Vexana adalah seorang Queen Mafia, agar terbebas dari para musuh dan jeratan hukum Vexana selalu melakukan operasi wajah. Sampai akhirnya dia tiba di titik akhir, kali ini adalah kesempatan terakhirnya melakukan operasi wajah, jika Vexana melakukannya lagi maka struktur wajahnya akan rusak.
Keluar dari rumah sakit Vexana dikejutkan oleh beberapa orang.
"Ibu Anne mari pulang, Pak Arga sudah menunggu Anda."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Ada Yang Kurang
Selesai sarapan Vexana kembali ke dalam kamar. Kamar itu terletak di sisi sayap rumah yang jauh dari kamar utama Arga.
Membuatnya jadi bisa memiliki privasi, satu-satunya tempat yang membuat Vexana merasa seperti manusia normal di rumah ini. Dia tak perlu bersandiwara jadi orang lain.
Vexana kemudian merebahkan diri di atas ranjang, lalu memeluk salah satu bantal empuk sambil menatap langit-langit yang dihiasi lampu gantung kristal.
"Sepertinya Aku mulai terbiasa hidup sebagai Anne," gumamnya, sedikit tak percaya, terbayang pula ciumannya dengan Arga di meja makan.
Sentuhan itu terlalu nyata untuk dia anggap sebagai main-main. Bahkan lidah Arga terasa begitu perkasa.
'Astaga,' batin Vexana, merutuk dirinya sendiri yang mesum.
Vexana mulai bisa memahami rutinitas di rumah ini, tahu bagaimana memperdaya para pelayan, dan bahkan tahu bagaimana menghadapi pria seperti Arga. Tapi tetap saja ada satu hal yang mengganggu pikirannya.
Di mana Anne yang asli?
Dia tak melihat satu pun petunjuk sejak pertama kali masuk ke rumah ini. Tak ada suara-suara misterius, tak ada desas-desus, tak ada foto, bahkan tak ada bau parfum khas seorang wanita yang biasanya menempel di benda-benda pribadi. Seolah Anne menghilang tanpa jejak.
Vexana mendesah panjang, lalu meraih ponselnya dan segera menghubungi orang yang paling ia percaya, Monica.
Panggilan tersambung dalam beberapa detik.
“Anne, ada apa lagi? Jangan bilang kamu menyakiti seseorang.” suara Monica langsung terdengar penuh curiga. Kini mulai memanggil Vexana dengan sebutan Anne, agar terbiasa dengan kenyataan. Agar masa lalu benar-benar bisa terkubur.
“Belum, tapi godaan itu besar sekali,” balas Vexana sambil memutar tubuhnya di ranjang, sekarang berbaring menyamping.
“Bicara yang jelas, apa maksudmu bicara seperti itu?”
“Aku butuh kamu selidiki satu hal,” suara Vexana merendah, kini terdengar lebih serius. “Ini tentang Anne yang asli. Aku tidak menemukan satupun petunjuk di rumah ini."
Monica terdiam di seberang. “Kamu takut dia masih hidup dan tiba-tiba datang?”
“Bukan hanya itu, aku takut semuanya jadi rumit. Kamu tahu kan, sekarang yang aku cari adalah ketenangan."
Monica menghela napas. “Baiklah. Kirimkan nama lengkap Anne, tanggal lahir, dan semua yang kamu tahu. Aku akan cari lewat jalur belakang.”
“Tapi aku tidak punya semua itu.”
"Carilah."
"Bagaimana caranya?"
"Minta suamimu."
“Hem," balas Vexana dan panggilan berakhir.
Vexana kemudian memeluk ponselnya sebentar, lalu kembali menatap langit-langit. Perannya sebagai Anne mungkin sudah melekat, tapi satu langkah salah semuanya bisa runtuh.
Dan ia tidak akan membiarkan itu terjadi.
Beberapa saat berada di dalam kamar akhirnya Vexana kembali keluar, mencari dimana-mana keberadaan sang suami. Sampai akhirnya seorang pelayan mengatakan bahwa Arga berada di ruang kerja.
Vexana mengetuk pintu, “Mas, ini aku Anne. Apa aku boleh masuk?” tanyanya lembut, dengan suara yang sengaja dibuat semanis mungkin.
Beberapa detik kemudian, terdengar suara berat dari dalam.
“Masuklah.”
Vexana membuka pintu, mendapati Arga sedang duduk di balik meja besar dengan tumpukan dokumen di hadapannya. Lengan kemejanya tergulung dan itu terlihat sangat seksi, 'Bodohnya Donna, bagaimana bisa dia membagi suaminya hanya demi anak? Bukankah masih ada jalan adopsi?' batin Vexana.
“Maaf mengganggu, tapi aku butuh bantuan,” ucap Vexana sambil berjalan mendekat dan berdiri di seberang meja.
Arga menatapnya sebentar, lalu menyandarkan tubuh ke sandaran kursi. “Bantuan apa? Kamu ingin berbelanja lagi?"
Vexana tersenyum manis, duduk tanpa izin di kursi tamu yang ada di depan meja. “Tidak, sekarang aku minta data.”
“Data?”
“Iya, Mas tahu… seperti nama lengkapku, tanggal lahir. Mungkin nomor sepatu, golongan darah, siapa tahu juga tinggi badan asliku yang sebenarnya. Pokoknya semua hal tentangku.”
Arga mengangkat alis. “Untuk apa?”
“Agar aku bisa lebih mengenal diriku sendiri,” jawab Vexana dramatis, bahkan memasang wajah sendu. “Mas tahu, gegar otak membuatku merasa seperti bayi yang baru lahir. Banyak hal yang tidak aku ketahui dan itu membuatku bingung."
Arga mengerjap, mencoba memproses rentetan kalimat yang keluar dari mulut wanita di depannya.
“Kamu serius?”
Vexana mengangguk. “Serius."
Arga kemudian mengambil dokumen di salah satu laci, lalu memberikannya pada Anne. Dokumen ini adalah informasi lengkap tentang Anne, Arga dapatkan sebelum dia menikahi wanita tersebut. “Ambilah," ucap Arga tanpa menaruh curiga sedikitpun.
Diam-diam Vexana tersenyum kecil dan menerima berkas tersebut. Tadi sempat berpikir untuk mencuri, tapi ternyata meminta secara langsung seperti ini lebih efektif. Bahkan tak perlu menarik curiga orang-orang.
'Jadi istri yang lugu ternyata banyak juga keuntungannya,' batin Vexana.
“Itu saja?” tanya Arga setelahnya, nada suaranya datar tapi matanya tak bisa menyembunyikan rasa ingin tahu yang aneh.
“Sudah cukup, terima kasih, Mas.”
Vexana berdiri, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan anggun, lalu berjalan menuju pintu dan keluar. Meninggalkan aroma vanila dari tubuhnya di ruangan Arga.
Dan entah kenapa ada sesuatu yang terasa janggal bagi Arga.
Seperti ada bagian dari interaksi tadi yang belum lengkap, seperti ada yang kurang.
‘Kenapa Anne tidak menggoda lagi?’
gass.....
semoga saja arga lebih tertarik dengan anna daripada anne.ya🙏🙏👍👍 spy anne bisa di tolong lagi dengan monica untk menjauhkan dari donna ya...🙏🙏😱😱😔😔