Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 7
Sulastri ketakutan setengah mati, waktu dulu dia diperkosa saja rasa traumanya belum hilang. Rasa sakit hatinya belum hilang, justru yang menghilang adalah rasa percaya dirinya. Dia sampai tidak berani untuk berkumpul bersama dengan orang lain.
Dia sampai tidak berani berkumpul untuk mengajar anak-anak seperti biasanya, dia hanya mengurung diri di rumah. Jika pergi bekerja, dia akan menjauh dari para pekerja lainnya.
Kini dia dihadapkan dengan keadaan sulit, 4 orang pria muda yang dulu sempat menyukainya kini sedang mengancam dirinya. Mereka meminta untuk dilayani, Sulastri memang sudah kotor karena kehilangan mahkotanya.
Namun, bukan berarti harus melayani para pria muda itu. Walaupun saat ini dia hamil dengan pria yang tidak tahu siapa, tetapi dia tidak ingin digauli oleh orang-orang itu.
"Bagaimana, Lastri? Mau dilaporkan ke pak RT? Atau mau melayani kami dengan sukarela?" tanya Gunawan.
Sulastri menggelengkan kepalanya dengan kuat, dia bahkan berusaha untuk bangun walaupun kakinya terasa gemetaran. Sulastri tidak ingin dilecehkan kembali, tanpa menjawab ucapan dari Gunawan, Sulastri langsung berlari dengan sekuat tenaga.
"Sialan! Wanita hina!" teriak Johan dengan kesal.
"Ayo cepat tangkap! Keburu kabur jauh dia!" teriak Wandi.
Keempat pria itu mengejar Sulastri, Sulastri yang melihat mereka mengejarnya terlihat begitu panik. Wanita itu sempat beberapa kali terjatuh, bahkan sendalnya sampai putus dan kakinya berdarah. Namun, dia yang tidak mau dilecehkan berlari dengan begitu kencang.
"Tolong Lastri, ya Allah."
Sulastri yang sedang berada di belakang rumahnya hanya bisa berlari menuju kebun, tetapi walaupun seperti itu dia berusaha untuk berteriak dengan begitu kencang.
"Tolong! Tolong Lastri! Ada orang-orang yang mau memperkosa Lastri!"
Keempat pria yang mengejarnya tentu saja begitu kesal mendengar teriakan Sulastri, dia takut ada orang yang mendengarnya. Walaupun memang mereka sedang di kebun dan kemungkinan untuk mendengar suara Sulastri sangatlah kecil.
"Buruan kejar! Jangan sampai ada yang mendengar teriakan wanita itu, bisa bahaya nantinya." Johan menegur teman-temannya agar mengejar Sulastri dengan cepat.
Keempat pemuda desa itu mengejar Sulastri dengan begitu kencang, hingga pada akhirnya Gunawan mampu menarik lengan Sulastri sampai wanita itu terjatuh ke tanah.
"Argh!" teriak Sulastri dengan begitu kencang.
Kepala Sulastri sampai berdarah karena terbentur pohon, bukannya merasa kasihan, keempat pemuda itu malah tertawa dengan terbahak-bahak.
"Percuma kan' lari-larian, mending langsung layani kita aja. Mau di sini atau di tempat lain?"
Sulastri menangis sambil menggelengkan kepalanya, dia tidak mau melayani keempat pria itu. Sulastri mencoba untuk lari kembali, tetapi kakinya diinjak oleh Johan.
"Argh! Sakit! Jangan! Tolong jangan sakiti Lastri," ujar Sulastri memelas.
Wandi mencengkram rahang Sulastri, wanita itu sampai kesakitan dan berusaha untuk menepis tangan pria itu. Sayangnya tubuhnya yang lemah tak mampu, dia hanya bisa diam karena berbicara pun sangat sulit.
"Gak usah teriak, mending teriaknya nanti aja kalau kita sedang melakukannya. Biar tambah semangat," ujar Wandi.
"Nggak mau!" teriak Sulastri sambil menendang milik pria itu.
Wandi yang marah tentu saja langsung menampar wajah Sulastri, sudut bibir wanita itu sampai berdarah. Tak sampai di situ, dia bahkan menendang perut wanita itu karena begitu sakit bercampur kesal.
"Sakit!" teriak Sulastri.
"Itu balasan untuk kamu, karena sudah membuat milikku sakit."
"Ck! Kalian lama, udah gak tahan ini." Gunawan menarik Sulastri ke arah gubuk yang tidak jauh dari sana.
