NovelToon NovelToon
Istri Kecil Dokter Dingin

Istri Kecil Dokter Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Alin Aprilian04

Amira, wanita cantik berumur 19 tahun itu di jodohkan dengan Rayhan yang berprofesi sebagai Dokter. Keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan. Namun Amira dan Rayhan tidak menginginkan perjodohan ini.

Rayhan pria berumur 30 tahun itu masih belum bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena kecelakaan, juga Amira yang sudah memiliki seorang kekasih. Keduanya memiliki seseorang di dalam hati mereka sehingga berat untuk melakukan pernikahan atas dasar perjodohan ini.

Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin Aprilian04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Amira di labrak

Amira dan Rayhan seketika melepaskan sentuhan keduanya dan langsung salah tingkah. Di lihatnya kini Ummi Salma yang menghampiri keduanya ke ruangan rawat.

"Maaf, Ummi ganggu yaa?" Ummi Salma mengulum senyum. Wanita lemah lembut itu tampak menatap keduanya dengan tatapan penuh bahagia.

"Ng-nggak kok, Mi." Rayhan menggaruk  kepalanya yang tidak gatal.

Amira pun tampak menyengir malu.

"Ummi cuman mau ngasih tahu Abi udah sadar dan nanyain kalian berdua. Tapi kalau kalian lagi romantis-romantisan gapapa, Abi dan Ummi ngerti kok!" Ummi Salma menaikan halisnya menatap Amira menggoda.

"Iiihhh, Ummiii!" Amira menutup wajah dengan kedua tangannya malu.

***

Setelah dua Minggu tak bertemu, akhirnya Amira kembali menatap wajah teduh sang Ayah yang kini tengah terbaring lemah. Mata Amira berkaca-kaca, merasa haru karena telah di beri kesempatan untuk masih bisa menemani sang Ayah.

Ia mengayunkan langkahnya menghampiri sang Ayah yang kini tengah menatapnya dengan senyuman. Amira pun langsung menghambur ke pelukan pria berumur 60 tahun itu. Menaruh kepalanya di dada bidang sang Ayah yang selama ini selalu memberinya dekapan hangat dan juga ketenangan.

"Abiii.... " Amira menitikan air mata.

"Cintaku, Abi rindu," Abi Rafiq mencium puncak kepala putrinya.

Tubuhnya masih lemas. Namun tangannya masih mampu untuk memeluk raya kecil itu.

"Abi jahat, Abi gak ngasih tahu Amira kalau Abi sakit. Tau-tau udah di rumah sakit aja dalam keadaan kritis. Amira ngerasa kaya kiamat tadi, Bi."

Abi Rafiq terkekeh, "Maafin Abi, Nak. Abi cuman gak mau buat kamu sedih. Alhamdulillah Abi masih di beri kesehatan oleh Allah."

"Alhamdulillah yaa, Bi. Semoga Abi panjang umur, lain kali kalau sakit kasih tahu Rayhan saja, Bi. Biar Rayhan setidaknya bisa memeriksa dan merawat Abi," sahut Rayhan yang kini tengah berdiri di sebelahnya.

"Iya Amiin mantu shalehku. Makasih yaa udah sabar menghadapi anak Abi yang super manja ini," Abi Rafiq tertawa kecil.

"Iihhh, Abiii!" Amira mengerucutkan bibirnya.

Rayhan mengulum senyum, Ummi Salma kini menempelkan tangannya di bahu gagah sang menantu. "Pilihan kita gak pernah salah dong, Bi." Sahutnya.

"Ada kabar bahagia lho, Bi. Baru aja putri kesayangannya Abi dan Ummi itu minta maaf sama suaminya dan katanya mau berubah biar Allah sayang," tutur Rayhan menanggapi guyonan mertuanya.

"Iiihh jangan bilang-bilang!" Amira memukul pelan lengan Rayhan.

"Sshh, Galak amat." Rayhan mengusap lengannya.

"Ciee.... Yang dulu gak mau di jodohin tuh sekarang udah mulai mencintai suaminya, Bi!" Sahut Rasyid.

"Ish, apasih, Kak!" Amira mengerucutkan bibirnya. Pipinya kini memerah menahan malu.

"Ngakuu ajaa.... " Goda Rasyid menaik turunkan halisnya.

"Mi, Bi, tuh sekarang giliran Kak Rasyid yang di jodohin. Biar dia ada temen hidupnya, jadi gak isengin terus adeknya," kesal Amira.

"Yeee, Mas mah tinggal cari sendiri gak usah di jodohin," timpal Rasyid.

