Kirana Larasati adalah istri sah dari David Sanjaya, pengusaha muda yang sedang naik daun. mereka sudah menikah selama lima tahun dan dikaruniai anak laki-laki laki bernama Luis Sanjaya. awal- awal pernikahan mereka selalu dipenuhi dengan kehangatan. tapi entah kenapa setelah Luis lahir, semuanya berubah. david selalu pulang malam dari perusahaannya dengan alasan sibuk, dan sikapnya yang dulu hangat menjadi sangat berubah. sampai suatu hari Kirana menemukan noda lipstik di baju kemeja milik David. dan sampai pada akhirnya sang suami mengakui bahwa dia berselingkuh dengan sekretarisnya. dan David lebih mengutamakan sekretarisnya tersebut ketimbang istri sahnya. bagaimanakah kelanjutan kisah rumah tangga mereka? apakah Kirana bisa bertahan dengan David? selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maria Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7. KEMBALI BEKERJA
Aku terbangun di jam setengah 5 pagi, aku pun segera bersih-bersih dan setelah itu menunaikan shalat subuh. Kebetulan tadi malam ibu meninggalkan mukena dan sajadah untukku.
Tidak lama setelah aku selesai shalat, Luis pun bangun dan memintaku untuk mengantarkannya ke wc.
Aku pun membantu Luis untuk sekalian bersih-bersih karena jam 6 pagi biasanya akan ada pemeriksaan dari dokter.
Dan betul dugaanku beberapa perawat datang untuk memeriksa anakku. “Dokter Agungnya di mana?” tanyaku pada mereka.
“Dokter Agung belum datang, mungkin sebentar lagi. Dia hanya memberikan kami instruksi untuk memeriksa keadaan Luis” ujar salah satu perawat itu kepada kami.
“Baiklah sus, kalau begitu terima kasih banyak.”
Ucapku kepada mereka, Dan mereka pun segera pamit kepadaku.
Tidak lama terdengar bunyi ketukan di pintu dan ucapan selamat pagi dari adikku Laras yang baru saja sampai di ruangan Luis.
“Assalamualaikum, selamat pagi, kak”
ucapnya padaku sembari mencium tanganku.
Aku pun membalas sapaannya, “wa'alaikumsalam, pagi juga dek. Kamu pagi sekali ke sininya?"
“Iya kak, tadi malam kan kakak bilang mau antar surat lamaran, makanya ibu menyuruhku pagi- pagi untuk ke sini, sekalian membawakan makan pagi untuk kakak dan Luis.”
“Hai, keponakanku yang ganteng, gimana kabar kamu hari ini, nak?”
tanyanya pada Luis sambil mencubit pipinya itu.
“Aku udah baikan, tante. Aku hari ini sudah bisa pulang kan, mama?” tanya Luis.
“Iya nak, nanti tunggu om Agung datang baru kita tanyakan ya?” jawabku
.
“Nanti kita pulang ke rumah Papa atau ke rumah Eyang, ma?” tanyanya lagi.
Aku pun segera duduk di sampingnya dan menjelaskan padanya dengan pelan. “Nak, maafkan mama! Kita sudah tidak bisa kembali lagi ke rumah papa, kita akan tinggal di rumah Eyang. Kamu mau kan, nak?”
Dia terdiam sejenak sambil memandangku, dan pada akhirnya dia pun menganggukkan kepalanya. “Iya ma, aku mau tinggal di rumah Eyang. Kemanapun mama pergi aku akan selalu mengikuti mama, aku sangat sayang dengan mama.”
Ucapan dari bibir mungil anakku membuatku terharu.
Aku pun memeluk dan mencium keningnya, “terimakasih nak, mama pun sangat mencintai dan menyayangimu. Sampai kapan pun mama akan selalu menyayangimu.” Ucapku padanya sambil menghapus air mataku.
