NovelToon NovelToon
Tetaplah Di Sisiku (After 10 Years)

Tetaplah Di Sisiku (After 10 Years)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan Tentara / Romansa / Dokter / Gadis Amnesia
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Fantasi

Seorang pemuda lulusan kedokteran Harvard university berjuang untuk menjadi seorang tentara medis. Tujuan dari ia menjadi tentara adalah untuk menebus kesalahannya pada kekasihnya karena lalai dalam menyelamatkannya. Ia adalah Haris Khrisna Ayman. Pemuda yang sangat tampan, terampil dan cerdik. Dan setelah menempuh pendidikan militer hampir 2-3 tahun, akhirnya ia berhasil menjawab sebagai komandan pasukan terdepan di Kopaska. Suatu hari, ia bertugas di salah satu daerah terpencil. Ia melihat sosok yang sangat mirip dengan pujaan hatinya. Dan dari sanalah Haris bertekad untuk bersamanya kembali.

Baca selengkapnya di sini No plagiat‼️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjalanan misi

Suasana pagi yang cerah membuat siapa saja ikut bahagia. Tapi, tidak bagi keluarga Hendra yang merupakan kakek Haris. Sejak pertengkarannya dengan sang cucu membuat dirinya dan sang istri mulai jaga jarak dikarenakan Mia kesal akan sikap suaminya yang terlalu memaksa dan keras kepala. "Ma ... udah dong marahnya, sampai kapan Mama marah sama, Papa?"

Hendra terus membujuk istrinya untuk bisa berbicara kembali padanya. Tapi, istrinya itu justru memilih untuk bersiap-siap karena ia ingin ke rumah Haris untuk mengantarkannya ke bandara. Melihat sang istri sudah rapi, membuat Hendra sedikit kebingungan. "Kamu mau ke mana? Rapi banget?" tanya Hendra.

Mia menghela nafas berat "mau ke rumah Ayman ... Haris mau pergi misi hari ini. jadi, aku mau ikut mengantarkannya" ujar Mia sedikit ketus.

Mendengar itu, Hendra sedikit terkejut. ia tidak tahu jika Haris akan pergi melaksanakan misi tanpa memberitahunya. "kenapa Mama gak bilang hari ini Haris pergi?"

Mia menatap suaminya dengan tatapan tajam "emang peduli papa apa? Papa gak inget kejadian semalam hah? Gimana mau ngasih tau, kalo papa aja kaya begitu.. apalagi Haris akan melakukan misi dan itu pasti waktunya lama untuk bisa pulang lagi.. jadi, gak usah berlaga menyesal"

Lalu Mia mengambil tas selempangnya, "Sudahlah ... Mama mau pergi. Papa di rumah aja, daripada ikut bikin kacau." dan Mia pun keluar tanpa mendengar jawaban dari sang suami. Hendra terdiam sejenak. Saking sibuknya dengan masalah perjodohan, ia melupakan hari di mana cucunya akan pergi dengan jangka waktu yang sangat lama. Tanpa berpikir panjang, Hendra pun pergi untuk menemui cucunya itu. Sekaligus ia ingin meminta maaf karena terlalu keras padanya.

***

Hari ini adalah hari dimana Haris di sibukkan dengan kegiatannya yaitu, ia harus berangkat melaksanakan misinya di tempat terpencil. Semua barang sudah ia kemas dengan rapi. Bahkan ia sudah mengenakan setelan APD nya untuk berangkat ke bandara. Semua anggota keluarga Haris telah bersiap untuk berangkat ke bandara untuk mengantarkannya pergi melakukan misi. Hanya saja orang tuanya yang mengantar untuk Nara dan Hamzar tidak bisa ikut dikarenakan harus belajar.

"Riiiis!! Udah siap belum?? Ayo berangkat udah jam 7!" Seru bunda di bawah tangga.

Kemudian, muncullah orang yang dimaksud tersebut dan mereka berkumpul di ruang makan. Tapi, sebelum itu Haris mengeluarkan koper-koper terlebih dahulu dan menyuruh supirnya agar menaruhnya di dalam mobil.

