Vexana adalah seorang Queen Mafia, agar terbebas dari para musuh dan jeratan hukum Vexana selalu melakukan operasi wajah. Sampai akhirnya dia tiba di titik akhir, kali ini adalah kesempatan terakhirnya melakukan operasi wajah, jika Vexana melakukannya lagi maka struktur wajahnya akan rusak.
Keluar dari rumah sakit Vexana dikejutkan oleh beberapa orang.
"Ibu Anne mari pulang, Pak Arga sudah menunggu Anda."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Wajahnya Yang Cantik
“Mas Arga,” ucap Vexana, bukannya merasa terkejut dia malah tersenyum senang, sebab tak perlu menunggu waktu lama untuk bertemu pria perkasa ini.
'Astaga, apa yang aku pikirkan,' batin Vexana, lalu buru-buru membuang pikiran mesyum dan pura-pura terkejut. Namun gestur tubuhnya terlalu tenang, terlalu percaya diri untuk seorang istri yang seharusnya ketakutan tertangkap basah keluar malam-malam.
Dan begitu mendengar nama Arga disebut, Anne yang masih berada di dalam mobil langsung membeku. Tanpa pikir panjang, ia menyelinap ke bawah kursi mobil, bersembunyi sambil menahan napas dan menggigit bibir agar tak bersuara. Dadanya bergemuruh sekeras genderang perang.
Sementara Monica segera keluar, menutup pintu mobil dengan cepat dan ikut berdiri di samping Vexana. “Tuan Arga,” sapanya dengan senyum ramah, berusaha menahan ketegangan. “Kebetulan sekali bertemu Anda di sini.”
Arga menatap Monica sekilas, lalu kembali menatap Anne di hadapannya, menatap dalam-dalam. Semua gerak-gerik Anne tak lepas dari sorotan mata tajamnya.
“Kamu bilang tidak akan keluar malam ini,” ucap Arga pelan, namun tekanan suaranya berat seolah menguji.
Vexana tak langsung menjawab, masih berusaha setidaknya sedikit saja bersikap seperti ini. Tidak terlalu menggebu-gebu agar Arga tak bingung.
"Maaf Mas, awalnya aku memang tidak berencana keluar. Tapi Monica ingin bertemu," balas Vexana, tanpa sadar tersenyum kecil. Lalu saat sadar bahwa dia tak seharusnya tersenyum, detik itu juga senyuman hilang, diganti wajah datar.
Arga memperhatikan semuanya, sorot matanya tak lepas dari perubahan ekspresi itu. Dan semakin dalam ia menatap, semakin dalam pula keraguannya.
'Dia kembali memanggilku Mas?' batin Arga, seolah tiap kali Anne keluar rumah Anne akan kembali menjadi orang lain. Kini suaranya tidak lagi terbata-bata, tidak terus menunduk. Bahkan aroma vanila kembali mampu Arga hirup.
Namun keyakinannya semakin bulat, di dalam mobil itu pasti ada seseorang. Anne yang penakut tengah bersembunyi di dalam sana.
Sungguh, kali ini Arga tak lagi ingin dipermainkan. Dia akan menguak semua kebenaran. Bahkan seharian ini dia terus mengawasi Anne melalui mata para pelayan, Arga tak benar-benar pergi ke rumah Donna.
"Kalian hanya berdua?" tanya Arga kemudian.
Vexana mengangguk mantap, "Iya, Mas tidak percaya padaku?"
"Tidak."
"Ya ampun, jujur sekali. Jika Mas ingin memeriksa mobil Monica silahkan saja," jawab Vexana, segera memperjelas suaranya agar Anne mampu bersembunyi. Berharap semoga saja gadis itu tidak bersikap bodoh lagi dan mampu menyembunyikan dirinya sendiri.
Mendengar ucapan Vexana, Monica pun gelagapan namun mencoba tenang.
Sedangkan Arga tak ingin bicara lagi, dia langsung membuka mobil dan memeriksa dengan teliti.
Seketika Anne yang bersembunyi di bawah kursi menahan napas sekuat-kuatnya. Tubuhnya menempel erat di lantai mobil, memeluk lutut, bahkan tak berani membuka mata. Menggunakan mantel hitam Anna untuk menutupi sekujur tubuhnya.
Arga menyelidik isi dalam mobil dengan tajam, melihat jaket yang tergantung, kardus kecil di kursi, lalu meneliti bagian kolong.
Tak ada apa-apa.
Anne sudah menyusup terlalu rapat, tubuhnya tersembunyi di celah gelap yang tak terlihat dari posisi Arga berdiri.
"Sebenarnya apa yang Mas Arga cari?" tanya Vexana, bicara hingga membuyarkan semua konsentrasi Arga.
