NovelToon NovelToon
DIARY OF LUNA

DIARY OF LUNA

Status: tamat
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Cintapertama / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:628
Nilai: 5
Nama Author: Essa Amalia Khairina

"Dunia boleh jahat sama kamu, tapi kamu tidak boleh jahat sama dunia."

Semua orang punya ceritanya masing-masing, pengalaman berharga masing-masing, dan kepahitannya masing-masing. Begitu juga yang Luna rasakan. Hidup sederhana dan merasa aman sudah cukup membuatnya bahagia. Namun, tak semudah yang ia bayangkan. Terlalu rapuh untuk dewasa, terlalu lemah untuk bertahan, terlalu cepat untuk mengerti bahwa hidup tidak selamanya baik-baik saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Essa Amalia Khairina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TERPIKAT

Langkah Arga mendadak terhenti tepat di depan pintu kelas. Suara gaduh dari dalam ruangan perlahan memudar di telinganya ketika matanya menangkap dua sosok keluar dari ruang BK.

Salah satunya ia kenali dengan jelas—gadis berambut hitam sebahu, wajahnya pucat, matanya yang bulat namun sembab seolah baru saja menahan tangis.

Wajah itu langsung muncul di kepalanya, diikuti ingatan akan insiden kecil kemarin pagi, ketika mereka sempat bertabrakan di depan ruang TU. Surat yang digenggam gadis itu terjatuh berserakan, dan ia sempat meminta maaf buru-buru tanpa tahu siapa gadis itu sebenarnya.

"Namanya Aluna, biasa di panggil Luna!" Seru seseorang mengejutkan.

Rio, salah satu teman pertama Arga sejak hari pertamanya masuk kelas itu, melangkah keluar dari ambang pintu. Ia bersandar santai di kusen pintu, namun sorot matanya penuh rasa ingin tahu yang sulit disembunyikan. "Lo udah lihat video kemarin?" Tanyanya.

Arga mengangguk. "Tapi gue kurang percaya kalau dia pelakunya."

Rio mengangguk pelan sambil melipatkan kedua lengannya di bawah dada. "Awalnya gue juga gitu. Luna itu cewek baik-baik. lemah lembut... bahkan terlalu lemah menurut gue."

Arga berpaling seiring langkah gadis itu tertelan kerumunan siswa di depan sana. Matanya memandang lurus Rio sambil memicingkan sebelah alisnya. "Maksud Lo?"

"Tuh cewek selalu jadi bahan bulian. Gue pernah lihat dia ke siram air baso gitu di kantin, yang lain... bukannya nolongin malah ngetawain. Termasuk gue, si. Hehe..."

Arga menelan saliva. Ruas-ruas jemarinya sembunyi mengepal kuat.

"Kasian, si. Tapi..." Rio mengangkat kedua bahunya. "Kalau soal video itu gak tahu lah, ya. Gue denger-denger si... dia itu lagi butuh banget uang buat bayar SPP."

Arga hanya mengangguk tanpa suara. "Orangtuanya kerja apa?"

Rio mendesis pelan, nada suaranya merendah namun tajam. “Lo tahu nggak, Ga? Cewek itu… cuma anak tukang sampah. Tinggal di gang sempit belakang sekolah.” Ia menoleh sebentar, memastikan tak ada guru lewat, lalu melanjutkan dengan nada penuh rahasia. “Ibunya udah meninggal, katanya. Dan sekarang bokapnya juga sakit, nggak bisa kerja lagi.”

"Lo tahu semua tentang cewek itu?"

"Gue tahu karena bapaknya sering ngambil sampah ke komplek rumah gue. Randomnya, nyokap gue ngajak ngobrol bokapnya." Rio terkekeh kecil, suaranya terdengar setengah berbisik namun penuh nada mengejek. “ Gabut banget kan nyokap gue, kepoin idup orang!" Gelengnya sambil menepuk-nepuk pundak Arga sampai lelaki itu ikut bergoyang.

Hingga beberapa detik, Rio masih tertawa pelan, menggeleng-gelengkan kepala seolah cerita itu lucu, padahal bagi Arga, rasanya justru aneh.

Arga menatapnya tanpa ekspresi. Ada sesuatu dalam tawa Rio yang membuat dadanya terasa sesak—bukan karena marah, tapi karena rasa tak nyaman yang tiba-tiba menyeruak. "Lo ngetawain apa, bro?!"

Rio menghentikan tawanya, menatap Arga dengan raut bingung.

“Lo sadar nggak, kalau yang lo ketawain itu nasib hidup orang?” Kata Arga lirih, nyaris tanpa emosi, tapi tajam. Di saat yang sama, ia melangkah masuk ke dalam kelas.

Rio menelan saliva, matanya mengikuti punggung Arga. "Ah elah... baperan amat si, lo! apa jangan-jangan lo suka sama tuh cewek?"

Langkah Arga sempat terhenti sesaat. Bahunya menegang, tapi ia tidak berbalik. Hanya helaan napasnya yang terdengar pelan, menandakan ia jelas mendengar.

Rio tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. “Wah, pantes aja belain mati-matian. Baru sehari masuk, udah kepincut sama anak yang lagi viral.”

Kali ini Arga menoleh setengah, menatap Rio dengan pandangan datar tapi dalam. “Lo tahu nggak, Ri… kadang orang yang paling sering dijudge, justru orang yang paling nggak lo kenal.”

Setelah itu, ia melangkah masuk ke kelas tanpa menunggu respons.

Rio yang semula terdiam di ambang pintu akhirnya menghela napas pelan. Tubuhnya menegap, lalu ia melangkah masuk kE dalam kelas dengan langkah santai, seolah tak terjadi apa-apa. Tanpa permisi, ia merangkul pundak Arga dari belakang. "Iya.. iya, sorry.. sorry. Gue cuma bercanda." Ucapnya dengan nada penuh penyesalan. "Ayolah, Bro. Baru aja gue jadi temen lo, masa udah musuhan. Kan gak lucu."

Arga menoleh menatap Rio di sampingnya. "Jadi lo sekarang bisa bedain kan, mana hal yang perlu lo ketawain?"

Rio mengangguk. "Iya... Iya. sorry, gue salah."

Arga mengangguk pelan tanpa menoleh, lalu berjalan menuju mejanya. Setiap langkahnya terasa berat, seolah kata-kata Rio masih bergema di kepalanya. Ia tidak terima dengan cara Rio menyepelekan seseorang hanya karena latar belakangnya. Ada sesuatu di dalam diri Arga yang menolak keras cara pandang semacam itu.

Namun, di sisi lain, ia juga tak bisa menyangkal satu hal—nama itu. Luna. Entah sejak kapan, bayangan gadis itu mulai menempati sudut pikirannya. Gadis dengan rambut hitam pekat yang sedikit berantakan, mata yang tampak menyimpan beban, tapi tetap berusaha menatap dunia dengan tenang.

Arga menghela napas pelan, berusaha mengusir lamunan itu, tapi sia-sia. Bayangan Luna justru sangat jelas. Semakin jelas!

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!