NovelToon NovelToon
KAMAR TERLARANG

KAMAR TERLARANG

Status: tamat
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Iblis / Tamat
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: gilangboalang

Aryan, pemuda berusia 25 tahun, baru saja mendapatkan pekerjaan impiannya sebagai salah satu staf di sebuah hotel mewah, tempat yang seharusnya penuh dengan kemewahan dan pelayanan prima. Namun, di balik fasad megah hotel tanpa nama ini, tersembunyi sebuah rahasia kelam.
​Sejak hari pertamanya, Aryan mulai merasakan keanehan. Tatapan dingin dari staf senior, bisikan aneh di koridor sepi, dan yang paling mencolok: Kamar Terlarang. Semua staf diperingatkan untuk tidak pernah mendekati, apalagi memasuki kamar misterius itu.
​Rasa penasaran Aryan semakin membesar ketika ia mulai melihat sekilas sosok hantu lokal yang dikenal, Kuntilanak bergaun merah, sering muncul di sekitar sayap kamar terlarang. Sosok itu bukan hanya menampakkan diri, tetapi juga mencoba berkomunikasi, seolah meminta pertolongan atau memberikan peringatan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gilangboalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEMATIAN DAN KEBENARAN

Aryan, Rima, dan Dina keluar dari gudang bawah tanah dengan balok kayu di tangan, bergerak hati-hati. Mereka menuju tangga darurat yang akan membawa mereka naik ke lantai dasar, lalu keluar dari hotel.

​Namun, keberuntungan tidak berpihak pada mereka.

​Saat mereka berbelok di koridor yang menuju tangga darurat, mereka berhadapan langsung dengan musuh mereka.

​Di ujung koridor, berdiri Bu Indah, Nyonya Lia, dan seorang petugas keamanan hotel, yang pasti sudah diperintahkan untuk mencari mereka. Bu Indah membawa sesuatu di tangannya yang tersembunyi, sementara Nyonya Lia terlihat waspada.

​Mereka bertiga terhenti. Situasi sudah tidak bisa dihindari.

​Bu Indah tersenyum lebar, senyum yang penuh dengan kepuasan yang menyeramkan. Ia bertepuk tangan pelan, suaranya menggema di koridor yang sunyi.

​"Wah, hebat! Hebat!" seru Bu Indah, nadanya mengejek. "Aku akui, kalian luar biasa! Kalian benar-benar bisa lepas. Dan kalian bisa mengetahui semua jawaban itu tanpa banyak waktu!"

​Aryan maju selangkah, kemarahan membakar dirinya. Ia memegang erat balok kayu di tangannya.

​"Dasar wanita bodoh, penipu! Kau membunuh Anggun dan memutarbalikkan fakta! Kau memperlakukannya seperti jimat kotor!" balas Aryan, meluapkan amarahnya yang tertahan.

​Bu Indah hanya tertawa terbahak-bahak, tawa yang dingin dan menakutkan. "Terserah apa katamu. Yang jelas, sekarang kalian tidak akan bisa ke mana-mana."

​Tanpa membuang waktu lagi untuk berdebat, Aryan berteriak, "Kabur! Kita ke atas!"

​Mereka bertiga berbalik, berlari menuju anak tangga darurat, sementara Bu Indah, Nyonya Lia, dan petugas keamanan itu segera mengejar. Pertarungan kini menjadi perburuan di tangga darurat yang sempit.

​Perkelahian di Tangga Darurat

​Di tangga darurat yang remang-remang, tiga lawan tiga, perkelahian brutal terjadi. Mereka berkelahi bagaikan adegan laga, didorong oleh insting bertahan hidup dan keputusasaan.

​Aryan Melawan Petugas Keamanan: Petugas keamanan itu bertubuh besar dan terlatih. Ia memblokir jalan Aryan. Aryan mengayunkan balok kayunya, namun petugas keamanan itu menghindar dan melayangkan tonjokan keras ke wajah Aryan. Aryan limbung. Namun, dengan sisa tenaga, Aryan segera membalas. Ia menendang lutut petugas keamanan itu dengan kuat. Petugas itu meringis dan tersungkur menahan sakit.

​Dina Melawan Bu Indah: Bu Indah yang sudah tua ternyata menyimpan kekuatan dan kegilaan yang mengerikan. Dina menggunakan taktik berlari dan melemparkan barang-barang di tangga darurat, seperti besi-besi kecil dan pecahan furniture yang ada di sana. Bu Indah sudah beberapa kali terkena pukulan benda tumpul dan wajahnya berdarah di pelipis. Marah, Bu Indah mengeluarkan sebuah pisau lipat dari balik bajunya. Dina segera melompat ke anak tangga di atas, menghindari serangan mematikan itu.

​Rima Melawan Nyonya Lia: Rima menghadapi Nyonya Lia. Nyonya Lia yang tampak ramping ternyata sangat lincah. Pertarungan mereka lebih ke arah perebutan jalur. Rima berusaha menahan Nyonya Lia agar tidak menyusul Dina dan Aryan. Mereka saling dorong dan tarik. Rima berhasil menendang perut Nyonya Lia, membuatnya terhuyung.

