NovelToon NovelToon
Jika Esok Kita Menikah

Jika Esok Kita Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Pertemuan pertama begitu berkesan, itu yang Mada rasakan saat bertemu Rindu. Gadis galak dan judes, tapi cantik dan menarik hati Mada. Rupanya takdir berpihak pada Mada karena kembali bertemu dengan gadis itu.

Rindu Anjani, berharap sang Ayah datang atau ada pria melamar dan mempersunting dirinya lalu membawa pergi dari situasi yang tidak menyenangkan. Bertemu dengan Mada Bimantara, tidak bisa berharap banyak karena perbedaan status sosial yang begitu kentara.

“Kita ‘tuh kayak langit dan bumi, nggak bisa bersatu. Sebaiknya kamu pergi dan terima kasih atas kebaikanmu,” ujar Rindu sambil terisak.

“Tidak masalah selama langit dan bumi masih di semesta yang sama. Jadi istriku, maukah?” Mada Bimantara

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 - Dia ... Rindu

Seperti kemarin, Mada tidak bisa datang ke pameran. Tanggung jawabnya bukan hanya di satu lokasi saja. Berada di kantor dan siang ini ia akan rapat bersama direksi. Sejak tadi ia fokus dengan layar laptop membaca bahan presentasi.

“Pak Mada, Arba mau bertemu.” Suara sekretarisnya lewat interkom. Mada berdecak pelan.

“Suruh masuk.”

Tidak menunggu lama, Arba memasuki ruangan itu dan langsung menghampiri Mada bahkan berdiri di sampingnya.

“Mau ketemu Mas Mada aja harus izin dulu.”

“Prosedurnya begitu,” sahut Mada masih fokus dengan layar laptopnya.

“Mas, pulang nanti jalan yuk.”

“Aku sibuk.”

“Ck, kita tuh masih kerabat nggak usah canggung gini dong.” Arba menyentuh bahu Mada.

“Kenapa aku harus canggung.” Mada menggeser kursinya agar tangan Arba terlepas dari bahu lalu memutar menatap wanita itu.

“Ya ini, kita canggung. Padahal orangtua kita itu sepupuan. Seharusnya kamu bisa lebih hangat dan--”

“Mending kamu balik kerja.” Mada kembali memutar kursinya dan kembali fokus dengan laptop.

“Kamu punya pacar mas?”

“Nggak.”

“Aku juga nggak. Gimana kalau kita jalan? Kalau ngedate kayaknya masih terlalu awal, tapi boleh juga biar lebih kenal.” Arba agak menunduk dan mensejajarkan kepalanya dengan Mada.

Berharap pria itu menoleh dan wajah mereka menjadi dekat. Nyatanya Mada malah beranjak lalu meninggalkan Arba menuju lemari es tidak jauh dari mejanya dan mengambil air mineral. Mulut Arba sempat mengump4t meski tanpa suara karena Mada malah menjauh.

“Kamu keluar, aku sedang sibuk.”

“Aku bantu ya.” Arba tanpa malu dan ragu kembali mendekati Mada. “Jangan tegang gini dong, nanti cepat tua.” Arba meraih lengan Mada, tapi ditepis pelan. “Mas, kamu kenapa sih?”

“Justru harusnya aku yang tanya. Kamu tuh kenapa?” tanya Mada dengan nada suara tidak biasa. “Entah apa tujuan kamu ingin magang di perusahaan ini, tapi jangan ganggu aku dan berhenti mendekatiku. Aku tidak suka perempuan agresif.”

“Mas, kamu jangan salah paham deh. Aku nggak agresif, tapi--”

“Keluar!” Mada menunjuk ke arah pintu.

“Tidak ada ruginya kalau kita dekat. Circle keluarga seperti kita biasa melakukan pendekatan bahkan sampai menikah bukan karena cinta, tapi hubungan bisnis. Kita bisa pelan-pelan menumbuhkan rasa itu. Aku bisa buat kamu cinta denganku.”

“Tidak perlu, karena cintaku untuk perempuan lain.”

“Siapa perempuan itu? Tidak mungkin dia lebih baik dari aku.”

Mada terkekeh lalu menatap sinis Arba yang terlihat sombong dan percaya diri. Wanita itu salah orang berhadapan dengan Mada.

“Tidak perlu memaksa, selain aku tidak suka kamu, Mama tidak akan merestui kita. Alasannya apa, tanya saja pada Mami kamu.”

“Maksudnya?”

“Aku sibuk dan harus fokus, tidak seperti kamu yang keluyuran tidak jelas. Jadi, silahkan keluar atau terpaksa aku panggil security.”

“Aku belum menyerah, kita pasti bisa dekat. Aku yakin itu.”

