SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.
Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.
Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.
Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.
Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4. PERTEMUAN
Senja turun perlahan di tanah milik keluarga Dawson. Udara musim gugur membawa aroma pohon oak yang tumbuh di tepi jalan setapak menuju rumah utama serta aroma tanah lembab akibat hujan yang sering membasahi bumi. Di balik jendela kaca besar, Camellia Dawson duduk diam di sofa ruang tengah, tangannya menelusuri pola braille pada buku di pangkuan. Matanya yang tak melihat menatap kosong ke arah cahaya jingga yang menerobos masuk. Bagi orang lain, dunia senja ini adalah lukisan, namun bagi Camellia, keindahan hanya terasa lewat hawa dan suara.
Di luar gerbang besi berukir, sebuah mobil hitam berhenti dengan lembut. Seorang pria turun dengan langkah tenang namun pasti. Tubuhnya tegap, berbalut jas gelap yang dipadukan dengan kemeja putih bersih. Wajahnya menyiratkan ketenangan dengan sedikit intimidasi, serta kehangatan dan ketegasan. Ia membawa sebuah koper kecil dan sebuah map bersegel.
Lucas berdiri sejenak, mengamati rumah tiga lantai nan besar yang tampak seperti tinggal dalam kenangan. Tangannya sedikit gemetar, bukan karena gugup, melainkan karena kesadaran akan beratnya misi yang ia emban. Lucas mungkin sudah banyak membunuh orang, tapi ini pertama kalinya ia harus bermain peran dan menghadapi seorang perempuan di luar keluarganya.
Lucas mengetuk pintu.
Seorang pelayan membukakan pintu dengan ekspresi kaget, tidak mengenal siapa pria ini. Tapi sebelum pelayan itu sempat bertanya, muncul suara berat dari arah tangga, Oliver Dawson.
"Siapa kau?" tanya Oliver dengan nada curiga, matanya menyipit. Di belakangnya, Margaret menyusul, dengan tatapan tak kalah sinis.
Lucas mengangguk singkat, sopan. "Nama saya Lucas Lorenzo. Saya di sini sesuai dengan wasiat mendiang Tuan dan Nyonya Dawson."
Oliver dan Margaret saling berpandangan. Lucas tidak memberinya waktu lebih banyak.
"Saya adalah tunangan resmi Camellia Dawson. Ditunjuk langsung oleh mendiang orang tuanya. Saya juga akan tinggal sementara di sini, sebagaimana tertulis dalam surat wasiat mereka," kata Lucas tenang.
"Bullshit!" sergah Margaret tajam. "Camellia sudah bertunangan dengan Adrian, seperti yang telah kami tetapkan. Kami keluarganya. Kami yang paling tahu apa yang terbaik untuknya."
Lucas tak bereaksi terhadap emosi yang memuncak di sekelilingnya. Ia membuka map di tangannya, mengeluarkan lembaran kertas berstempel hukum, lalu menyerahkannya kepada Oliver.
"Wasiat ini ditulis dua bulan sebelum kecelakaan yang merenggut nyawa mereka. Lengkap dengan tanda tangan notaris, saksi, dan segel resmi." Nada suaranya tetap tenang, tapi penuh otoritas.
Oliver membacanya. Wajahnya menegang seiring dengan matanya yang bergerak cepat menyusuri tiap baris. Margaret mencoba ikut melihat, tapi suaminya menggenggam dokumen itu erat.
"Ini tidak mungkin," gumamnya. "Mereka tak pernah menyebut namamu."
"Itulah sebabnya saya datang," jawab Lucas. "Untuk melaksanakan kehendak terakhir mereka. Termasuk menjaga Camellia, dan … mengenalnya. Saya belum pernah bertemu dengannya."
Margaret menyeringai tipis. "Ah, jadi kau mengaku sebagai tunangannya, tapi bahkan belum pernah melihat wajahnya?"
Lucas membalasnya dengan senyum tipis yang justru membuat lawannya merasa tidak nyaman. "Dan itulah yang akan saya perbaiki mulai hari ini."
Tanpa menunggu izin dari Oliver atau pun Margaret, Lucas melangkah masuk. Para pelayan menatapnya dengan bingung dan ragu, tapi tidak satu pun dari mereka menghalangi.
