NovelToon NovelToon
Balasan Dari Neraka

Balasan Dari Neraka

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Pembantu / Poligami / Iblis / Dendam Kesumat
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: cucu@suliani

Romlah tak menyangka jika dia akan melihat suaminya yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, bahkan sahabatnya itu sudah melahirkan anak suaminya.

Di saat dia ingin bertanya kenapa keduanya berselingkuh, dia malah dianiaya oleh keduanya. Bahkan, di saat dia sedang sekarat, keduanya malah menyiramkan minyak tanah ke tubuh Romlah dan membakar tubuh wanita itu.

"Sampai mati pun aku tidak akan rela jika kalian bersatu, aku akan terus mengganggu hidup kalian," ujar Romlah ketika melihat kepergian keduanya.

Napas Romlah sudah tersenggal, dia hampir mati. Di saat wanita itu meregang nyawa, iblis datang dengan segala rayuannya.

"Jangan takut, aku akan membantu kamu membalas dendam. Cukup katakan iya, setelah kamu mati, kamu akan menjadi budakku dan aku akan membantu kamu untuk membalas dendam."

Balasan seperti apa yang dijanjikan oleh iblis?

Yuk baca ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BDN Bab 7

Sugeng dan juga Inah tidak bisa tidur dengan lelap, karena keduanya kepikiran terus terhadap Romlah. Setelah mereka menjauh, mereka memastikan Romlah terbakar habis tubuhnya. Lalu, mereka pergi dari sana dan langsung pulang ke rumah.

Melihat bayangan tubuh Romlah yang terbakar sampai hangus membuat keduanya begitu ketakutan, mereka juga begitu takut ketika mendengar jeritan dari Romlah.

Pagi harinya keduanya terbangun dengan wajah yang lesu, ada lingkaran hitam di bawah mata mereka. Walaupun mereka lega karena sudah memiliki semua harta milik Romlah, tetapi tetap saja ada rasa takut.

"Mas, bagaimana kalau sekarang kita ke belakang pabrik aja? Kita pastikan Romlah apakah sudah meninggal atau belum," usul Inah.

"Iya, harus emang. Mumpung pagi dan mumpung belum ada karyawan pabrik yang datang, kita harus ke sana. Kalau misalkan ada sisa tulang Romlah di sana, kita harus membuangnya ke jurang."

"Mas betul, jangan sampai ada jejak yang ditinggalkan. Kita tidak boleh meninggalkan bukti kalau kita sudah membunuh wanita itu," ujar Inah.

Inah baru saja menjadi orang kaya dengan pengalihan harta dari Romlah, dia tidak mau kalau usahanya selama ini akan berakhir kalau dia ketahuan membunuh Romlah.

"Iya, Sayang. Cepat titip Ayu sama Ibu, setelah itu kita ke belakang pabrik."

"Oke," ujar Inah.

Setelah menitipkan Ayu, keduanya langsung pergi menuju belakang pabrik. Baik Sugeng ataupun Inah merasa heran karena di sana tidak ada bekas pembakaran yang mereka lakukan.

Pohon tempat di mana Romlah diikat tetap segar, dedaunannya pun nampak hijau. Tidak ada apa-apa di sana, hanya ada pohon yang basah karena tadi malam terguyur hujan semalaman.

Hanya ada jalanan yang licin, karena semalaman terkena air hujan. Ketika mereka mengedarkan pandangan, di sana seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

"Loh! Kok aneh ya, Mas? Pohonnya juga tak apa-apa, tak ada bekas bakaran. Padahal aku malam lihat banget loh wanita itu terbakar sampai hangus, seharusnya di sini ada tubuh Romlah yang haus."

"Hem! Setidaknya masih tersisa tulang belulangnya, tapi ini benar-benar bersih."

"Apa jangan-jangan Romlah tadi malam ada yang menyelamatkan?"

"Nggak mungkin lah, kamu tahu sendiri dia mati. Mana ada orang mati diselamatkan, kamu itu aneh!"

"Iya juga sih, aku jadi takut." Inah memeluk Sugeng.