Dugaannya salah, tak ada siapapun di dalam mobil ini. Benar-benar hanya ada Anne dan Monica.
"Mas, Monica adalah dokter yang menyelamatkanku. Tadi kami hanya sedang membahas kesehatan ku," ucap Vexana, mulai bicara serius. Coba menepis semua kebingungan Arga.
"Sekarang aku sudah mendapatkan semua ingatan ku, sejak kita menikah sampai detik ini," timpalnya, namun membuat Arga semakin tak menentu.
Itu seharusnya menjadi kabar baik, tapi justru membuat Arga semakin terdiam. Ada sesuatu yang tak sinkron, terlalu banyak celah yang tak bisa dia pahami.
"Aku jelaskan semuanya di rumah, sekarang kita pulang ya?" tanya Vexana.
Dan Arga seperti tak punya alasan untuk tetap di sini, untuk meminta penjelasan sesuatu yang masih dia ragukan, Anne dan Anne.
Pada akhirnya Arga membawa Anne pulang, berpisah dari Monica seseorang yang Arga anggap tak seharusnya berada di samping sang istri.
Setibanya di rumah langkah kaki Vexana terdengar ringan menyusuri lantai marmer . Kali ini, bukan karena ia gugup atau takut, melainkan karena ia sedang berusaha menjadi Anne. Setidaknya di hadapan Arga dia tak boleh bar-bar seperti dulu.
Rambutnya ia biarkan tergerai seadanya, mantel hitam sudah ditanggalkan dan diganti dengan cardigan lembut milik Anne. Semua sikap tubuhnya ia pelajari kembali di dalam mobil tadi, termasuk cara menunduk, cara bicara dengan suara kecil, dan cara melangkah seperti seorang wanita yang rapuh.
Meski rasanya kakinya gatal untuk melangkah cepat. Mereka menuju ke kamar masing-masing, sebelum akhirnya Arga mendatangi kamar sang istri.
Melihat Anne mengenakan piyama panjang warna lembut.
Arga menuju ranjang dan bersandar di sana, menatap Anne tanpa ekspresi. “Katamu, kamu sudah ingat semuanya.”
Vexana duduk di tepi ranjang, lalu perlahan menarik selimut, memeluk lututnya. Kini benar-benar menjelma jadi sedikit mirip Anne.
“Iya,” jawabnya pelan. “aku ingat semuanya, tentang hidupku, tentang pernikahan kita."
Arga tidak memotong. Ia hanya menatap, mengangguk satu kali, menyuruhnya melanjutkan.
Vexana menarik napas panjang. Ini bukan sekadar cerita, ini adalah dongeng yang ia pelajari dalam beberapa menit. Dongeng yang harus ia ulang dengan hati-hati agar tak menyinggung satu pun detail.
Ia menoleh, tersenyum tipis. “Kita pertama kali bertemu ke hotel, tapi aku terlalu takut untuk mengangkat wajah. Di pertemuan pertama kita, kita langsung menikah."
Arga masih diam, ia mengenali cerita itu. Persis dengan apa yang terjadi.
Vexana melanjutkan. “Hari-hari setelahnya, aku semakin takut. Mas Arga selalu pulang malam ke rumah ini. Tapi hal itu ku manfaatkan untuk bisa kabur.
Suara Vexana bergetar sedikit. Bukan karena sedih, tapi karena ia benar-benar merasakan kemarahan yang Anne alami dulu.
Arga masih tak bersuara, tapi kini duduk lebih tegak, seolah enggan melewatkan sepatah pun kata dari bibir wanita di depannya.
“Lalu hari itu datang. Hari ketika aku kabur dan mengalami kecelakaan,” lanjut Vexana pelan. “Beberapa hal aku lupakan dan kembali ke rumah ini seperti orang asing.”
Arga menghela nafas kasar.
“Aku mencoba mengingat semuanya Mas, tapi kamu tak benar-benar ada di sampingku. Jadi aku butuh Monica," ucapnya lirih.
Kini, Vexana mengangkat wajahnya. Wajah sendu yang ia pelajari dari Anne, ia tampilkan dengan sempurna.
“Dan akhirnya, ingatan itu datang seutuhnya, sentuhanmu malam itu, sampai akhirnya malam ini," ucapnya mengakhiri cerita.
Vexana tidak memaksakan respons. Ia membiarkan keheningan memenuhi ruangan. Membiarkan dongengnya mengendap dalam pikiran pria itu.
Satu yang tidak Arga sadari, sejak tadi bukan hanya cerita Anne yang dia perhatikan, tapi justru wajahnya yang cantik.
gass.....
semoga saja arga lebih tertarik dengan anna daripada anne.ya🙏🙏👍👍 spy anne bisa di tolong lagi dengan monica untk menjauhkan dari donna ya...🙏🙏😱😱😔😔