“Terserah!”

Mada berdecak saat Arba sudah keluar dan menutup pintu lalu menggeleng pelan. “Nggak punya muka, bisa dijamb4k Mama rambut lo pengen deket sama gue.”

Mada menghela pelan lalu menyandarkan tubuhnya. Terusik dengan kedatangan Arba, mendadak ia mengingat Rindu.

“Belum apa-apa udah bikin rindu. Dia lagi ngapain ya.”

Tidak mungkin langsung berlari menemui Rindu, ia harus tanggung jawab dengan pekerjaannya. Setengah jam lagi harus berada di ruang rapat untuk presentasi. Mada harus realistis, toh apa yang dia lakukan untuk masa depan dirinya juga keluarganya nanti.

Hampir pukul lima sore saat pria itu meninggalkan ruang rapat, Arya yang berjalan di sampingnya merangkul dan menepuk bahu Mada.

“Good job boy, papa bangga sama kamu. Pertahankan terus ya dan banyak belajar, papa pengen pensiun lebih cepat lalu ajak mama kamu keliling dunia.”

“Halah, nggak ketemu cucu seminggu aja udah pada belingsat4n segala pengen keliling dunia.”

“Itu cuma kiasan, intinya Papa mau liburan terus sama mama kamu. Papa duluan ya, kalau pulang telat kabari mama kamu. Biar papa nggak kena omel terus.”

“Iya, tapi Arba kondisikan Pah. Balikin aja dia ke papinya, bikin ribet aja.”

“Biar nanti diurus Doni.”

Sampai di ruangan, Mada menghubungi Anton -- orang kepercayaannya yang diminta mencari tahu tentang Rindu. Mendengarkan penjelasan siapa Rindu membuat Mada bersyukur ia memiliki keluarga yang harmonis dan hangat.

“Terjerat hutang?”

“Betul bos. Pakdenya itu suka berjudi dan keluarga mereka gaya hidupnya hedon. Ada rentenir tagih hutang dan keluarga itu kabur, mbak Rindu yang kena getahnya. Bukan cuma itu, Mbak Rindu semalam diganggu preman kampung. Kayaknya yang suka sama dia. Untung warga pada datang.”

“Lo nggak tolongin?”

“Lah, saya ‘kan diminta cari informasi doang, bukan memastikan keamanannya.”

“Ck, terus gimana?”

“Mbak Rindu kabur juga bawa tas besar. Semalam ia tinggal di guest house.”

Mada memijat dahinya lalu menarik nafas. “Lo yakin dia nggak punya pacar?”

“Yakin, bos. Hidupnya juga lurus-lurus aja. Sibuk cari uang. Orang saya masih ada yang mengawasi dia, jadi mau sekalian diamankan atau gimana?”

Kembali menarik nafas saat panggilan telepon itu berakhir. Mada tidak percaya ternyata hidup Rindu pelik juga. pantas saja dia galak, mungkin dalam mode pertahanan dan melindungi dirinya.

“Rin-du.”

Melirik jam tangan dan menyadari saat itu jam pulang kantor, jalanan pasti macet. Namun, Mada tidak peduli. Ia akan ke tempat pameran, bukan hanya melihat situasi dan mengecek hasil penjualan. Tujuan utamanya adalah gadis yang selalu membuat jantungnya dag dig dug dan memenuhi pikirannya. Bahkan situasi semalam yang dialami Rindu membuat Mada ingin menolong dan menjadi ksatrianya.

***

Rindu tersenyum dan mengangguk saat pengunjung pameran ia antarkan ke stand untuk didata kelanjutan transaksi, berniat membeli salah satu unit. Wajahnya tersenyum dan mengucap syukur karena ada bonus dari setiap transaksi.

Menyodorkan brosur dan menjelaskan singkat unit yang tersedia di Bimantara Property pada pengunjung pameran yang melewatinya.

“Iya pak, ini ada rumah huni, apartemen juga ruko.” Saat pengunjung yang dia sapa dan dijelaskan hanya acuh, Rindu akan mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

“Oh, lo kerja di sini.”

Rindu refleks menoleh, wajahnya langsung berubah mendapati ada Reno. Penampilan pria itu lebih rapi dengan kemeja dan celana jeans dan Rindu tetap khawatir kalau orang ini akan berulah. Banyak orang dan security, tidak membuat Rindu lebih tenang. khawatir berimbas dengan nasibnya karena dianggap bermasalah dan dipecat padahal masih ada sisa satu hari lagi.

“Mau apa kamu?” tanya Rindu menatap sekitar dan berusaha menunjukan wajah tanpa emosi pada Reno.

“Cantik juga lo.”