"Kamu itu nggak perlu takut, lagian ini menguntungkan untuk kita. Kalau mayat dia nggak ada, itu artinya apa yang kita lakukan tidak ada bekasnya."

"Benar juga," timpal Inah.

Hawa dingin setelah hujan menyeruak ke tubuh keduanya, Inah sampai merinding karena tulangnya seakan beku.

"Mas, kita pulang aja yuk? Aku takut," ujar Inah.

"Iya, Sayang. Kita pulang sekarang," ujar Sugeng.

Keduanya akhirnya pulang ke rumah, tetapi saat mereka tiba di depan rumah, keduanya begitu kaget karena melihat adanya Trisno di sana. Dia sedang memandang heran ke arah Wati yang sedang menggendong Ayu.

"Gimana ini, Mas? Bisa terbongkar pernikahan kita," bisik Inah.

"Kamu pergi dulu deh, aku coba atasi si tua itu. Kalau kamu ikut nantinya takut jadi masalah," ujar Sugeng.

"Iya, Mas. Aku ke tukang sayur aja deh, belanja sambil nunggu kamu nyelesain masalah."

"Ya," jawab Sugeng.

Sugeng dengan cepat menghampiri Trisno, seperti biasanya dia langsung mencium punggung tangan kanan pria itu. Wajah Trisno yang biasanya santai kini terlihat tegang dan penuh amarah.

"Dari mana saja kamu?"

"Habis dari pabrik, Pak. Kapan bapak datang ke sini? Kenapa tidak memberi tahu? Kalau Bapak bilang, pasti akan saya jemput. Terus, Romlah di mana, Pak? Apa nggak ikut?"

"Justru itu, kemarin kami datang karena ingin memberikan kejutan ulang tahun pernikahan kalian. Tapi, kata petugas penginapan Romlah tadi malam pergi dan sampai saat ini tidak kembali. Makanya Bapak datang ke sini, takutnya dia ada sama kamu."

"Nggak, Pak. Nggak ada Romlah, ayo duduk dulu. Biar aku buatkan kopi," ujar Sugeng sambil menuntun ayah mertuanya itu untuk duduk di bangku yang ada di depan rumah itu.

Trisno memang ikut duduk di bangku bersama dengan Sugeng, tetapi tatapan mata pria itu terus tertuju kepada bayi yang ada di dalam gendongan Wati.

"Sebenarnya itu bayi siapa? Kenapa ada bayi di rumah ini?"

Sugeng mendadak tegang mendengar pertanyaan dari Trisno, dia bahkan berkali-kali meremas kedua tangannya yang basah dengan keringat.

"Jawab, Sugeng. Sebenarnya itu bayi siapa? Apakah kamu di sini tinggal dengan seorang perempuan dan sudah melahirkan?"

Sugeng dengan cepat menggelengkan kepalanya sambil mengibaskan kedua tangannya di depan dada, walaupun pada kenyataannya seperti itu, tetapi dia tidak mungkin berkata jujur.

"Anu loh, Pak. Beberapa hari lalu ada bayi yang nangis di depan rumah, karena kasihan akhirnya ibu mengasuhnya. Masa kita tega melihat bayi merah ditelantarkan begitu saja?"

"Bayinya dapat nemu?"

"Iya, Pak."

Trisno bernapas dengan lega, karena dia tadi sempat berpikir kalau Sugeng itu sudah berselingkuh dan memiliki anak dari hasil selingkuhannya.

"Maaf kalau Bapak salah duga, jujur Bapak sangat khawatir terhadap Romlah. Bagaimana kalau kita cari dia saja?"

"Iya, Pak. Takutnya saat kemarin pergi dia malah kesasar," ujar Sugeng.

Sugeng berjalan bersama dengan Trisno menuju mobil, saat mereka hendak masuk ke dalam mobil, Inah datang dan langsung menghampiri Trisno.

"Pak, aku, Inah. Bapak masih ingat sama aku?"

"Ya Allah, Inah. Kamu itu sudah 1 tahun loh nggak pernah datang ke rumah Bapak, ke mana aja kamu?"

"Kerja, Pak. Gak jauh dari sini, Bapak mau ke mana?"

