnya, Mika. Nanti dimarahi orang," tegur Rachel saat Mika memainkan klakson motornya saat kendaraan itu mulai berjalan.
"Ini bial membelitahu olang talo ada wewek tantik lewat," ucap Mika dengan polosnya.
"Astaga... Ternyata aku baru merasakan bagaimana dulu jadi Nenek gayung dan Papa saat menghadapi aku," gumam Rachel yang sepertinya menyesal karena Mika malah meniru tingkahnya.
Rachel melihat ke arah rumah Susan saat melewatinya. Namun tetap saja tak ada tanda-tanda rumah itu sudah dihuni kembali. Ia berpikir jika malam itu Mama Martha salah lihat. Pasalnya selama beberapa hari ini, Rachel selalu melihat ke arah rumah Susan. Namun tidak melihat apa yang seperti diucapkan Mama Martha.
"Oma... Opa..." seru Mika saat sudah sampai di rumah orangtua Rachel. Mendengar seruan dari Mika, Rachel langsung tersadar dari lamunannya.
"Kok ramai sekali ini rumah? Teman siapa nih yang datang?" gumam Rachel saat melihat ada tiga motor terparkir di halaman rumah.
"Temannya Panpan kayanya. Kalau Abang kan temannya nggak mungkin datang,"
"Mama... Papa..."
"Anakmu yang cantik ini sudah datang dengan membawa kebahagiaan dan keceriaan," seru Rachel yang langsung berlari masuk ke dalam rumah sambil menggandeng Mika.
Bahkan Rachel dan Mika berlari sambil melompat kecil. Sudah bagaikan dua sahabat yang akan bermain bersama. Tingkah Rachel itu sangat mirip dengan Mika yang terlihat kekanak-kanakan. Tanpa mereka tahu, di ruang tamu sudah ada banyak orang.
Rachel...
Ngapain dia di sini?
Memangnya hubungan mereka sudah sedekat ini?
Ronand, itu Rachel kan?
Ya,
Kok bisa masuk rumah ini kaya bukan tamu. Main asal nyelonong aja,
Deg...
lanjut thor...
SEKALIAN UNDANG SON HOREG PUNYA OM BREWOK MIKAAAA...
JANGAN LUPA NENEK GAYUNG DI AJAK HOBAAAAHHH💃💃💃💃💃💃