Di sisi lain Camellia mendengar langkah kaki seseorang yang belum pernah ia dengar, membuatnya berpikir kalau ada tamu yang berkunjung ke rumah. Langkahnya tidak terburu-buru, tidak ragu. Ada semacam ketenangan di dalamnya, seperti seorang yang datang bukan untuk memohon, tetapi menyapa.
"Camellia?" suara berat Lucas terdengar memenuhi ruangan.
Sang empunya nama mengangkat wajahnya. "Kau siapa?" tanyanya.
Lucas menahan napas sejenak, lalu menjawab, "Lucas Lorenzo."
"Nama yang asing," gumam Camellia pelan, suaranya bening tapi menyiratkan kehati-hatian. "Tapi bukan suara yang mengancam," sambungnya.
Lucas menghampiri Camellia, lalu duduk di kursi seberang. Ia tak mendekat terlalu cepat, tak ingin membuat Camellia takut akan kehadirannya yang masih merupakan orang asing. "Aku datang karena sebuah janji. Orang tuamu, mereka meninggalkan pesan untukku. Dan dalam pesan itu, mereka berharap aku menjagamu, menjadi pasanganmu."
Camellia terdiam. Tangannya berhenti bergerak di atas kertas braille. Ada perubahan kecil pada alisnya, nyaris tak terlihat, namun bagi Lucas, cukup untuk tahu bahwa gadis itu sedang mencoba memahami situasi dan juga ucapan Lucas barusan.
"Kau tunanganku?" tanyanya pelan, hampir tak terdengar.
Lucas menjawab dengan jujur. "Secara hukum dan wasiat, ya. Tapi aku tahu semua ini mendadak. Aku tidak berharap kau menerimaku sekarang. Aku hanya berharap kau memberiku kesempatan … untuk berada di dekatmu."
Camellia menghela napas. "Dan pamanku tahu tentang ini?"
Lucas mengangguk, meskipun tahu Camellia tak bisa melihat. "Mereka … tidak senang. Karena mereka sudah menetapkan pilihan lain."
Camellia tertawa kecil, tapi ada kegetiran di dalamnya. "Adrian."
Lucas memerhatikan wajah Camellia. Meski matanya kosong, ada kehidupan dalam cara ia berbicara, penuh kelembutan, tapi menyimpan luka.
"Mereka ingin aku menikah dengannya. Walau bukan itu yang aku inginkan. Tapi Uncle dan Auntie mengatakan itu hal terbaik. Tidak ada pria yang mau menikahi gadis buta sepertiku kecuali Adrian yang mereka bilang telah menyukaiku sejak lama. Tapi aku tahu kalau itu bohong. Adrian tidak menyukaiku sebagai pasangannya. Aku bahkan jarang mengobrol berdua dengannya untuk bertanya lebih banyak," kata Camellia dengan suara selembut beledu.
Lucas menatapnya, kagum pada kepekaan gadis itu. "Lalu apa yang kau inginkan, Camellia?"
Camellia menggeleng pelan. "Aku ingin sebuah kebebasan untuk memilih."
Lucas tersenyum. "Maka kau akan mendapatkannya."
Suasana menjadi hening. Di luar, suara jangkrik mulai terdengar. Camellia mengulurkan tangannya. Lucas menyambut tanpa ragu. Camellia terkejut betapa besar tangan Lucas, memberikan kesan tegas dan kokoh namun memiliki kelembutan dan satu hal yang Camellia suka dari tangan besar Lucas itu, hangat.
"Kau tidak takut padaku?" tanya Camellia ketika tangannya bersentuhan dengan tangan Lucas.
"Kenapa aku harus takut?" Lucas bertanya balik.
"Karena aku buta. Karena aku tak bisa memberimu kehidupan seperti pasangan lainnya," jawab Camellia dengan nada sendu. Fakta menyakitkan yang selalu gadis itu emban sejak lama sekali.
Lucas menggenggam tangan Camellia lebih erat dan berkata, "Camellia, aku tidak datang untuk menuntut apa pun darimu. Aku datang karena seseorang mempercayakan hidupmu dan adikmu kepadaku. Aku tahu ini aneh, mungkin setidaknya kita bisa berteman lebih dulu agar kita sama-sama nyaman dalam situasi ini."