​Pertarungan itu berlangsung cepat dan brutal. Tidak ada yang benar-benar kalah, tetapi semuanya berdarah dan terluka. Ini menunjukkan betapa terlatihnya Bu Indah dan Lia dalam menghadapi situasi ekstrem.

​Aryan, melihat kesempatan, berteriak, "Terus ke atas! Jangan berhenti!"

​Aryan, Dina, dan Rima berhasil menerobos dan melarikan diri ke atas tangga darurat, menuju lantai yang lebih tinggi. Mereka tahu, mereka harus lari sejauh mungkin dan mencari tempat aman untuk menghubungi polisi dengan bukti yang mereka miliki.

​Pengejaran yang Mengerikan

​Di bawah, di tangga darurat, petugas keamanan terkapar dengan rasa sakit di lutut. Bu Indah dan Nyonya Lia berdiri, wajah mereka berdarah, napas mereka terengah-engah, namun amarah mereka jauh lebih besar daripada rasa sakit.

​"Kejar mereka! Jangan biarkan mereka lolos!" perintah Bu Indah, suaranya dingin dan mutlak.

​Bu Indah mengambil pisau lipat yang ia gunakan untuk mengancam Dina. Nyonya Lia mengangguk. Mereka berdua, ditemani petugas keamanan yang pincang, berlari menaiki anak tangga, mengejar tiga karyawan yang tahu rahasia paling mematikan di hotel itu.

​Aryan, Dina, dan Rima kini berlari kencang, menuju atap hotel. Mereka tahu, jika mereka tertangkap lagi, mereka tidak akan diberi kesempatan kedua. Misi mereka kini bukan lagi mencari bukti, tetapi bertahan hidup dari pemilik hotel yang sudah berubah menjadi pembunuh berdarah dingin.

Aryan, Rima, dan Dina yang terluka dan kelelahan, melarikan diri menaiki tangga darurat, meninggalkan Bu Indah dan Nyonya Lia yang mengejar dengan pisau. Mereka tidak punya pilihan selain lari ke lantai teratas, berharap menemukan pintu keluar atau tempat bersembunyi.

​Mereka akhirnya mencapai Lantai Tujuh lagi, yang terasa seperti rumah hantu abadi mereka. Daripada melanjutkan ke atas menuju atap yang terbuka dan berbahaya, mereka memutuskan untuk bersembunyi di dalam Kamar 5 untuk sesaat.

​Mereka menyelinap masuk ke Kamar 5 yang gelap dan dingin. Napas mereka terengah-engah, dan rasa sakit dari luka-luka mereka terasa menusuk.

​Rima, yang terlihat paling terguncang, berjalan sempoyongan ke kamar mandi yang ada di dalam Kamar 5. Ia mencuci wajahnya yang pucat dan kembali keluar. Ia berjalan dan duduk di tepi ranjang usang yang ada di kamar itu.

​"Mereka datang... mereka akan bunuh kita," bisik Dina, menjaga pintu.

​"Kita harus tenang. Kita sudah tahu kebenarannya. Sekarang kita harus melarikan diri," balas Aryan, bersiap dengan balok kayunya.

​Saat Aryan dan Dina sedang berbisik-bisik merencanakan pelarian, Rima yang duduk di ranjang tiba-tiba menutup mata. Beberapa detik kemudian, ia membukanya lagi.

​Seketika, tatapannya kosong, tetapi penuh pengetahuan.

​Rima tidak sempat mengeluarkan suara. Sosok tak kasat mata Anggun kini berada di depan wajahnya, menariknya langsung ke alam sadar yang tidak lagi dikendalikan olehnya.

​Pengungkapan Tragis

​Dunia bagi Rima lenyap. Ia berada di masa lalu, menyaksikan rangkaian peristiwa yang menuntun pada kematian Anggun, seolah-olah dia adalah mata Anggun sendiri.

​Rima melihat Anggun yang riang, baru saja bertunangan dengan Beni, seorang pria yang dicintainya dan menjanjikannya kehidupan yang lebih baik di Jakarta.

​Lalu, Rima melihat Bu Indah yang jauh lebih muda. Indah bukan hanya sahabat Anggun; dia adalah sahabat dekat yang diam-diam, selama ini, menyukai Beni.

​Kecemburuan membakar Indah. Secara diam-diam, Indah mengirim surat-surat romantis kepada Beni, memuji ambisinya, dan diam-diam berhasil menggoda Beni. Beni, yang termakan bujukan dan ambisi, jatuh ke dalam jebakan Indah.

​Rima menyaksikan adegan memalukan: Beni dan Indah berhubungan badan di sebuah kamar hotel. Tragisnya, kamar itu adalah Kamar 5, Lantai Tujuh, milik hotel yang baru saja mereka bangun. Indah sengaja membawa Beni ke sana sebagai penanda klaimnya.

​Malam itu, Anggun, yang curiga, mengikuti Beni. Ia melihat Beni dan Indah berduaan di Kamar 5.

