Rio seorang master chef yang menyukai seorang wanita penyuka sesama jenis
bagaimana perjuangan Rio akankah berhasil mengejar wanita yang Rio cintai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayunda nadhifa akmal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 7
Pagi itu, aku segera menghubungi nomor Rio, tapi tak kunjung diangkat. Aku memutuskan untuk pergi ke apartemennya. Sesampainya di sana, aku menekan bel.
Tak lama, Rio membuka pintu dengan rambut acak-acakan.
"Pagi sekali, sudah di sini," sapanya.
"Aku kangen," ujarku sambil melingkarkan tangan ke lehernya.
"Aku mandi dulu," jawab Rio sambil melepaskan tanganku.
Aku menunggu sambil memainkan ponsel. Saat Rio keluar dari kamar, ia sudah rapih dan wangi. Kami duduk bersebelahan, dan aku mencoba menggoda dengan sengaja menempelkan dadaku ke lengannya.
"Sayang," ujarku manja.
"Apa?" jawabnya datar.
"Main yuk," kataku.
"Maksudnya?" tanyanya.
"Masa nggak ngerti?" jawabku sambil mencoba melumat bibirnya. Rio membalas ciumanku, dan aku merasakan kedekatan itu sebentar—sampai pintu apartemen terbuka.
Rey berdiri di depan pintu, matanya menyala oleh amarah. Dengan setengah berlari, ia menghampiri Rio dan meninju wajahnya.
Aku terpaku.
"Berengsek kamu, Rio! Kamu tahu dia pacarku!" teriak Rey.
Rio tak membalas pukulan bertubi-tubi itu. Aku mencoba menahan Rey, tapi ia mendorongku hingga terjatuh di sofa.
"Kita putus, Alana. Jangan pernah kembali lagi!" ucap Rey sambil meninggalkan apartemen dan membanting pintu.
Rio memegang wajahnya yang tampak kesakitan.
"Aku obati, sayang," kataku, tapi ia menarik tanganku dan membawaku keluar dari apartemen, melempar tasku juga.
Aku pergi dengan perasaan campur aduk, kecewa dan frustasi. Di sepanjang hari, aku mencoba menenangkan diri. Malamnya, aku memutuskan untuk minum dan melupakan rasa sakitku, tapi hatiku tetap tertuju pada Rey.
POV ALANA
Rio menarik tanganku dan membawaku ke pintu apartemen dia mendorong tubuhku keluar,tak lama tasku juga di lempar Rio.
Gagal sudah semua rencanaku,aku bergegas pergi meninggalkan apartemen Rio,aku menghubungi nomor om damar.
aku ingin Melampiaskan hasratku,gara gara Rey aku gagal melampiaskan hasrat pada Rio.
Aku bergegas menuju apartemen om damar, setelah sampai aku mengoda om damar dan melakukan persetubuhan desahan nikmat saling bersahutan dan akupun mencapai puncaknya.
"om"ujarku manja
"ya"
"aku puas sekali,terima kasih om"
"om juga puas"ujarnya sambil mengecup keningku
"aku pamit dulu ya om"
"baiklah,om transfer ya buat jajan kamu"
"terima kasih om"
Aku melihat aplikasi mobile banking ku terdapat sejumlah uang masuk di sana,aku tersenyum sumringah.
Walaupun aku yang menawarkan diriku,tapi aku mendapatkan bayaran juga dari om damar,bisa buat main ke club nanti malam
POV RIO
Pagi harinya aku menemui Rey di bar hotel,dia tampak mengacuhkanku.
"Rey"panggilku berkali-kali
dia mendorong tubuhku hingga jatuh,
"jangan ganggu aku lagi"ucapnya dengan tatapan tajam kearahku.
"aku bisa jelaskan"
"jelaskan apa,jelas kamu mau meniduri Alana begitu"ucapnya lagi ada rona cemburu di matanya.
aku bergegas menarik tangan Rey ke sudut ruangan yang sepi,aku coba berbicara baik baik dengannya tapi ia terus menerus mencerca ku dengan caci maki.
Aku mencoba melumat bibirnya,tapi tamparan keras mendarat ke pipiku,sakit,perih,dan panas terasa di wajahku.
Rey pergi meninggalkan aku sendiri,saat istirahat tiba aku menunggu Rey di tempat biasanya tapi ia tak pernah muncul.
