Cerita tentang dua keluarga hebat, bersatu melalui penerus mereka. Yang mana Zayd, dari keluarga Van Houten. Dan si cantik Cahaya, dari keluarga Zandra...
Ingin tau kisahnya?? Cuss... otewe keun guys🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cadel-cadel Belagu
Acara ulang tahun berjalan lancar, normal seperti acara ulang tahun anak 3 tahun pada umumnya. Hanya saja waktu di majukan jadi setelah Ashar, karena ternyata anak-anak komplek sudah tak sabar ingin merayakan ulang tahun si kembar. Tentu hal itu tidak jadi masalah, karena semuanya sudah siap sejak sebelum Ashar. Acara berlangsung selama 1 jam, untuk anak-anak.
Selanjutnya acara untuk para orang tua, seperti biasa tentunya. Ajeng selalu mengadakan kumpul merakyat, liwet dan bakar-bakaran dengan warga sekitar.
"Kita tuh seneng banget, kalo keluarga jeng Ajeng ngadain acara." ucap bu Cici, Ajeng tersenyum
"Bisa aja jeng Cici, pasti karena bisa makan lesehan kaya gini kan yaaaa." balas Ajeng
"Iya jeng, dan yang paling penting itu adalah...
"GRATISSSSS" jawab para ibu-ibu, mereka tertawa. Karena sudah biasa, tak ada yang merasa tersinggung. Lagipula mereka semua mengenal Ajeng, sebagai wanita kaya dan juga ramah dan rame.
"Ehh,,, jeng jeng, kalian masih inget kan sama jeng Rena?" tanya bu Asti, Ajeng memutar malas bola matanya
"Inget lah jeng Asti, ga mungkin saya lupa. Dia yang bikin menantu saya sempet drop, karena mulutnya yang lemes. Kenapa sama dia? Mati?" serempak semua menatap Ajeng
"Kenapa?" tanya Ajeng
"Pertanyaan jeng Ajeng dalem banget, belum tujuhnya kan?" pecahlah tawa ibu-ibu, karena pertanyaan bu Cici
"Kamu mah 11 12 sama jeng Ajeng, Ci." ucap bu Yuni
Mereka pun lanjut bergosip, di acara ini terbentuk beberapa kelompok. Para ibu-ibu, bapak-bapak dan juga anak-anak muda. Dan tentunya anak-anak komplek, masih asyik bermain dengan Domi dan Davi. Karena Zara mengajak mereka, membuat percobaan sains.
Zara sengaja mengenalkan anak-anak pada sains, dengan tujuan untuk menunjang perkembangan kognitif dan sosial mereka. Anak-anak yang terlibat, dalam pendidikan Sains sejak dini. Akan lebih siap, memasuki tahun-tahun sekolah formal. Dengan rasa ingin tahu tentang dunia, kemampuan pemecahan masalah dasar, dan keingintahuan untuk mengeksplorasi.
Zara melakukan percobaan sains, yang sedang tranding saat ini. Yaitu menggunakan kunyit, air dan senter ponsel. Dalam percobaan ini, air putih dalam gelas akan menyala indah seperti lampu hias. Saat ditaburi bubuk kunyit, secara perlahan. Melihat itu semua, tentu anak-anak terkagum-kagum.
"KEREEEEENNN / TELEEEEEEENNNNN" ucap anak-anak serentak
"Mama Zara, itu hebat banget." ucap Janu, cucu bu RT. Yang berusia 7 tahun, dia merupakan anak paling besar di komplek itu.
Semua anak-anak di komplek, memanggil mama Zara. Sesuai permintaannya, begitu juga pada Laras dan Ajeng. Mereka akan memanggil, seperti Domi dan Davi memanggil mereka.
"Gimana? Hebat kan?" semua anak menganggukkan kepalanya
"IYA" jawab anak-anak
Domi dan Davi, hanya menatap bosan hal itu. Mereka sudah melakukan percobaan itu, sebelum ibunya melakukan hal itu.
"Ahhh... temen itu mah, Domi uda tau. Iya tan Dap?" Davi mengangguk, Zara menatap sinis kedua anaknya
"Emang yang ga cemen tuh, yang kaya mana? Shombong banget anak pak Cedric, ck" tanya Zara
"Liat Domi tama Dapi don, om Bede ambin bahanna" salah satu BG mengangguk, ia mengambil beberapa nampan. Di mana nampan itu, sudah berisi bahan-bahan percobaan. Yang sudah di persiapkan Domi dan Dapi sebelumnya, lalu ia menaruhnya di atas meja.
"Tamu nau bitin apa? Ini tue bolu?" tanya Mei-mei, salah satu tempan komplek
"Atu nau bitin espelimen dunun menetus" jawab Davi
"Ngomong aja belum bener, benerin dulu ngomongnya. Eksperimen gunung meletus, itu baru bener. Cadel-cadel belagu.." celetuk Zara, membuat kedua anaknya menatap kesal sang ibu.