"Kamu udah cek semuanya? Tiket? Ponsel? Perlengkapan? Jangan sampai ada yang hilang." ujar bunda sangat teliti.

Mendengar itu, Haris tersenyum tipis. "udah bundaku sayang ... semuanya aman.'

Kemudian, mereka dikejutkan dengan kedatangan Mia secara tiba-tiba. Mereka terdiam dikarenakan Mia datang seorang diri tanpa ditemani oleh suaminya. "Mama ... ke sini sendirian? Papa mana?" tanya Ayman.

"Udahlah, gak usah nanyain papa kamu." lalu pandangannya jatuh pada Haris. Mia mendekatinya lalu membelai wajah cucunya itu. "Maafkan Nenek ya sayang ... semoga kamu selalu sehat di sana ya, jangan lupakan Nenek."

Haris terkekeh geli, "Nenek ... aku gak marah sama Nenek. dan, aku gak mungkin lupa sama nenek, lagipula aku pergi misi cuma 6 bulan kok,"

"Ish.. kamu ini,"

"Sudah-sudah ... ayo kita berangkat, takut telat. ayo Abang, ke mobil sekarang."

Sekarang mereka berempat menuju ke mobil untuk berangkat ke bandara. Mobil pun mulai melesat membelah jalanan yang tak terlalu padat. Jalurnya yang lebar dan sedikit kendaraan membuat jalanan begitu lancar. tak terasa, waktu perjalanan 1 jam menuju Pandaran akhirnya telah sampai. Semua turun dari mobil dan membantu Haris mengeluarkan seluruh kopernya. Ia hanya membawa 2 koper dan 2 tas besar jadi tak begitu repot. Mereka kembali dikejutkan dengan kemunculan Hendra yang sedari tadi berdiri seorang diri. Ternyata Hendra sampai lebih dulu, ia sengaja menunggu cucunya di bandara dan tidak mampir ke rumah.

"Kakek?" lirih Haris. Lalu ia terdiam sembari memasang wajah datarnya. Ia masih marah akan kejadian semalam atas perbuatan kakeknya itu.

"Ngapain kamu ke sini?" ketus Mia tidak suka.

Hendra tidak menjawab pertanyaan dari istrinya, ia justru mendekati Haris dan mereka saling berpandangan tajam.

"Kenapa kakek ke sini? Mau bikin masalah denganku lagi?" ujar Haris datar.

Lalu tatapan tajam Hendra berubah menjadi sendu. Ia menatap lirih cucunya itu. "Kakek ke sini, ingin minta maaf sama kamu."

Semua yang ada di sana terkejut mendengar ucapan kakek yang tiba-tiba.

"Kamu gak bohong kan?" Tanya Mia selidik.

"Kakek akui, kakek salah ... kakek terlalu keras sama kamu. kakek sedih kalo kamu tidak menganggap kakek sebagai kakekmu lagi. kakek minta maaf ... sebagai gantinya, kakek akan membatalkan semua perjodohan dan  tidak akan memaksa kamu untuk hidup sesuai keinginan kakek."

Mendengar itu membuat Haris terpaku. hatinya perlahan mulai menghangat. Tiba-tiba kakeknya berbicara serius tanpa nada tinggi. Ia mencari celah kebohongan di mata kakeknya tapi tidak ada.

"Kamu masih marah sama kakek?"

Lalu, Haris menatap kakeknya dengan lembut dan senyum di bibirnya "jika kakek tulus minta maaf sama Haris, maka akanku maafkan. aku juga minta maaf sama kakek karena udah melawan kakek dan bicara kasar sama kakek."

Hendra terharu mendengar ucapan dari cucunya itu dan dia menarik Haris agar bisa memeluknya "kamu emang cucu kakek yang paling baik, maafkan kakekmu ini ya, Nak."

"Iya, Kek."

Mia melihat interaksi lembut antara suami dan cucunya merasa bahagia. Ini yang dia harapkan. Ayman dan Santi pun ikut bahagia melihat ayah dan anaknya berbaikan semula.

"Sebentar lagi penerbangan ke kota A akan segera berangkat."

