Seorang dokter jenius dari satuan angkatan darat meninggal karena tanpa sengaja menginjak ranjau yang di pasang untuk musuh.
Tapi bukanya ke akhirat ia justru ke dunia lain dan menemukan takdirnya yang luar biasa.
ingin tau kelanjutannya ayo ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 upacara minum teh agung
Langit di atas istana tampak cerah, pertanda hari besar yang disambut penuh harap. Paviliun Jingxin dipenuhi harum bunga osmanthus dan nada-nada lembut dari alat musik kuno. Gadis-gadis bangsawan duduk rapi dengan hanfu terbaik mereka, sementara para selir senior dan ibu-ibu pejabat duduk mengawasi dengan tajam, menilai satu per satu senyum dan sikap.
Hari ini, Permaisuri Agung mengadakan Jiu Cha Li upacara minum teh agung, untuk memperkenalkan para gadis bangsawan kepada para pangeran dari berbagai faksi dan keluarga istana. Gadis yang beruntung bisa saja menjadi calon menantu Permaisuri.
Di aula utama Istana Permaisuri, para gadis duduk anggun dalam formasi setengah lingkaran. Di sisi lain, para pangeran, termasuk Pangeran Kedua dan Keempat, duduk di belakang tirai sutra tipis, mengamati tanpa dikenali. Permaisuri sendiri duduk di singgasana atas, tersenyum lembut tapi tajam menilai satu per satu.
Li Xiaoran duduk di barisan tengah, mengenakan gaun hijau zamrud sederhana namun memikat, wajahnya tenang. Di sampingnya, duduk Li Xiumei sang jie jie, Sikap Xiumei rendah hati dan lembut, tapi jelas tidak disukai oleh para gadis keluarga besar yang merasa lebih layak, beda dengan Li Xiaoran yang terlihat dingin dan tegas.
Di antara para hadirin, Li Yuan’er tersenyum licik. Ia membawa sekantong bubuk herbal yang bisa menyebabkan kegelisahan dan gangguan suara. Ia sudah menyuap salah satu pelayan istana untuk mencampurkannya ke teh Xiumei.
Li Xiaoran menyadari apa yang terjadi, "Jie jie jangan minum teh itu"
"Tapi... Tapi aku sudah meminumnya" ujar Li Xiumei yang mulai terlihat pucat dan gelisah
Mendengar itu Li Xiaoran sangat kesal dan ingin melempar jie jie nya ini,
"Ya ampun bodoh sekali jie jie ku ini, seperti tidak pernah minum saja" ujar Li Xiaoran dalam hati
Pangeran Kedua, yang duduk di balik tirai, tiba-tiba menoleh ke arah suara hati itu. Alisnya terangkat. Ia memang salah satu dari sedikit orang dengan niat tulus yang bisa mendengar suara hati Xiaoran meski ia sendiri belum tahu siapa pemilik suara itu.
Sementara itu, di antara para tamu perempuan, Selir Wu seorang mantan dayang yang kini naik pangkat karena kebaikan hatinya dan sering membantu Permaisuri juga mendengar suara hati Xiaoran. Ia memicingkan mata melihat Xiumei menggenggam perutnya.
Li Xiaoran mencondongkan tubuh ke arah Xiumei dan berbisik, “jie jie bertahanlah, aku punya penawarnya tapi aku butuh penyakitmu untuk membongkar kebusukan mereka, aku akan menahan racun itu setelah itu aku akan menyembuhkan jie jie. Apa jie jie bersedia?" tanya Li Xiaoran pelan
Xiumei mencoba tersenyum, tetapi matanya mulai berkaca-kaca. “jie jie mengerti, lakukanlah apa yang harus kau lakukan. Aku akan bertahan dan percaya padamu...” jawabannya pelan
" terima kasih jie jie, bertahan lah" ujar Li Xiaoran lalu memasukkan energi cahaya nya untuk menekan racun tanpa di ketahui tabib nantinya
"wanita licik itu harus ku basmi, dia sudah menyakiti jie jie ku, lihat saja akan ku balas seratus kali lipat. Aku harus menghentikannya sebelum terlambat...” gumam hati Li Xiaoran
Tak ingin membuat keributan, Xiaoran berdiri dengan tenang dan berjalan menuju pelayan terdekat, lalu berkata dengan suara lembut tapi tajam, “Boleh aku lihat kantong teh yang digunakan tadi?”
