Kekurangan kasih sayang dari papanya, membuat Jessica Maverick selalu mencari perhatian dengan melakukan tindakan di luar batas, hingga dia juluki sebagai manizer atau pemain pria.
Sampai-sampai pengawal yang ditugaskan untuk menjaga Jessica kerap kali mengundurkan diri. Mereka tidak sanggup memantau pergerakkan Jessica yang liar dan binal itu.
Tindakan yang dilakukan Jessica bukan tanpa sebab, dia hanya ingin mendapatkan perhatian dari sang papa. Namun, bukannya mendapatkan perhatian, malah berujung mendapatkan pengawalan lebih ketat dari sebelumnya.
Felix namanya, siapa sangka kehadiran pria berkacamata itu membuat hidup Jessica jadi tidak bebas. Jessica pun berencana membuat Felix tidak betah.
Apakah Felix sanggup menjalankan tugasnya sebagai bodyguard Jessica? Lalu apa yang akan terjadi bila tumbuh benih-benih cinta tanpa mereka sadari?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panik
"Tunggu sebentar Pa! Aku pakai baju dulu!" seru Jessica segera melirik ke arah pintu, saat mendengar Aiden berada di luar saat ini.
Gurat kepanikan tergambar jelas di wajah Jessica dan Felix. Bagaimana tidak Felix hanya menutup pintu kamar tadi dan tidak dikunci.
Sekarang, keduanya tampak kelabakan. Tanpa aba-aba beringsut cepat dari kasur bersama-sama.
"Oke, Papa tunggu," sahut Aiden dari luar dengan kening berkerut kuat.
"Cepat sembunyi sekarang di walk in closet-ku," kata Jessica sambil melototkan mata dan tak lupa mengambil pakaiannya yang bercecer di ruangan.
Felix membalas hanya dengan mengangguk samar lalu bergerak cepat ke walk in closet Jessica.
Sementara Jessica buru-buru memakai pakaiannya kembali dan sesekali melirik lagi ke ambang pintu. Jessica melototkan mata kala jas Felix ternyata masih tergeletak di lantai.
"Jessica!" panggil Aiden lagi. "Papa masuk sekarang ya!"
"Tunggu sebentar Pa!" Jantung Jessica berdetak dua kali lipat. Dia amat sangat panik. Lalu secepat kilat menyambar jas Felix dan menyembunyikan jas hitam tersebut di bawah selimut.
"Lama sekali, apa yang kau lakukan?" Tanpa persetujuan Jessica, Aiden tiba-tiba mendorong pintu kamar. Melihat Jessica berdiri di dekat ranjang sambil melemar senyum kaku padanya sekarang.
'Hampir saja.' Monolog Jessica sejenak.
"Hanya mau merapikan tempat tidur Pa, kenapa Papa datang ke sini?" Jessica perlahan mendekati Aiden sambil sesekali matanya berkeliling. Menelisik apakah ada jejak Felix yang tertinggal di ruangan.
Aiden tak segera membalas. Malah mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Di mulai dari tempat tidur Jessica yang sedikit berantakan, buku yang dibaca Jessica di kolam renang tadi, yang tergeletak tak beraturan di bawah lantai dan terakhir ekspresi aneh Jessica.
"Ada apa Pa? Tumben Papa menemuiku?" tanya Jessica sambil menelan ludah berulang kali. Menahan takut bila Aiden curiga padanya. Kendati demikian, raut wajah kebingungan terlukis jelas juga di wajah Jessica. Sebab untuk pertama kalinya Aiden mau menemuinya tanpa dia membuat masalah terlebih dahulu.
Jessica jadi berpikir jika hadiah ucapan Felix semalam tentang Aiden yang menyayanginya ternyata benar. Dan bukan hanya hiburan semata untuknya.
"Hanya ingin saja, kau sedang apa tadi?" tanya Aiden. Mata elang Aiden masih bergerak di ruangan sekarang.
Hal itu membuat Jessica jadi was-was. "Aku baru bangun tidur."
Jessica berusaha membuat alibi agar papanya tidak curiga.