Karena kebetulan tak jauh dari kebun itu ada gubuk, Sulastri tentunya menjerit-jerit meminta tolong. Sayangnya tak ada orang yang menolongnya sama sekali, dia terus memberontak.
Keempat pemuda itu merasa kesal, akhirnya mereka menggotong tubuh Sulastri dan melemparkan tubuh wanita itu ke atas dipan yang ada di gubuk itu.
"Sakit!"
Sulastri hanya bisa berteriak kesakitan, tetapi keempat pria itu tak peduli. Mereka malah bersiap untuk memperkosa Sulastri, tetapi tiba-tiba saja Wisnu berteriak sambil menunjuk ke arah inti tubuh Sulastri.
"Darah! Ada banyak darah keluar, liat itu!"
Semuanya langsung memperhatikan ke arah inti tubuh Sulastri, sepertinya wanita itu begitu tegang dan juga ketakutan. Wanita itu juga kecapean berlari, hal itu membuat Sulastri mengalami keguguran.
"Aku takut, kita lari aja."
Gunawan tanpa aba-aba langsung berlari, Johan yang ketakutan tentunya ikut berlari. Jangan tanya Wandi dan juga Wisnu, tentu saja mereka langsung berlari karena takut nantinya akan kesalahan.
"Ya Allah, kenapa jalan hidupku begitu mengenaskan?"
Sulastri menangis sambil memegangi perutnya yang begitu sakit, dia berusaha turun dari depan reot itu. Setelah berhasil turun, Sulastri berusaha untuk pergi dari sana. Dia berjalan dengan tertatih.
Sesekali dia akan berteriak meminta tolong, walaupun suaranya serak dan juga begitu pelan. Hingga akhirnya dia bertemu dengan orang-orang yang baru pulang dari sawah, karena biasanya pada saat adzan dzuhur mereka akan pulang.
"Lastri! Kamu kenapa, Nak?"
Seorang pria paruh baya bertanya tentang keadaan Sulastri, pria paruh baya itu nampak begitu khawatir. Seorang wanita paruh baya juga menghampiri Sulastri, dia menanyakan keadaan wanita itu.
"Iya, kamu kenapa Nak? Kenapa banyak darah?"
Sulastri bingung harus menjawab apa, tak lama kemudian ada seorang wanita muda yang berkata.
"Mbak Lastri tak keguguran, kan?"
Semua orang saling pandang, kemudian mereka yang sudah mendekat ke arah Sulastri langsung memundurkan langkah mereka.
"Belum nikah sudah hamil, itu artinya kamu sudah berzina. Dengan siapa kamu berzina?"
"Jangan-jangan Mbak Lastri habis minta pertanggungjawaban kepada pria yang menghamilinya ya? Tapi dia nggak mau tanggung jawab, jadinya menyiksa Mbak Lastri?"
Mereka curiga kalau Sulastri hamil, lalu wanita itu meminta pertanggungjawaban dan ternyata pria yang menghamili Sulastri tidak mau bertanggung jawab. Lalu, Sulastri disiksa dan juga disuruh menggugurkan kandungannya.
"Nggak gitu, aku nggak Zina. Aku juga nggak habis menggugurkan kandungan, aku---"
"Halah! Mana ada maling aku, nggak nyangka ya ternyata Lastri merupakan wanita bejat."
"Ayo kita tinggalkan saja Lastri, wanita pembawa sial seperti Sulastri tidak pantas kita tolong."
Sulastri memohon agar orang-orang itu mau membantu dirinya, karena sungguh dia merasakan kesakitan yang luar biasa. Jangankan untuk berjalan pulang, untuk berdebat dengan mereka saja dia sudah tidak ada tenaga.
"Ya Allah, kenapa tidak ada yang mau menolong Lastri?"
Wanita itu berjalan dengan tertatih, sesekali dia akan kembali meminta tolong. Sayangnya tak ada yang mau menolongnya, tenaganya habis, dia sampai merangkak untuk bisa sampai di rumah neneknya.
Sayangnya, sebelum dia sampai, Sulastri sudah kehilangan tenaga. Wanita itu begitu lemah, pandangan matanya mulai kabur.
"Gelap ya Allah, apakah Lastri akan mati?"
ternyata begitu ceritanya... dasar laki-laki...
jahat pula...
kalo ada udaku geplek pala abg syahdan 🤣
syahdan ini udah termakan omongan ibunya.. kasihan juga sih.. nggak tau apa-apa, malah dimanfaatkan ibunya..