“Dan sekarang Luis harus makan dan minum obat ya? dan mama ijin untuk keluar sebentar, nanti Luis sama tante Laras dulu ya?” pesanku padanya.
“Oke ma, tapi mama jangan pergi lama-lama ya.” Jawabnya lagi.
“Iya sayang. Laras, aku pergi dulu ya. Kamu suapin dulu dia makan dan jangan lupa kasih dia minum obat ya.” Pesanku pada laras.
Aku pun segera pulang ke rumah, untuk mandi dan berganti pakaian yang lebih baik.
***
Aku segera naik ke dalam taksi online yang sudah aku pesan.
Aku menggunakan celana bahan hitam dengan blazer warna coklat dan juga sepatu hak tinggiku.
Aku berusaha berdandan sebaik mungkin agar orang tertarik untuk menerimaku bekerja di perusahaan mereka.
Walaupun memang perusahaan itu milik mas agung. Tetap aku tidak mau orang menerimaku bekerja hanya karena ada mas Agung di situ.
Aku mau bisa diterima di perusahaan itu dengan usahaku sendiri dan juga dengan kemampuan yang aku punya.
30 menit kemudian taksiku berhenti di depan perusahaanku itu, Aku pun segera turun dan mengucapkan terimakasih pada supir taksi itu.
Aku segera masuk ke dalam perusahaan itu dan menuju bagian HRD.
“selamat pagi ibu, ada yang bisa kami bantu?” tanya salah satu karyawan itu padaku.
“saya mau mengantarkan surat lamaran, bisa?” jawabku.
“Maaf, dengan ibu siapa ya?” tanyanya lagi padaku.
“nama saya Kirana Larasati” jawabku padanya.
“Mohon ibu tunggu sebentar ya, saya akan menghubungi atasan saya terlebih dahulu.” Ucapnya padaku.
Aku melihat dia menelepon seseorang hanya saja aku tidak terlalu mendengar dengan jelas pembicaraan mereka.
Tidak lama kemudian karyawan itu pun berkata kepadaku, “Ibu, bisa ikut dengan saya ke lantai 5. Saya akan mengantarkan ibu ke ruangan pak Damar, nanti dia yang akan melakukan interview dengan ibu.”
Aku pun segera berjalan mengikutinya menuju lantai 5 dengan menggunakan lift khusus karyawan.
Sesampainya di ruangan pak Damar, karyawan itu mengetuk pintu, dan tidak lama terdengar suara dari dalam yang menyuruh kami untuk masuk.
Aku pun segera mengikutinya untuk masuk ke dalam ruangan pak Damar.
“Selamat pagi pak. Ini ibu Kirana Larasati yang mau melamar di perusahaan ini.” Jelas karyawan itu kepada pak Damar.
“Oke, silakan duduk ibu Kirana. Dan kamu bisa kembali ke lantai bawah.” Perintahnya kepada karyawan itu.
Aku pun segera duduk di kursi yang ada di hadapannya, sementara karyawan tersebut kembali ke ruangannya.
Aku menatap sekeliling Ruangan pak Damar yang sangat besar dan luas, begitu elegan dan sangat membuat nyaman.
Aku yakin posisi pak Damar pasti tinggi di perusahaan ini.
“Boleh saya lihat ibu punya berkas-berkas.” Tanyanya padaku.
Aku pun segera memberikan berkas-berkasku kepada pak Damar, dan pak Damar pun segera mengeceknya.
“Ternyata anda lulusan sarjana akuntansi keuangan ya? dan wahh...hebat IPK anda sangat tinggi ibu Kirana, anda pasti mahasiswi yang sangat cerdas.”
Puji pak damar padaku sambil tersenyum, aku pun hanya menganggukkan kepalaku padanya.
“Dan satu lagi ternyata kamu pernah bekerja di perusahaan yang sangat besar sebagai wakil direktur keuangan, betul-betul sangat hebat rekomendasi dari Agung ini.”