Aku menunggu kedatangan Rey untuk makan bersama,aku menghubungi nomor Rey tapi tak pernah di angkatnya.
Aku makan bekal ku sendiri,air mataku menetes begitu saja.
aku bekerja di pantry,tapi pikiranku hanya tertuju pada Rey, hatiku begitu sakit bila teringat Rey yang begitu mengacuhkan panggilanku.
Saat aku bertemu dengannya di tempat parkiran,dia menepis tanganku dengan kasar.
"Renata"ujarku memanggilnya
Rey menatapku dengan tajam, amarah dan benci seketika terpancar di matanya.
aku hanya terpaku melihat Rey begitu membenciku,aku membiarkannya pergi meninggalkan aku sendiri.
**POV Rey**
Aku merasa cemburu dan dikhianati saat melihat Rio dengan Alana. Hatiku sakit, dan aku memacu mobil dengan kecepatan tinggi sambil menangis. Kenapa perasaanku terhadap Rio begitu kuat, padahal aku tomboy dan selama ini menganggapnya mustahil?
Di apartemen, aku menuangkan minuman ke dalam gelas sloki, mencoba melupakan sejenak kekecewaanku. Alana yang dulu pernah mengisi hatiku, kini tergeser oleh Rio. Malam itu aku mabuk bukan untuk hancur, tapi memberi jeda pada diri sendiri yang selalu berpura-pura kuat.
Keesokan paginya, aku terbangun dengan kepala berat. Terlambat masuk kerja. Ponselku penuh pesan dari rekan kerja dan Rio. Aku menatap langit-langit kamar, air mata menetes.
Kenapa harus begitu? Saat aku jatuh cinta pada seorang pria, kenyataannya Rio lebih suka wanita feminin, cantik, dan seksi, bukan aku.
Bukan Rio yang mempermainkan perasaanku, tapi aku yang terlalu mudah tersentuh sikap lembutnya. Aku harus mengubur perasaanku. Aku memeluk lutut, menangis tersedu-sedu, demam mulai terasa.
Tiba-tiba, tangan hangat menyentuh keningku.
"Kamu demam," ujar Rio, muncul di kamarku seolah dari mimpi. Ia membuatkan bubur hangat, menenangkan, dan membantuku merasa lebih baik. Perlahan, panasku turun, dan aku bisa memejamkan mata.
Saat aku bangun, Rio tak ada di sampingku. Tapi tak lama kemudian, ia muncul sambil tersenyum.
"Cepat mandi, kita sarapan bersama," ujarnya sambil memeriksa keningku.
Aku hanya diam dan berjalan menuju meja makan. Rio sudah menunggu, dan kami sarapan bersama tanpa sepatah kata, tapi aku merasakan kedekatan yang tak bisa dijelaskan.
aku dan Rio terduduk di mobil tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami berdua, sepanjang perjalanan menuju tempat kerja aku hanya memandangi Jalan jalan kota yang kami lalui.
Sesekali Rio yang melihat ku, pandangan yang sulit di artikan,saat sampai parkiran hotel bergegas aku keluar dan menuju bar hotel.
aku tak berpamitan pada Rio,aku tak mengucapkan sepatah katapun padanya,mungkin dia sedang memandangi punggungku saat ini.
Aku melayani pelanggan yang meminta kopi panas maupun dingin,dengan cekatan aku membuat pesanan mereka,aku tak mau membuat mereka menunggu terlalu lama.
Aku menyajikan berbagai macam jenis kopi,dan tentunya dengan cemilan manis sebagai pendampingnya.
Tak terasa waktu istirahat sudah tiba,aku bergegas membersihkan diriku,aku bergegas menuju cafe terdekat untuk makan siang.
Saat aku melihat taman tempat aku dan Rio biasa makan siang bersama sejenak aku terpaku.
Tiba tiba saja ada seorang pria yang menarik tanganku,tangan yang aku kenali tanpa harus melihat wajahnya.
"ayo makan siang bersama"ujarnya sambil tersenyum.
Aku hanya patuh dengan apa yang Rio lakukan padaku,aku menikmati makanan yang Rio berikan padaku.
makanan yang enak tentunya,andai aku bisa menikmatinya setiap hari, andai saja aku bisa menikah dengan Rio,tapi kenyataannya Rio tak pernah menyukai aku yang tomboy ini.