"Tuh dengar ... pesawat kamu udah mau berangkat. udah sana sebelum telat." ujar bunda.

Haris tersenyum dan melihat ke arah mereka semua "makasih semuanya sudah mau antar aku ke sini." lalu Haris memeluk satu persatu mereka.

"Jaga diri kamu ya sayang ... telpon bunda kalo udah sampai sana."

"Iya Bun, jangan nangis lagi hehe."

Lalu ia pun membawa tasnya ke dalam gendongannya "semua! Haris berangkat dulu ya!!"

"Hati-hati sayang!!"

"Hati-hati."

Semuanya melambaikan tangan sampai Haris mulai menjauh dari pandangan mereka. Keluarga yang sempat berseteru akhirnya kembali menjadi damai kembali. Setelah mengantarkan Haris dari bandara, mereka pun bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing. Untuk Mia dan Hendra mereka sudah berbaikan seperti semula.

***

Sudah hampir 3 jam perjalanan, akhirnya Haris telah sampai di pusat pertahanan daerah tersebut. Ia sudah sampai di lokasi dimana ia akan melakukan misinya. Tapi, untuk mencapai ke desa cipuntu membutuhkan waktu dikarenakan jarak antara pusat kota dengan daerah itu lumayan jauh. Tentara yang berkumpul kemudian dipisahkan dengan tim masing-masing. Antar kelompok, kemudian menaiki mobil truk tentara dan mereka pun berpencar untuk melakukan misi masing-masing. Semua tentara dan beberapa anggota medis sangat bersemangat. Tapi, Haris terdiam ia tak mengeluarkan sepatah katapun. Ia pun tertidur karena kelelahan akibat terlalu lama perjalanan. Mobil yang ditumpangi Haris dan kawan-kawan sudah memasuki kawasan hutan. Jalanan yang masih beralaskan tanah serta beberapa lubang yang membuat mobil tersebut sedikit kesulitan.

"Aduhhh ... ini jalan jelek banget sih?! pemerintahnya gak ada yang mau benerin jalan ini apa?" gerutu Fahri.

"Sabar, Bro ... mungkin namanya daerah terpencil jadi susah ke jangkau sama pemerintah." ujar Stefano.

Mereka pun kembali fokus pada perjalanan mereka yang hampir memakan waktu hingga berjam-jam lamanya. untuk mencari kesibukan, seluruh anggota mengobrol satu sama lain. namun semakin lama mereka puun bosan sebab yang mereka lihat hanya hutan-hutan saja, belum melihat adanya area pemukiman warga.

"Ini semuanya masih hutan ... warga di sini kenapa gak takut ya?"

"Namanya juga udah biasa, Bro."

Hampir 1 jam lebih menyusuri hutan, akhirnya mobil tersebut menemukan jalan pedesaan yang mana itu tujuan mereka. Di sana sudah mulai nampak jalan yang cukup rapi, rumah-rumah yang masih sangat sederhana serta pemandangan yang sangat cantik. Hampir 5 jam sudah mereka melakukan perjalanan dan telah sampai di posko pertemuan di mana tempat mereka berkumpul dengan anggota yang lain. Semua yang ada di dalam mobil kemudian turun dan mengangkat barang-barang mereka. Saat Haris mulai menginjakkan kakinya ke tanah, matanya terbelalak saat merasakan ada perasaan aneh dihatinya.

"Kenapa sama diri gue?" batin Haris terheran. seolah ada jiwa yang memanggil dirinya, Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Tubuhnya bahkan tidak bisa bergerak dan kaku seketika.

"Eh.. bentar dong lu! Gue juga belum kebagian tempat! Ris, lu tempatnya barengan sama gue ya ...." ujar Fahri. pria itu tidak mendengar suara dari temannya. Tapi ia dikejutkan dengan Haris yang tidak ada di sampingnya.

"Ris.. Ris.." ujarnya mencari keberadaan Haris. Lalu ia melihat Haris yang sedang diam berdiri tegak. Merasa ada yang aneh, Fahri pun segera menghampirinya.

Puk.. Fahri menepuk bahunya sedikit keras dan itu membuat Haris terkejut sekaligus tersadar.

