Raska adalah siswa paling tampan sekaligus pangeran sekolah yang disukai banyak gadis. Tapi bagi Elvara, gadis gendut yang cuek dan hanya fokus belajar, Raska bukan siapa-siapa. Justru karena sikap Elvara itu, teman-teman Raska meledek bahwa “gelar pangeran sekolah” miliknya tidak berarti apa-apa jika masih ada satu siswi yang tidak mengaguminya. Raska terjebak taruhan: ia harus membuat Elvara jatuh hati.
Awalnya semua terasa hanya permainan, sampai perhatian Raska pada Elvara berubah menjadi nyata. Saat Elvara diledek sebagai “putri kodok”, Raska berdiri membelanya.
Namun di malam kelulusan, sebuah insiden yang dipicu adik tiri Raska mengubah segalanya. Raska dan Elvara kehilangan kendali, dan hubungan itu meninggalkan luka yang tidak pernah mereka inginkan.
Bagaimana hubungan mereka setelah malam itu?
Yuk, ikuti ceritanya! Happy reading! 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Tersandung Emosi
Bella datang dengan langkah penuh percaya diri. Rambut dikibas manja, buku matematika dipeluk seperti tiket VIP buat duduk dekat Raska.
“Ras, gue nggak ngerti materi ini,” ujarnya dengan suara dilembut-lembutin.
Tanpa permisi,
BRAK.
Dia langsung duduk di antara Raska dan Elvara, memaksa Raska geser.
“Bantu jelasin dong.”
Raska otomatis mengembuskan napas panjang, jelas jengah.
Sementara itu…
Elvara cuma melirik. Setengah detik. Tanpa ekspresi. Lalu balik lagi ke bukunya. Tangannya tetap memasukkan keripik ke mulut dengan ritme damai.
Crunch… crunch… crunch…
Santai. Tenang. Seolah Bella bukan saingan, bukan ancaman, bukan siapa-siapa. Cuma kayak… daun gugur yang lewat ditiup angin sore.
Nggak penting. Nggak mengganggu. Nggak layak diperhatiin.
Raska melirik Elvara.
Dalam hati dia berteriak:
“Tolong, ini anak manusia atau batu karang Zen garden?! Kok cueknya bikin gue yang gugup!?”
Dan dari kejauhan, trio komentator mulai bereaksi.
Asep mendesis dramatis.
“Eh gila, si Bella datang nyonong duduk di tengah, bawa kitab suci berharap Raska datang sebagai juru selamat amal perbuatan.”
Vicky menggeleng cepat.
“Dan Elvara? Nggak geser sedetik pun. Cuma makan keripik, tapi auranya… kayak penjaga gerbang neraka. Bella nyerobot pun nggak tergeser.”
Gayus masih ngunyah kacang, santai banget.
“Menurut gue, Bella ini kayak nyamuk. Berkali-kali digebuk, tetep balik lagi. Nggak kapok.”
Asep nyenggol Vicky.
“Tapi liat deh wajah Elvara. Dia tuh… beneran nggak peduli. Zero care. Bahkan minus care.”
Vicky menimpali:
“Pantes Raska betah. Cewek yang nggak pernah peduli sama statusnya tuh langka, Bro.”
Gayus ngangkat kacang:
“Gue sih cuma bilang ya… kalau Bella makin maju, gue tabok. Bukan demi Raska. Demi ketenangan dunia.”
Trio itu cekikikan.
Siswa lain hanya melongo melihat pangeran sekolah, cewek cuek, cewek ganas, dan tiga komentator warung kopi berkumpul dalam satu frame absurd.
Raska menatap Bella datar. Bahkan angin yang lewat kayaknya ikutan merinding.
“Gue bukan guru privat lo, Bel. Ngapain harus jelasin soal pelajaran ke lo.”
Kata-katanya meluncur pelan… tapi dingin kayak AC 17 derajat.
Bella tertegun. Mulutnya terbuka sedikit, tapi gak ada suara yang keluar.
Raska belum selesai.
Ia menggeser dagunya ke bangku.
“Dan siapa yang ngizinin lo duduk di sini? Gue paling gak suka cewek caper, apalagi deket-deket gue.”
BUAK!
Bukan suara tamparan, tapi suara harga diri Bella jatuh mental.
Elvara?
Masih baca buku. Masih makan keripik. Masih hidup di dimensi di mana Bella tidak eksis.
Bahkan ketika sebuah keripik jatuh ke paha Bella, Elvara cuma nyenggol Bella tanpa niat.