Inah pura-pura begitu senang melihat kedatangan Trisno, padahal dalam hati dia mengutuk agar pria itu cepat mati saja seperti Romlah.

"Ceritanya Bapak kemarin ngajak Romlah datang ke sini untuk memberikan kejutan kepada Trisno, tapi anak itu malah hilang. Bapak sama Sugeng mau mencari keberadaan Romlah," jawab Trisno.

"Duh Gusti, kenapa bisa hilang sih, Pak? Apa yang sebenarnya terjadi dengan Romlah? Bikin aku khawatir aja, aku boleh ikut gak, Pak?"

"Boleh, kamu itu sahabat terbaik Romlah. Dia pasti senang kalau bertemu lagi dengan kamu," jawab Sugeng.

"Iya, Pak. Aku kebetulan kangen banget sama dia, tapi sebelum pergi Bapak minum dulu. Bibir Bapak kayaknya kering banget, ini jus enak banget, Pak.''

Kata-kata yang keluar dari bibir Inah memang sangat manis, mimik mukanya juga tidak terlihat seperti orang yang akan berniat jahat. Pandai sekali wanita itu dalam bersandiwara.

"Anak baik," ujar Trisno tanpa curiga.

Sugeng yang belum paham maksud dari Inah langsung menatap wanita itu dengan tajam, dia takut kalau ayah mertuanya itu akan tahu tentang hubungan mereka.

Namun, Inah seperti memberikan kode kepada pria itu untuk bersikap tenang. Karena apa yang dia lakukan sudah dia rencanakan dengan rapi.

"Aduh!"

Trisno hampir terjatuh, pria itu memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit dan juga berat.

"Bapak kenapa?" tanya Inah pura-pura.

"Nggak tahu, kepala Bapak rasanya sakit banget."

"Ayo istirahat saja di dalam, aku takut Bapak kambuh penyakit jantungnya."

Sugeng memapah itu untuk masuk ke dalam rumah, baru sampai rumah pria itu sudah pingsan. Sugeng dengan cepat merebahkan tubuh pria itu di atas lantai yang dingin.

"Kenapa si tua bangka itu bisa pingsan?" tanya Sugeng sambil menolehkan wajahnya ke arah Inah.

1
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
🤣🤣🤣🤣🤣 mampus
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
ih Ajeng, apa ini hantu ya
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
aduh malah ngebayangin malem malem😭
Reni
jiaaaaa amsyong 😅🤣😂
GI ambil duit dulu baru indehoy enak betul maunya gratisan emang Inah wekkkkk
Reni
Wati linglung
Reni
Nahhhh diajarin ngutil duit suami 🤭
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
eh bisa bisanya perawat kaya gini🤣🤣cuma ada di novel...
kaliaa🐈🐈‍⬛👯: hooo iyaa kak cu emang, kalau yang lagi magang suka gitu🤣🤣banyak main hp nya juga hiii, aku aja gakuat di urusin sama sus magang
total 2 replies
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
bukan terlalu lagi itumah, udh bener bener bener bener bener jahat tingkat paling atas mentok😡
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
santai Inah, kamu ada temen nya🤣🤣akuuu
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
iiiii Inah ni lemot bngy🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
mampus di tolak🤣🤣🤣semoga aja Ajeng salah satu dari rencana nya Romlah, semoga aja Ajeng ga mw di ajak nikah, eh tapi gapapa Deng nikah aja, nanti minta semua aset Sugeng, terus terlantarin🤣
Reni
kapokkkk keadaan nya sama seperti dulu pas kamu sibuk merebut Sugeng , sakit kan sama bahkan lebih sakit yg dikhianati, dirampok hartanya , dibunuh
Reni
yeeeee akhirnya kebagian juga tu Wati ibu mertua lucnut
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
cowo gapunya duit aja banyak gaya😡😡
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
gila
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
mulai
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
makanya jangan jahat🤣🤣🤣mampus tuh
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
Sugeng, aku jatoh aja waktu itu di jait 14 jaitan sembuh nya sebulanan baru ga ngeluarin darah😭 belum kering, apalagi itu operasi tetew, gila kali itu
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
jahat bngt si sugeng
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
wkwkwk🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!