"Lu kenapa bengong?" tanya Fahri kebingungan.

Haris tidak langsung menjawab, ia terdiam sejenak "gak ada apa-apa." lalu ia segera mengangkat barang-barangnya dan pergi menjauh dari Fahri. Semua anggota tentara di sana sudah mengisi bilik masing-masing sebelum akhirnya mereka melakukan perjalanan kembali untuk  survei masyarakat. Lagi-lagi Fahri melihat Haris seperti termenung. Lalu ia pun duduk di sampingnya dan kembali menanyakan hal yang sama padanya.

"Lu kenapa sih? Semenjak datang ke sini bengong terus? Ada apa? Lu bisa bagi cerita sama gue."

Haris menoleh ke arah Fahri sejenak. Lalu ia pun menghela nafas beratnya "gue ngerasa ada yang aneh dalam diri gue. tiba-tiba, perasaan gue berubah jadi gak enak. jantung gue tiba-tiba kaya lari maraton ... dan itu gue gak tau kenapa." gumamnya yang mulai menceritakan hal yang ia alami. Fahri justru ikut menenangkan pikiran dari temannya ini. "itu udah biasa terjadi bro ... mungkin perasaan lu doang kali, gue juga setiap kali dapet misi baru pasti kaya gitu."

"Iya kali ya..."

"Udahlah, gak usah dipikirin ... mending kita kumpul di luar, di sana lagi ngobrol soal kegiatan buat besok. besok kita udah mulai operasi misi soalnya."

"Iya ... eh iya, nanti antar gue buat lihat-lihat tanah di sekitaran sini ya. gue mau beli buat bangun klinik."

"Siap, Pak Bos ... ayo keluar."

***

"Sudah siap semuanya?" tanya Haris pada anggotanya dengan nada tegasnya.

"Siap komandan!!"

"Sebelum kita berangkat, kita berdoa dulu sesuai dengan kepercayaan masing-masing ... berdoa, dimulai...."

Sebelum berangkat, mereka semua melakukan doa agar misi ini tidak ada kendala dan sukses besar. Setelah doa selesai, mereka pun mulai melakukan perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri jalanan sempit di daerah tersebut. Tak lama kemudian, banyak warga yang berkumpul dan menyambut kedatangan mereka. Di sana juga ada kepala desa pemimpin desa tersebut. Semua anggota, mendapatkan kalungan bunga sebagai penghormatan atas misi mereka kali ini.

Kepala desa sudah menyusun acara untuk menyambut mereka. Beliau mendirikan posko darurat untuk pemeriksaan massal di daerah tersebut. Semua sangat antusias mendengarkan Haris saat memberikan edukasi kesehatan dengan mereka. Haris di sela pidatonya itu, ia berjanji akan mendirikan sebuah klinik di daerah tersebut agar warga sekitar tidak perlu lagi berobat dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh. Misi Haris dan timnya ini, selain membangun klinik dan memberikan edukasi, mereka juga bakal memastikan warga sekitar hidup dengan sehat dan terhindar dari segala ancaman penyakit.

"Haduhhh capek ..." keluhnya.

Setelah memberikan edukasi kesehatan, sekarang mereka sedang berada di rumah kepala desa setempat sekedar untuk beristirahat. "Terima kasih, Pak. karena bersedia membantu desa kami. memang, desa kami ini sangat memerlukan fasilitas kesehatan. dengan adanya kalian, kami sedikit tertolong."

"Tidak masalah, Pak. itu sudah jadi tugas kami."

"Sebagai penyambutan kalian, kami akan mengadakan acara penyambutan. nanti ada beberapa acara yang sudah saya rancang, ada hiburannya juga seperti musik dan tarian dari anak-anak muda di desa kami."

"Waaahh.. benarkah?? Terima kasih sudah buat acara seperti itu untuk menyambut kedatangan kami." keduanya terlihat sedang mengobrol dengan serius untuk lebih mengenal desa tersebut agar bisa membantu mereka dengan maksimal. Setelah beristirahat, mereka pun kembali untuk mengitari RT yang lain untuk memberikan edukasi serta pemeriksaan gratis lainnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!