“Maaf, keripik gue jatuh,” gumamnya datar.
Diambil. Dimakan. Lanjut baca.
Bella mematung. Matanya melebar. Pipinya memerah. Campuran malu, syok, dan baper kebakar.
Dan di belakang, trio komentator mulai pecah:
Asep bisik keras, (alias gak bisa pelan).
“Buset… pangeran nge-reject putri sekolah. Live pada hari ini saudara-saudara!”
Vicky menimpali.
“Daya tolak Raska 11 dari 10. Sampai Bella mental ke orbit.”
Gayus ngunyah kacang, nada datar macam komentator bola.
“Skor sementara: Raska 1 — Bella 0. Elvara? Stabil di jalur makan.”
Bella menggigit bibir, suaranya bergetar halus.
“Ras… lo serius ngomong kayak gitu ke gue?”
Raska menghela napas panjang.
Dingin. Santai. Seolah dia cuma bilang cuaca hari ini mendung.
“Serius. Jangan ganggu gue kalau gue lagi belajar.”
Bella memandang Raska… lalu memandang Elvara… lalu kembali ke Raska…
Sementara itu Asep menyenggol Vicky.
“Eh bro, itu liat. Bella nge-freeze. Restart dulu tuh sistemnya.”
Vicky terkikik pelan.
“Jangan-jangan nanti dia update software dulu.”
Gayus menimpali santai.
“Upgrade mental versi 2.0: lebih tahan banting.”
Bella akhirnya bangkit, wajahnya pucat dan merah bersamaan.
“Fine. Gue pergi.”
Ia melangkah pergi dengan dagu tinggi, tapi jelas tersandung gengsi.
Dan seketika Bella hilang dari pandangan…
Asep meledak tertawa:
“GILA! Baru kali ini Bella di-uninstall hidup-hidup!”
Vicky memegang.gi perutnya.
“Ras, sumpah… lo barusan jadi legenda.”
Gayus melempar kacang ke atas lalu menangkap nya dengan mulutnya.
"Hap. Elvara makan keripik. Bella makan hati. Seimbang lah," ujarnya kembali mengunyah.
Raska cuma menutup muka dengan tangan, berusaha tidak mengutuk trio komentator itu keras-keras.
Elvara mengunyah keripik. Menutup buku. Menatap Raska datar.
“Kalau lo mau belajar, gue gak masalah. Kalau mau drama, jagan deket-deket gue. Gue lapar mau beli risol.”
Raska menatapnya lama.
DAN ITULAH PUKULAN TERBERAT BAGI PANGERAN KAMPUS:
Cewek seratus kilo yang gak peduli ketampanan dia…
…lebih memilih risol.
Elvara mengunyah keripik.
Menutup bukunya pelan, lalu menatap Raska datar.
“Kalau lo mau belajar, oke.
Kalau mau drama… jangan deket-deket gue.
Gue lapar. Mau beli risol.”
Raska bengong. Melongo halus.
Sampai angin lewat pun kayaknya berhenti sebentar.
DAN ITULAH PUKULAN TERBERAT BAGI PANGERAN KAMPUS:
Cewek seratus kilo yang gak peduli ketampanan dia…
…lebih memilih risol.
Hening satu detik.
Trio komentator langsung:
Asep paling dulu meledak.
“ASTAGA—Gasekil nge-ghost pangeran kampus cuma demi risol! Ini sejarah sekolah!!!”
Vicky sampai jongkok sambil ketawa.
“Sumpah ekspresi Raska barusan… kayak ketampanannya ditolak refund!”
Gayus tepuk tangan pelan seperti nonton opera.
“Luar biasa. Cewek seratus kilo, cuek seribu ton. Mental baja, aura anti-drama. Respect.”
Asep nyenggol Raska.
“Bro, maaf… tapi kalo gue jadi lo, gue langsung daftar les cuek biar tahan banting.”
Vicky masih ngakak.
“Gila, kesambet setan cuek tuh anak. Level dewa! Pantes Raska penasaran setengah mati.”
Gayus mengunyah kacang dengan khidmat.
“Risol menang telak. Raska kalah telanjang.”
Raska melotot ke arah ketiga temannya.
“Diam lo pada.”
Ia mendengus kasar, bangkit, dan pergi sambil membawa sisa gengsi dan harga diri yang masih bertahan hidup.
Trio komentator menatap punggung Raska… lalu berusaha keras menahan tawa.
Asep menyenggol Vicky, suaranya nyaris pecah.
“Bro… marah dia.”
Vicky menutup mulut, tapi bahunya sudah naik turun.