"Mulut mama lemes ya, peldi lah sana. Bilal Domi tama Dapi aja, yan di tini. Tana... tana... lewet lewet tali lah." ucap Domi kesal
Zara yang mendengar dirinya di bilang lemes dan juga cerewet, ia memelotot kan kedua bola matanya.
"BERANI KAMU BILANG KAYA GITU SAMA MAMA, HMM?!" ucap Zara penuh penekanan, tapi ia memilih untuk pergi. Om BG yang menjaga di sana, menunduk menahan tawanya.
"Ketawa aja bang, ga ada yang larang." ucap Zara sebelum pergi
"Ehem, Maaf nyonya" Zara mendengus dan pergi, dengan hati kesal
Domi dan Davi pun memulai eksperimennya, yang mana mereka sudah membuat gunung mini. Yang terbuat dari botol plastik di tengah nampan. Agar visualnya lebih nyata, Domi membentuk gunung di sekitar botol dengan playdough.
"Kamu hebat ya Dom, bisa buat kaya gini." puji Janu, membuat anak gembul itu semakin besar kepala
"Iya don, Domi ditu loh" ucap Domi, seraya menepuk dadanya
Dapi memasukkan baking soda ke dalam gunung buatan, menggunakan corong kecil. Untuk lebih menyerupai lava, Domi menambahkan pewarna makanan. Lalu ia juga memasukkan sabun cair, agar membuat letusan berbusa lebih dramatis. Untuk memberikan efek letusan, Davi menuangkan cuka putih ke dalam botol secara perlahan. Lambat laun, Gunung buatan mulai meletus mengeluarkan lava buatan yang berbuih dan mengalir.
"UWAAAAHHHHH.... HEBAAAATTTT"
Melihat hal itu, teman-teman Domi dan Davi bersorak dan bertepuk tangan. Zara tersenyum dari jauh, bangga? Tentu saja, kedua anaknya bisa berbagi ilmu pada teman-temannya. Meski dia tau, bila keduanya memiliki kemampuan lebih dari ini.
.
.
"Ca, lu tau ga gosip yang lagi rame di kampus ini?" tanya Ansika, Cahaya yang sedang makan. Hanya menjawab dengan gelengan kepala, karena ia memang tidak tau. Dan juga, tidak terlalu memperhatikan berita sekitaran kampus.
"Apa sih Sika? Lu mah suka setengah-setengah kalo ngomong, langsung aja cerita. Kagak usah tanya-tanya, sejak kapan si Cahaya peduli ma yang begituan." ucap Grisha, mood nya sedang anjlok ternyata
"Lu mah emosian, ngapa lu? Lagi PMR?" balas Ansika tak kalah kesal
ctak
"ADUUH... sakit ih Ica, main sentil aja." protes Ansika
"Lagian PMR lu bawa-bawa, mau ngapain? Mau pingsan lu? PMS... PMS... YOU KNOW PMS? PERMISI!!!" Ezra pun tertawa, Cahaya menggelengkan kepalanya
"Ada berita apaan Sika?" tanya Cahaya, setelah selesai makan
"Ohh.. iya ya, jadi lupa kan. Gara-gara si Ica marah-marah mulu, beritanya bukan dari jurusan kita. Tapi dari jurusan kedokteran, horor sih ini." jawab Ansika, Grisha langsung merapatkan tubuhnya pada Cahaya
"Lu jangan macem-macem Sika" ucap Grisha tak suka
"Diihhh... cuma satu macem gue, mau cerita doang. Lu bisa ga kagak komen dulu, kapan beresnya ini. Cape ini cerita nyangkut di otak ma di tenggorokan gue, ngeronta minta di keluarin." Grisha mencebik, ia memeluk lengan Cahaya. Ansika memajukan tubuhnya, ia pun berbicara pelan.
"Di jurusan kedokteran, lagi adain praktek. Nah prakteknya, pake salah satu jenazah dari kamar mayat rumah sakit xxx. Katanya jenazah itu, identitasnya belum teridentifikasi. Ga ada yang tau dia siapa, atau pun keluarganya di mana. Karena jenazah itu, di temukan tanpa tanda pengenal."
"Buset dah, ngeri banget sih. Praktek pake jenazah manusia, kan banyak percobaan yang pake binatang. Kaya katak misalnya, ngapa kagak pake itu aja sih." ucap Grisha, tiba-tiba tubuhnya merinding.
"Terus masalahnya dimana ay?" tanya Ezra, tak peduli dengan ucapan Grisha
"Masalahnya itu...
...****************...
Jangan lupa masukin ke favorit, like, komen, gift sama vote nya yaaaa ❤️❤️❤️❤️
Nuhun mak ntos up seueur poe ieu, sehat² emak😘