Camellia tersenyum tipis. Dan untuk pertama kalinya sejak pertemuan mereka, ia berkata dengan nada yang lebih ringan, "Aku terima kalau begitu. Tapi dengan satu syarat.”
Lucas menunggu.
"Kau harus jujur sepenuhnya padaku. Tak peduli seberapa menyakitkannya," ucap Camellia.
Lucas mengangguk. "Janji. Tapi aku juga ingin kau berjanji padaku."
"Apa itu?" tanya Camellia.
"Jangan pernah mengkhianatiku dan jangan takut padaku jika suatu hari kau tahu tentang siapa diriku sebenarnya," pinta Lucas.
Camellia terdiam sejenak mendengar penuturan dari Lucas. Ia tidak bodoh untuk tahu bahwa pria yang tidak bisa ia lihat wajahnya ini ternyata memiliki rahasia besar yang mungkin saja jauh dari kata baik.
"Bagaimana?" tanya Lucas saat gadis itu diam saja.
"Aku akan janji jika kau tidak menyakitiku, adikku, atau orang-orang yang aku sayang," ucap Camellia yang menambahkan janji untuk Lucas.
"Baiklah. Aku janji. Lagi pula aku datang ke sini untuk menjagamu, bukan untuk menyakitimu," kata Lucas dengan nada lembut. Memberitahu kalau Lucas bukanlah ancaman untuk Camellia.
...***...
Namun kedamaian itu tidak bertahan lama. Malam itu, saat Lucas selesai meletakkan kopernya di kamar tamu, Oliver dan Margaret memanggilnya ke ruang kerja keluarga. Lampu redup dan dinding kayu membuat ruangan itu seperti ruang interogasi.
"Kami tidak akan membiarkanmu merusak rencana yang sudah kami bangun sejak lama," ujar Oliver, nadanya dingin.
Margaret menimpali, "Camellia tidak butuh pria asing yang mengaku-ngaku. Adrian sudah lama dekat dengannya. Kami menyekolahkan dia, membimbingnya. Dia berhak atas semua ini."
Lucas duduk, tak gentar. "Berhak atas warisan, maksud kalian?"
Oliver mendesis, "Dia bagian dari keluarga besar. Dan kau? Hanya orang luar yang kebetulan dapat kehendak dari surat yang mungkin … bisa saja palsu."
Lucas membuka ponselnya, memerlihatkan foto-foto dari proses pembacaan wasiat yang dihadiri notaris, pengacara keluarga Dawson, bahkan wali kota setempat sebagai saksi. Lucas melakukan semuanya secara sempurna, memanipulasi informasi dan bukti seperti ini bukanlah hal sulit untuk Lucas lakukan.
"Silakan uji keabsahan dokumen ini ke pengadilan kalau kalian mau," tantang Lucas. "Tapi sementara itu, aku akan tinggal di sini. Dan Camellia sudah mengizinkan," lanjutnya penuh percaya diri.
Margaret melemparkan tatapan tajam, tapi Lucas berdiri.
"Aku tidak akan membiarkan kalian memanipulasi tunanganku lebih lama lagi. Jika kalian berani menyentuhnya maka kalian akan menghadapi hal mengerikan dalam hidup kalian," ancam Lucas sebelum akhirnya ia melenggang pergi meninggalkan ruangan tersebut. Tak ingin lebih lama berada satu ruangan dengan dua manusia berhati busuk itu.
Untuk sesaat, malam terasa damai. Tapi Lucas tahu, badai yang sesungguhnya belum dimulai. Karena tidak mungkin Philip meminta bantuan Lucas jika pria itu dapat menyelesaikannya dengan mudah dengan bermodalkan tunangan wasiat mendiang orang tua Camellia.
karna saking kaget nya Cammy bisaa meliy lagi, dan orang² yg pernah mengkhianati Cammy menyesal
oiya btw kak, kan kemarin ada part yg Lucas bilang " dia lebih tua dari mu " itu Arthur atau Rose, terus umur Rose berapa sekarang, aku lupaa eee