"Iihhh, curang. Gak bisa, Kakak juga harus di jodohin. Ya kan, Mi, BI?"

Abi Rafiq dan Ummi Salma malah tertawa kecil. Sudah lama keduanya tidak menyaksikan kedua anaknya itu betengkar saling mengejek. Sesuatu yang di rindukan ketika Amira keluar dari rumah.

"Kakak mu itu laki-laki, Nak. Dia bisa milih sendiri. Nanti tinggal Abi yang seleksi." ujar Abi Rafiq.

"Tuuhh dengerin.... " timpal Rasyid.

"Ish.... Nyebelin banget," gerutu Amira.

***

Abi Rafiq menatap tenang Amira dan Rayhan yang saat ini terlihat begitu akur. Makin lama terlihat semakin banyak perubahan dari putri kecilnya itu. Amira sudah mulai berubah, dari sikapnya juga dari tutur katanya. Ia bersyukur dan tak salah memilih Rayhan sebagai pendamping putri kecilnya.

"Amira, Rayhan!" Panggilnya.

Amira pun menoleh menatap sang Ayah. Ia yang baru saja menyelesaikan makan siangnya pun menghampiri Abi Rafiq lalu duduk di sampingnya. Begitupun Rayhan yang langsung melangkahkan kakinya mendekati sang mertua.

"Iya, Bi?" ujar Rayhan.

Abi Rafiq kini menyatukan tangan kedua pasangan itu lalu di taruhnya di atas perutnya.

"Abi titip pesan untuk kalian. Apapun yang terjadi di dalam rumah tangga kalian jangan ada perpisahan. Walau Abi dan Ummi sudah tiada, Abi titip kalian harus terus bersama, rukun, dan saling mencintai," ucapnya lemah.

"Abiii jangan ngomong yang sedih-sedihan ah, Amira mau nangis." Amira menggenggam tangan sang Ayah.

"Abi cuman titip pesan, umur kan gak ada yang... "

"Shuuuttt... Gak boleh ngomong gitu. Abi pasti panjang umur!" Amira menutup mulut Ayahnya dengan jari-jari tangannya. Lagi-lagi Abi Rafiq hanya tertawa kecil dengan kelakuan putrinya.

"Iyaa deh, iyaa." ujar Abi Rafiq, "Tapi Abi ada satu permintaan nih. Kayanya kalau permintaan ini di turutin insyaallah Abi akan sehat bugar deh."

"Apa, Bi? Bilang aja, insyaallah Rayhan dan Amira akan mengusahakan apapun untuk Abi!" ujar Rayhan antusias.

"Beneran?"

"Iya, Bi. Pokoknya apapun yang Abi mau pasti kita turutin. Abi mau apa? Tinggal bilang aja!"

"Apapun itu?" Abi Rafiq bertanya. Di balas anggukan Amira dan Rayhan.

"Abi mau cucu."

Uhuk uhuk

Amira seketika tersedak. Entah kenapa tiba-tiba ia menjadi salah tingkah saat mendengar permintaan sang Ayah. Mana ia sudah berjanji akan mengabulkan apapun yang Ayahnya minta. Amira  menggigit bibir bagian bawahnya karena malu. Ia memandang Rayhan yang juga sama salah tingkahnya. Pria itu terlihat sangat malu, tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"I-iya do'a in aja yaa Bi kalau itu," ujar Rayhan.

"Cepetan yaa? Abi mau sebelum Abi meninggalkan dunia ini Abi bisa lihat cucu dulu."

Mata Amira kini kembali berkaca-kaca. Ia memeluk sang Ayah dan mencium keningnya.

"Insyaallah, Bi. Kita akan kabulin permintaan Abi," ujar Rayhan. "Iya kan, sayang?"

Deg

Hati Amira benar-benar porak-poranda oleh kata-kata Rayhan. Pipinya memerah karena salah tingkah.

"I-iya." ucapnya malu.

"Abi do'a kan kalian secepatnya memiliki keturunan yang shaleh dan shalihah."

"Amiin, Bi."

***

Amira sedang menikmati makanan di kantin bersama dengan Safira. Ia memesan es jeruk juga mie ayam. Perutnya sudah keroncongan mengingat tadi pagi ia tidak sempat sarapan, karena menjaga sang Ayah di Rumah Sakit.

"Heh Lo jangan macem-macem yaa sama cowo gue!"

Tiba-tiba seorang wanita dengan rambut panjang dan berwarna coklat itu kini mendorong tubuh Amira. Membuat Amira sedikit terhuyung, untung saja Safira menahan tubuh sahabatnya itu sehingga Amira tidak terjatuh.