“Ya iyalah. Harga diri pangeran kampus lagi dilelang seribu perak barusan.”
Gayus menghela napas panjang, gaya bijak padahal masih ngunyah kacang.
“Gue rasa… taruhan kita bakal ada plot twist gede.”
Mereka bertiga akhirnya menyusul Raska—masih cekikikan setengah mati.
Sementara itu…
Elvara?
Benar-benar melangkah santai ke kantin.
Fokus satu hal: risol.
----
Di sisi lain sekolah…
Roy menyilangkan tangan di dada, bahu sedikit terguncang menahan tawa ketika Bian napas ngos-ngosan seperti habis marathon, menyampaikan laporan.
“Serius, Bro… serius banget.”
Bian menunjuk-nunjuk udara seolah butuh papan tulis.
“Aura Raska MENTAL sama Gasekil. Mental. Itu pangeran kampus bengong. BENGONG, Roy!”
Roy akhirnya tidak tahan, senyumnya muncul, pelan, tipis, tapi jelas berbahaya.
“Menarik.”
“Menarik apanya?” Bian semakin heboh.
“Sumpah ya… gue kira Raska yang bikin cewek-cewek gugur. Ini malah dia yang digugurin.”
Roy hanya mengangguk pelan, seolah sudah memperkirakan segalanya.
Bian menelan ludah.
“Tapi, Roy… kalau Raska terus deketin dia… kalau Gasekil kebawa perasaan… gimana?”
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Ayo Raska kamu semangat untuk sembuh,,dan Elvara tempat ternyamanmu🤣
Raska selama ini berarti berusaha sendiri mengatasi masalah traumanya dengan konsultasi ke dokter Wira.
Tanya jawab antara dokter Wira dengan Raska - kesimpulannya - trauma Raska belum pulih.
Ya betul itu pak Nata, Roy iri terhadap Raska. Kalah segala-galanya maka mau mencurangi kakak tirinya.
Raska...yang tahu sengaja atau tidak sengaja nabrak - ya Bella.
Elvara pribadi yang baik, tidak mau menuduh. Tapi yang pasti kamu sengaja di tabrak Bella - biar kamu jatuh ke dalam kolam. Bella mungkin tidak menyangka ketika nabrak kamu - dirinya mental - kecebur juga 😄.
Elvaraaaaaa...jujur amat 😂.
Tuh lihat reaksinya trio komentator 😂.
Raskaaaaa....jujur juga 😂👍🏻👍🏻.
Trio komentator langsung meledak ibaratnya sedang menyaksikan tanding sepak bola jagoannya tembus gawang 😄.
Raska kupingnya memanas - Elvara biasa...tanpa ekspresi bergumam - "Drama banget kalian." 😄.
Weeeeh Bella nguping.
Waduh masih ada lain kali - rencana jahat apa lagi Bella ??
Bella mimpimu cuma mimpi - mana ada jadi kenyataan - Raska tidak mungkin pilih kau.
Tiga temannya mengkhawatirkan kondisi Raska. Mereka bertiga peduli - kalimat yang keluar dari masing-masing cukup menghibur. Yang di rasa Raska ketegangan sedikit melonggar - menggeleng halus, bergumam lirih - "...kalian emang nyebelin." Ini bentuk ungkapan Raska yang "POSITIF," terhadap ke tiga temannya yang selalu ada untuknya.
( ***Ini Author mesti bikin cerita kelanjutan mereka berempat sampai masing-masing punya keluarga, pertemanan berlanjut 😄. )
Roy mimpinya ketinggian.
Elvara masih seperti biasa yang dilakukan ketika jam istirahat. Duduk di bawah pohon, membaca buku, sambil ngemil - kripik.
dan semoga si Roy selalu gagal dalam semua hal😄
Aku Sudah menduga, novel ini beda dari yang sebelumnya. Novel kali ini, selain memberikan pelajaram tentang ketulusan cinta, juga ada melibafkan Para medis juga.
Seperti Dokter Wira, Dokter Pesikiater Raska, Karen itu sangat mengguncang kejiwaan Raska, yang telah dia tanggung sejak usia 10 tahun. Untung saja Raska berusaha berobat, jika tidak, penyakitnya makin parah dan membuat tempramen Raska meningkat, yang bisa-bisa membuat dia tidak bisa tidur nyenyak, dan itu bisa mebuat dia menjadi emosional, bahkan mungkin bisa melempar barang-barang di Apartemen nya, jika sudah parah.
Mantap kak Nana... 🙏🙏🙏😁