​Kemarahan Anggun meledak. Dia masuk, berteriak, dan menjambak rambut Indah yang terkejut. Anggun memaki-maki Indah, menyebutnya pengkhianat dan pelacur.

​Indah yang tidak terima dimaki, berteriak, dan dalam keadaan kalap, ia mengambil pisau lipat yang kebetulan ada di kamar itu (mungkin dibawa Beni untuk pekerjaan pembangunan).

​Dalam perkelahian yang brutal, Indah menusuk Anggun berkali-kali. Anggun tersungkur, langsung tewas di lantai Kamar 5. Beni yang ketakutan dan bingung, tidak berbuat apa-apa selain menonton.

​Kengerian tidak berhenti di sana.

​Indah, dengan pikiran yang sudah gelap, memutuskan untuk menghilangkan mayat Anggun. Ia dan Beni, yang dipaksa Indah untuk tetap diam, membungkus mayat Anggun.

​Rima melihat Indah menunjuk ke dinding di belakang ranjang tua itu. Dinding itu terlihat lebih tebal dan tidak rata dari dinding di bagian lain.

​Indah dan Beni kemudian membongkar tembok itu. Mereka memasukkan mayat Anggun yang dibungkus karung ke dalam celah di dinding. Setelah itu, mereka mengecornya dengan semen, menutupi setiap jejak.

​Anggun tidak jatuh dari balkon. Dia ditikam, dibunuh, dan disemen di balik tembok Kamar 5.

​Selanjutnya, Rima melihat Indah menggunakan uang dan kekuasaannya untuk menyogok polisi agar kasus hilangnya Anggun ditangani dengan lemah, dan kabar tentang kematiannya segera dibantah sebagai gosip. Hotel itu ditutup sebentar, kemudian dibuka kembali sebagai The Grand Elegance Residency yang mewah.

​Bangkai di Balik Tembok

​Rima tersentak bangun. Kerasukan itu berhenti, meninggalkan rasa mual dan kejelasan yang menyakitkan. Matanya kini fokus pada dinding di belakang ranjang tempat dia duduk. Dinding itu terlihat sedikit lebih tebal, seperti ada sesuatu yang disembunyikan di dalamnya.

​"Yan! Dina! Dinding itu!" seru Rima, suaranya tercekat. "Anggun! Dia disemen di dalam tembok itu!"

​Rima menceritakan penglihatannya dengan cepat. Aryan dan Dina terperanjat. Semua kebohongan Bu Indah tentang jatuh dari balkon runtuh. Bukti fisik ada di depan mata mereka.

​"Itu alasan dia tidak bisa tenang! Jasadnya terperangkap di sini!" teriak Aryan.

​Aryan segera bergerak. Ia mencari di lantai dan menemukan sebuah batu bata yang terlepas dari sudut kamar.

​"Minggir!"

​Aryan mengayunkan batu bata itu dengan seluruh tenaganya ke dinding yang ditunjuk Rima.

​DUAK! DUAK! DUAK!

​Setiap pukulan Aryan menghancurkan semen dan bata yang rapuh. Dinding itu mulai retak dan runtuh.

​Setelah beberapa kali pukulan keras, dinding itu jebol, meninggalkan sebuah lubang. Dari dalam lubang yang gelap dan berbau busuk, terlihat karung goni yang sudah lapuk.

​Aryan menggunakan balok kayu untuk menarik karung itu keluar. Begitu karung itu terbuka, tulang belulang manusia yang sudah menjadi kerangka terlihat jelas.

​Itu adalah Anggun. Bukti pembunuhan 25 tahun yang lalu, tersimpan di balik tembok kamar terlarang.

​Aryan, Dina, dan Rima menatap kerangka itu dengan horor dan kemenangan. Mereka akhirnya mengungkap kebenaran. Bukti fisik yang tidak bisa dibantah oleh Bu Indah telah ditemukan.

​Saat itulah, tatapan Rima kembali kosong. Dia tidak bisa menahan intensitas penemuan dan keadilan yang telah dicapai. Arwah Anggun kembali merasukinya, kini dengan kekuatan yang lebih besar.

​Rima kerasukan kembali. Anggun telah menemukan jasadnya, dan kini dia siap membalas dendam kepada Bu Indah dan Nyonya Lia.

1
Nur Bahagia
harus nya lapor ke polisi.. bukan malah mendatangi nyonya lia dan indah
Nur Bahagia
Bima mencurigakan.. jangan2 dia tau tentang rahasia hotel itu🤔
Nur Bahagia
dan mencari masalah 😏
Nur Bahagia
jangan kepoo.. Nanti celaka kamu
Nur Bahagia
proses recruitment rahasia.. mencurigakan
Nur Bahagia
kenapa nunggu nya harus di trotoar.. ga manusiawi bangat 🤨
Nur Bahagia
padahal malah lebih nikmat lho kalo makan langsung dari bungkus nya 🤭
Nur Bahagia
aplikasi apaan kak Thor? 🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!