“Pak Agung?” tanyaku lagi.
“Iya, pak Agung telah merekomendasikan ibu Kirana, lalu aku memberitahu Agung supaya menyuruh kamu segera membawa surat lamaran ke sini. Dia bilang kamu sangat pintar dan cerdas, awalnya aku tidak percaya. Tapi, setelah saya melihat ijazah dan IPK kamu, betul- betul sangat memuaskan.” Jelas pak Damar padaku.
Aku merasa malu, karena dipuji sebegitunya oleh pak damar. “Saya biasa saja pak.” Ucapku pada pak Damar.
“Ibu Kirana sungguh rendah hati. Jadi begini ibu, perusahaan ini memang membutuhkan wakil direktur untuk keuangan perusahaan ini. Karena wakil yang sebelumnya melakukan kasus korupsi yang sempat membuat perusahaan rugi besar. Dan saat ini kami membutuhkan karyawan seperti ibu Kirana yang saya yakin bisa membantu perusahaan ini pulih dari masalah keuangan yang memang saat ini sedang tidak terkendali dengan baik.” Jelas pak Damar.
Aku pun mengerti maksud dari pak damar.
"Terimakasih pak, kalau memang pak Damar mempercayai saya untuk bekerja di perusahaan ini sebagai wakil direktur. mulai kapan saya bisa bekerja, pak?”
“Ibu Kirana bisa mulai bekerja hari senin. Bagaimana, bisa kan ibu?” tanyanya kembali.
“Saya siap pak, hari senin saya bisa mulai bekerja di sini. Terimakasih banyak pak Damar.”
Pak Damar pun tersenyum dan menganggukkan kepala kepadaku.
Sekilas aku memperhatikan kalau pak Damar mirip dengan pak Agung, Hanya saja pak Damar lebih kelihatan tegas dan cuek orangnya.
Aku pun segera menjabat tangannya dan segera pamit dari ruangannya itu.
Terimakasih banyak Ya Allah untuk segala berkat dan rejekimu.
Dibalik perceraianku dengannya, aku bisa mendapatkan pekerjaanku kembali seperti dulu.
Aku bersalaman dengannya dan segera pamit untuk pulang ke rumah.
Aku akan memberitahukan kabar gembira ini kepada Orang tuaku, Laras, dan juga Luis.
***
Ketika aku sampai di rumah, ternyata Ayah dan Ibu masih menungguku untuk bersama-sama pergi ke Rumah Sakit.
“Ayah, Ibu aku punya kabar gembira untuk kalian berdua.” Ucapku pada mereka.
“Kabar gembira apa, nduk?” tanya ibuku.
“Ibu, mulai hari senin aku akan bekerja di perusahaan mas Agung, buk.” Jelasku pada mereka berdua
“Syukurlah, nak kalau begitu. Ayah dan Ibu sangat senang mendengarnya. Buktikan kepada manusia sombong itu bahwa kamu bisa tanpa dia.” Ucap ayahku dengan sinis.
“Hus...pak, jangan begitu! biarkan saja mereka seperti itu, nanti Tuhan yang akan membalas perbuatan mereka.” Jawab ibuku.
“Ya sudahlah Ayah, Ibu lebih baik sekarang kita segera ke rumah sakit. Aku tidak mau membiarkan Luis menunggu kita terlalu lama.”
Kami pun segera naik ke dalam taksi online yang sudah aku pesan dan segera berangkat menuju rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, kami bergegas menuju kamar luis.
Dan sampai di sana aku terkejut karena melihat mantan suamiku bersama selingkuhannya sedang memaksa dan menarik Luis dari tangan Laras untuk pergi bersama mereka.
Aku yang melihat kejadian itu pun menjadi emosi dan berteriak kepada mereka berdua,
“LEPASKAN TANGAN ANAKKU...!!”
***BERSAMBUNG***
gitu donk jangan mau d tindas