Reno merampas brosur dari tangan Rindu.

“Keluar, kita bicara di luar.”

“Nggak, aku lagi kerja dan jangan ganggu. Sebaiknya kamu pergi!” usir Rindu.

Reno malah terkekeh sambil membolak balik brosur yang dia terima.

“Gue bisa teriak lo nggak mau jelasin produk ini dan usir gue, mereka tentu akan percaya gue dong. Karena gue pengunjung pameran dan calon pembeli. Pembeli adalah raja.”

Reno kembali terkekeh. Sumpah demi apa, Rindu ingin sekali melayangkan kepalan tangannya pada wajah Reno.

“Duluan, nanti aku nyusul,” sahut Rindu.

“Keluar sekarang atau gue buat lo dipecat.”

Rindu pun mengalah ia pamit pada rekannya akan ke toilet. Mengikuti langkah Reno keluar dari pintu ke arah samping gedung, tepatnya menuju parkiran.

“Di sini aja,” sentak Rindu. Semakin jauh situasi pasti makin sepi, hanya ada lautan kendaraan roda dua.

“Seperti tawaran gue semalam, kita kencan dan gue pastikan rentenir itu nggak akan lo temui.” Reno kembali terkekeh dengan wajah menyebalkannya.

“Seperti yang gue jawab semalam, o-gah,” sahut Rindu.

“Astaga, dasar l0nte.” Reno lalu berteriak entah memanggil siapa.

Rindu mengernyitkan dahi dan berbalik mendapati ketiga rentenir yang mencari keluarga Bude. Rindu melangkah mundur, tidak percaya dengan situasi ini. Apa yang akan terjadi, apa dia akan diculik atau ….

Sedangkan di dalam gedung, Mada baru saja sampai. Dia mencari keberadaan Rindu, tapi tidak ada.

“Rindu kemana?” tanyanya pada sales supervisor gadis itu.

“Yaelah pak, baru datang yang ditanyain langsung Rindu. Nggak nanya berapa unit yang berhasil terjual. Eh, Rindu kemana?” bertanya pada SPG lainnya.

“Tadi izin ke toilet.”

Mada merogoh saku mengambil ponsel yang bergetar.

“Iya,” ucap Mada.

“Bos, Mbak Rindu … parkiran motor. Ada preman datang cari mbak Rindu.”

“Shittt. Gue ke sana, pastikan dia aman."

1
Felycia R. Fernandez
semoga Arba bukan anak kandung Felix
Felycia R. Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Felycia R. Fernandez
nyindir nih ceritanya 😅
Dwi ratna
duh kta³ itu mengingatkanku pda sang seseorang deh
hiro_yoshi74
pantesan mami nya arba di tinggàlin orang modelan es gois sakudele dewe mono ho .🤭✌
Felycia R. Fernandez
mana mau Sarah besanan sama pengkhianat...
mendingan Rindu la,jaaaauuuh banget kelakuan kamu dan Rindu...
gimana mau jatuh cinta ma kamu
Felycia R. Fernandez
yang awal katanya ingin belajar ilmu bisnis,malah berubah jadi ilmu Pepet Mada...
😆😆😆😆
kamu gak masuk dalam hati Mada Arba,lebih baik sadar diri...
jauh jauh gih dari Mada
hiro_yoshi74
emang enakbdi cuekin
Purnama Pasedu
ngotot ya
tiara
sepertinya ayah Rindu orang kaya,cuma karena pamanya suka minta uang terus jadi ga peduli tuh sama kehidupan mereka
Esih Esih
apa mungkin rindu anak nya felix,kan dia org nya doyan selingkuh
Felycia R. Fernandez: wow...👍👍👍👍👍
aku gak kepikiran kesana kk...
keren kk nya
Esih Esih: ayo kak dtyas kita main tebak tebakan aja 🤣🤣
total 3 replies
Esih Esih
apakah ayah rindu orang kaya
Felycia R. Fernandez
judulnya Mada kebelet nikah kk Thor Dtyas 😆
Felycia R. Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣
tiara
ayo Mada cepat halalin Rindu biar biar bisa tinggal bareng
Felycia R. Fernandez
kasi pelajaran tuh buat pakde bude dan sepupunya...
babat habis sampai ke akarnya...
🤬🤬🤬🤬🤬
Esih Esih
aduh dikit amat cerita nya kak,kaya lg nyolek sambel tp blm sempet ke makan alias nanggung amat🤣🤣
aroem
bagus
Naja Naja nurdin
ya Ela model gombal nya yahut bingit bang
tiara
Rindu diselamatkan Mada dan anak buahnya tinggal keluarga pamannya nih menunggu pembalasan dari Mada
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!