Aiden menaikkan alis mata sedikit. "Tidur di sore hari, tanpa memakai baju?"
"Tentu, memangnya kenapa Pa? Apa Papa baru tahu, aku punya kebiasaan aneh kalau sedang tidur siang," jawab Jessica sambil mengangkat dagu dengan angkuh. Jessica sedang memainkan sandiwaranya.
Aiden terdiam, tak segera membalas. Sambil menatap Jessica, matanya masih mengedar di sekitar.
"Tidak apa-apa, Papa cuma mau bilang bersihkan dirimu, kita akan makan malam bersama-sama di bawah," jawab Aiden beberapa detik kemudian.
Setelah berkata demikian, Aiden cepat-cepat memutar badan dan melangkah cepat ke ambang pintu. Sementara Jessica tertegun kala mendengar perkataan Aiden barusan. Ini kali pertama, Aiden mengajaknya makan malam bersama.
Lelaki berjambang itu selalu pulang pada pukul satu dini hari. Lalu berangkat berkerja sebelum pukul enam pagi. Padatnya rutinitas Aiden membuatnya jarang terlihat di rumah. Dia sibuk dengan perkerjaannya di kantor dan memang sering kali menghadiri undangan-undangan dari beberapa pejabat dari negara lain.
"Makan malam? Papa mau makan malam di sini?" Sambil menatap punggung lebar Aiden sedang bergerak ke depan, Jessica melangkah cepat menuju pintu.
"Iya." Aiden seketika mencondongkan badan lalu menyentuh pelan kepala Jessica.
Jessica langsung membeku. 'Apa aku sedang bermimpi sekarang uh?'
Tindakan ini tak pernah Jessica dapatkan selama ini. Namun, pada akhirnya dia dapat merasakannya sekarang, hingga membuat Jessica tak mampu berkata-kata lagi.
"Mandilah, Papa tunggu 30 menit lagi," sambung Aiden lagi sambil melempar senyum tipis.
"Iy–a Pa," sahut Jessica sedikit terbata-bata. Merasa aneh dan canggung dengan perubahan sikap papanya.
Aiden bergegas keluar dari kamar. Masih di koridor kamar, dia tiba-tiba melirik ke pintu kamar Felix seketika.
"Di mana Felix?" tanya Aiden pada Jessica.
Mendapat pertanyaan mendadak, Jessica tentu saja sedikit gelagapan.
"Um, aku tidak tahu Pa, mungkin dia juga tidur, tapi ya tidak tahu, soalnya tadi aku bilang padanya jangan mengangguku," jawab Jessica, tersenyum hambar.
Ekspresi Aiden terlihat sedikit kesal. "Tidur? Berani sekali dia, ini bukan waktunya berleha-leha."
Jessica mengangkat sedikit bahu. "Entahlah Pa, aku hanya menebak saja kok, coba diketuk pintunya."
Belum sempat Aiden melakukan saran dari Jessica. Datang dari arah depan Derick tiba-tiba menghampiri Aiden.
"Ada apa Tuan Aiden?" Derick menunduk hormat sejenak dan langsung bertanya.
"Apa kau melihat Felix?"
Derick tak segera menanggapi, justru melirik Jessica sekilas. "Terakhir saya melihat Tuan Felix bersama Nona Jessica di kolam renang, Tuan."
Aiden tak membalas, berjalan beberapa langkah menuju pintu kamar Felix dan mulai mengetuk pintu.
"Felix, ini aku, apa kau ada di dalam?" sahut Aiden.
Tak ada tanggapan membuat Aiden jadi keheranan. Dia alihkan pandangan ke arah Jessica seketika.
"Mungkin saja Felix di kamar mandi Pa, setahuku pada jam segini dia mandi," sahut Jessica, masih melempar senyum kaku.
'Ish, benar-benar deh Felix, kalau sampai ketahuan apa yang akan Papa lakukan padanya ya tadi?' Pikir Jessica sejenak sekarang di dalam hati.
Aiden enggan menanggapi. Malah memutus kontak mata kemudian mengalihkan pandangan ke depan.