"Ih apaan sih!" Amira menepis tangan wanita itu agar tidak menyentuh tubuhnya.

Jika Amira yang dulu, sudah di pastikan ia akan meladeni orang yang mengusiknya dengan sangat keras. Namun untuk kali ini ia tak ingin berperilaku kasar lagi, ia akan menyelesaikan masalah ini dengan sabar dan kepala yang dingin.

"Lo jangan gangguin Syaqil yaa. Dia itu punya gue!" Suara wanita bernama Alesha itu begitu nyaring. Membuat semua orang yang ada di kantin kampus tertuju padanya.

Amira hanya menggeleng pelan, ia tak tahu apa kesalahannya. Ia pun merasa tak pernah macam-macam pada siapapun, apalagi menganggu laki-laki. Tapi kenapa ia di di permalukan seperti ini di depan banyak orang?

"Aku gak pernah ganggu Syaqil. Jadi jangan bawa-bawa aku dalam hubungan kalian, permisi!" Amira hendak pergi dari tempat itu. Namun lagi-lagi Alesha melarangnya, wanita itu kembali mendorong tubuh Amira hingga keras membuat Amira kini akhirnya terjatuh.

"Heh Lo jangan macem-macem sama sahabat gue yah!" Safira membalas Alesha karena tak terima sahabatnya di perlakukan seperti ini. Ia mendorong tubuh Alesha hingga wanita itu terjatuh.

"Fuck you!" Alesha merutuki dan menunjuk-nunjuk muka Safira.

"Lo yang mulai!" Teriak Safira.

"Gue gak urusan sama Lo!" Teriak Alesha.

"Lo urusan sama Amira berarti Lo urusan sama gue juga. Dasar centil!" Safira kembali mendorong kecil dada Alesha.

"Udah, Fir. Jangan di ladenin orang kaya gitu. Malu di liatin orang!" Amira menenangkan. Safira pun terdiam menurut perkataan Amira.

"Penampilan aja Lo kaya orang bener. Aslinya cewe kegatelan. Lepas aja jilbab Lo sekalian!" ucap Alesha.

"Jaga ucapan Lo yaa, Alesha. Lo pikir gue  gak berani apa sama Lo hah?" Amira menunjukan telunjuknya tepat di hadapan wajah Alesan.

Awalnya ia tak berniat melawan, namun jika  menyangkut urusan agamanya ia akan maju paling depan. Jilbab yang di kenakannya adalah syariat. Perintah dari Allah untuk seluruh muslimah,  bukan tanda ia baik ataupun ingin di anggap orang baik. Tapi perkataan Alesha tadi seolah jilbabnya yang salah.

"Lo berani sama gue hah?" Alesha menantang. Wanita bertubuh lebih tinggi dari Amira itu seolah tak ada takutnya.

"Lo udah bawa-bawa agama gue. Kalau menyangkut diri pribadi gue gak masalah, tapi Lo udah kelewatan!" teriak Amira.

Alesha kini hendak mendorong Amira kembali, namun dengan sigap Amira melawannya. Menahan tangan wanita itu lalu mendorongnya.

Pertengkaran keduanya menjadi tontonan semua mahasiswa. Semua orang bersorak ria seolah ini adalah tontonan seru. Hingga tak lama kemudian suara seseorang berhasil menghentikan pergerakan Alesha.

"Alesha, ngapain kamu hah?" Suara Syaqil menggema. Terlihat pria itu begitu menatap marah.

Alesha menoleh ke arah samping, dimana pria bertubuh tinggi itu berada. Pria yang memang menjadi primadona di kampus itu karena ketampanan dan juga kekayaan orang tuanya.

"Aku lagi ngasih pelajaran sama dia sayang, dia... "

Syaqil menggelengkan kepalanya pelan, pria itu terlihat menahan amarah. Dengan cepat ia mencengkram tangan Alesha kuat hingga wanita itu meringis kesakitan. Lalu membawanya pergi dari sana.

"Bikin malu kamu!" ujar Syaqil.

Sedangkan Amira kini hanya terdiam, semua orang tertuju padanya. Kebanyakan dari mereka menatap sinis percaya akan kata-kata Alesha si wanita yang terkenal cantik, centil dan kaya raya. Orang yang sudah terkenal sebagai anak pejabat itu selalu menjadi pusat perhatian Mahasiswa.

"Dasar munafik!" ucap salah satu mahasiswi disana.

Tak tahan, Amira pun kini berlari dari sana dengan air mata yang membasahi pipinya. Safira yang melihat sahabatnya terluka tak tega, ia pun berlari mengejar Amira.

"Mir, tunggu gue!" ucap Safira.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!