Pelayan itu gugup, matanya melirik ke arah Li Yuan’er. Tapi sebelum pelayan bisa berbohong, Selir Wu ikut berdiri, suaranya tegas, “Bawa teh itu ke tabib istana. Aku akan mengawasinya.”
Seketika suasana menegang.
Permaisuri membuka suara, “Ada apa ini?”
Li Xiaoran membungkuk sopan. “Maafkan hamba, Yang Mulia. Hamba hanya merasa ada yang tidak beres dengan teh yang diminum oleh jie jie Xiumei.”
Li Yuan’er tertawa kecil, “Jangan-jangan jie jie hanya gugup dan berakting. Semua orang di sini minum teh yang sama, bukan?”
Namun beberapa gadis mulai saling berbisik. Ada yang mengangguk, ada yang mulai menatap Xiumei dengan iba.
Saat itu, tabib istana datang membawa hasil pengujian singkat. “Yang Mulia Permaisuri,” katanya, membungkuk dalam. “Teh milik Nona Xiumei mengandung herba shuiyao, yang jika diminum dapat menyebabkan kecemasan dan gangguan fisik ringan.”
“Siapa yang membuatkan teh itu?” tanya Permaisuri, suaranya dingin.
Pelayan itu berlutut gemetar. “Hamba hanya menuruti instruksi... dari Nona Yuan’er…”
Tercengang dan murka, Permaisuri menatap Li Yuan’er tajam. “Berani-beraninya kau membawa intrik ke dalam upacara yang kuadakan untuk masa depan negeri ini!”
Li Yuan’er berlutut, “Hamba… hamba dijebak! Itu bukan ide hamba!”
Namun wajah Permaisuri sudah membatu. Ia memberi isyarat kepada dua penjaga. “Bawa dia. Biarkan ayahnya datang dan menjelaskan kenapa putrinya mencoba mencemari upacara negara.”
Sementara itu, Xiumei dituntun keluar oleh pelayan untuk beristirahat. Sebelum pergi, ia diberi pil oleh Li Xiaoran dan tubuhnya sudah baik baik saja, Li Xiumei dan Li Xiaoran saling pandang dan tersenyum puas. Setelah itu Li Xiumei di bawa kekamar untuk istirahat
Li Xiaoran tersenyum samar. Dalam hati ia berkata:
“Syukurlah aku bisa menyelamatkanmu jie jie. jika terjadi sesuatu padamu aku akan membunuh Li Yun’er, tapi tenang saja malam ini aku akan buat ia tidak berani melihat dunia "
Pangeran Kedua yang berada di balik tirai menatap Xiaoran lekat-lekat. “Siapa kau sebenarnya? Kenapa aku bisa mendengar isi hatimu?”
Suasana masih tegang. Para tamu belum juga berani bersuara, seolah takut menyentuh sisa-sisa ketegangan di udara. Beberapa pangeran di balik tirai terlihat mulai berdiskusi pelan dengan para kasim. Namun hanya Pangeran Kedua, yang kini tak bisa melepaskan pandangannya dari gadis berbaju hijau zamrud itu.
"Jadi benar benar dia… pemilik suara hati yang selama ini kudengar samar sejak upacara dimulai. Tapi kenapa hanya aku yang bisa mendengarnya? Apa dia menyadari suaranya bisa terdengar?" ujar pangeran kedua dalam hati.
Pangeran Kedua memicingkan mata, mencoba memahami teka-teki di depannya. Ia selalu terkenal tenang dan cerdas di antara para pangeran. Diam-diam, ia mengamati gerak-gerik Xiaoran. Bagi mata orang biasa, gadis itu hanyalah salah satu putri bangsawan biasa. Tapi bagi dirinya dan beberapa yang bisa “mendengar” ia tampak seperti bintang yang mulai bersinar diam-diam.
Pangeran kedua sangat penasaran dengan Li Xiaoran, ia merasa seakan ingin selalu dekat dengan Li Xiaoran. Bahkan pandangan nya pun tidak mau lepas dari sosok Li Xiaoran yang terlihat tenang.
Li Xiaoran yang dari tadi merasa di pandangi pun menoleh kearah dimana pangeran kedua berada, tanpa sadar pandangan mereka bertemu, dan seketika jantung pangeran kedua berdetak kencang.
Bersambung
semangat Xiaoran dan yang lain...
semangat kak author dan sehat selalu