"Baiklah, Derick nanti suruh Felix turun juga ke bawah, kita makan malam bersama-sama. Kau juga Derick."
"Baik Tuan."
Setelah itu, Aiden pun pergi dari situ. Meninggalkan Jessica dan Derick saling beradu tatap.
"Kenapa kau belum pergi Derick?" tanya Jessica dengan nada kesal, sebab Derick memandangnya sambil melempar senyum penuh arti sekarang.
"Aha, itu karena saya datang kemari ada tujuan juga, tunggu sebentar." Derick bergegas mendekati Jessica.
Jessica mengerutkan dahi. Melihat Derick sedang mengambil sesuatu di balik jas.
"Seperti janji saya, ini hadiah ulang tahun untuk Nona." Derick menyodorkan sebuah gelang, yang untaiannya berasal dari bunga-bunga kecil.
Mata Jessica langsung berbinar-binar. Selama belasan tahun, hanya pria tua di depannya ini yang selalu ingat pada ulang tahunnya dan kerap kali memberinya hadiah. Walaupun hadiah yang diberikan tidaklah mahal, tapi sangat bernilai di mata Jessica. Berkat lelaki tua ini pula Jessica tidak terlalu merasa kesepian dan sedikit terhibur.
"Wah bagus sekali, terima kasih Derick." Dengan cepat Jessica menyambar gelang itu dari tangan Derick.
"Sama-sama kalau begitu saya permisi dulu, mau menyiapkan makan malam."
"Iya." Jessica tak menatap Derick, sibuk melihat gelang pemberian di tangannya.
Derick mulai memutar badan dan berjalan pelan ke depan.
"Oh ya saya hampir saja lupa Nona!" Tiba-tiba Derick menoleh ke belakang.
Masih berdiri di depan pintu kamar, Jessica lagi menoleh ke arah Derick dengan kening berkerut sedikit. "Lupa apa?" tanyanya penasaran.
"Tadi saya melihat semuanya dan mendengar pula Nona berteriak di depan kamar Tuan Felix, rahasia Nona aman bersama saya," kata Derick sambil mengedipkan sebelah mata centilnya, lalu cepat-cepat melenggang pergi.
"Apa?" Jessica tampak syok sekaligus menahan malu. "Ish, ini semua gara-gara Felix, awas saja dia nanti."
Dengan muka masam Jessica bergegas masuk ke dalam. Baru saja menutup pintu kamar. Jessica dibuat terkejut dengan kemunculan Felix dari walk in closet.
"Saya minta maaf atas kejadian tadi Nona dan itu hanya nafsu saya saja, saya keluar dulu," ucap Felix tanpa menatap sang lawan bicara, sambil melewati Jessica begitu saja. Lelaki itu bergegas keluar dari kamar.
"Hei kau! Aku belum selesai bicara!" Tentu saja Jessica merasa kesal dengan ucapan Felix barusan.
Felix tak berniat sekali pun menoleh ke belakang. Malah membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam dengan cepat.
"Ck, benar-benar menyebalkan! Awas saja dia!" gerutu Jessica sambil melengoskan muka. Lalu masuk kembali ke dalam kamar, hendak membersihkan diri.
Tiga puluh menit kemudian. Jessica turun bersama Felix ke lantai dasar menggunakan tangga rumah. Dia memakai dress panjang berwarna putih dengan belahan dadanya sedikit menyembul. Gaun mewah yang dikenakan Jessica sekarang adalah hadiah ulang tahun Aiden tahun lalu.
Berjalan di belakang, Felix sesekali menatap punggung Jessica. Percintaan yang gagal tadi, membuatnya jadi kurang fokus sekarang.
Sesampainya di bawah, semua mata langsung tertuju pada Jessica. Dengan berbagai ekspresi Aiden, Stella dan Mia melihat Jessica mulai mendekati meja makan sekarang.
"Jessica ini bukan club malam, apa kau tidak bisa memakai pakaian yang tertutup di depan Papamu malam ini, tidak sopan sekali kau ini," sahut Stella seketika dengan nada penuh penekanan.
...🌺🌺🌺...
siapa pulak itu yang datang