NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah

Terpaksa Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Janda / Nikah Kontrak / Paksaan Terbalik
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: si ciprut

Devan Ganendra pergi dari rumah, karena iri dengan saudara kembarnya yang menikah dengan Dara. Karena dia juga menyukai Dara yang cantik.

Ia pergi jauh ke Jogja untuk sekedar menghilangkan penat di rumah budhe Watik.

Namun dalam perjalanan ia kecelakaan dan harus menikahi seorang wanita bernama Ceisya Lafatunnisa atau biasa dipanggil Nisa

Nisa seorang janda tanpa anak. Ia bercerai mati sebelum malam pertama.

Lika-liku kehidupan Devan di uji. Ia harus jadi kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama Nisa.

Bagaimana penyelesaian hubungan keluarga dengan mantan suaminya yang telah meninggal?

Atau bagaimana Devan memperjuangkan Nisa?

Lalu apakah Devan menerima dengan ikhlas kehadiran Dara sebagai iparnya?

ikuti kisah Devan Ganendra
cusss...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Curiga

"Van!, itu pasir sama semen di campur. Pasirnya 10 ember, semennya 3 ember ya!, biar kuat!" Ucap Mas Hasan memberitahu Devan.

"Ya mas!, begini ya!"

"Betul!, lhah udah biasa ngaduk?" tanya mas Hasan.

"Kadang sih ikut paman nguli mas!"

"Kebenaran kalau gitu!"

Padahal Devan berbohong akan hal itu. Namun karena seringkali melihat, ya pasti tahu. Meski kalau seharian kerja begini?, ya entahlah. Encok kagak!.

Devan pun melayani Mas Hasan perlahan-lahan. Sebab kali ini sedang plester dinding. Sehingga tidak terlalu berat, kata Devan.

Meski badannya masih ada ngilunya dikit, namun Devan tetap semangat menjalaninya.

"Lho ini siapa San?, Biasanya Amir?" Tanya pak Tomo sang pemilik rumah.

Ia sudah mengenal tukang dan pekerja di rumahnya. Bahkan kali ini membawakan minuman dan juga cemilan untuk tukangnya.

Ia sangat baik menurut Devan yang baru mengenalnya.

"Iya Lek!, adik ipar iku!"

"Ohhh!, bojone Nisa?" Sahut Pak Tomo.

"Iya!"

"Walah!, opo Yo kuat kerja bangunan?" tanya pak Tomo.

"Kenyataannya?"

"Namanya siapa?" Pak Tomo kini menatap Devan yang sedang mengaduk semen.

"Evan pakdhe!" Sahut Devan.

"Oh ya ya!, aku yang punya rumah. Semangat ya!" Ucapnya kemudian melangkah pergi memeriksa bangunan yang sebentar lagi jadi.

hingga pukul sepuluh, mas Hasan meminta Devan untuk istirahat. Apalagi pak Tomo sudah menyediakan minuman teh panas dan juga kue beraneka macam. Tak lupa, pak Tomo juga menyediakan rokok dua bungkus untuk tukang dan keneknya.

"Rokok Van?, doyan engga?" ucap mas Hasan yang duduk lebih dulu. Kemudian menawari rokok kretek seperti miliknya.

"Doyan mas!, asbak akumah!, apa-apa masuk!" sahut Devan, kemudian mengambil satu bungkus rokok dan membukanya.

"Padahal Nisa engga begitu suka perokok!" Ucap Mas Hasan ketika melihat Devan menyulut rokoknya.

"Masa mas?, ya udah ga jadi!"

"Cieee!" Goda mas Hasan.

uhuuukk...!!!

"Tenang ae!, engga kelihatan ini!" ucap mas Hasan. Dan Devan pun malah cengengesan karena ucapan mas Hasan.

Kemudian menyundut rokoknya dengan korek api.

"Gimana?, enak engga kerjanya?" Ucap mas Hasan,sepertinya Devan kelelahan.

"Kayaknya belum terbiasa mas!. Nanti kalau udah terbiasa ya aku oke-oke aja!" Sahut Devan.

"Iya biasain. Sekarang cari kerja susah!" Sahut Mas Hasan.

Kemudian menceritakan dulu tentang dirinya yang cari pekerjaan, susahnya minta ampun. Kata mas Hasan, bahkan syaratnya banyak banget dan bikin pusing.

Setelah istirahat cukup, kemudian keduanya melanjutkan pekerjaannya kembali.

Mas Hasan yang melihat Devan lelah, sepertinya harus di istirahatkan kembali. Karena hari sudah siang. Terutama menjelang sholat dhuhur.

Devan pun mengikuti setiap perkataan mas Hasan. Suruh kerja ya kerja. Suruh istirahat ya istirahat. Tidak ada yang di bantah Devan. Apalagi hari ini adalah hari pertama bekerja.

Setelah sholat dhuhur, Devan pun tiduran sebentar. Begitu juga dengan mas Hasan.

Hingga pukul satu siang, keduanya kembali bekerja.

Beruntung Devan tidak kepanasan, karena di atasnya ada atap yang menutupi teriak matahari.

.

.

.

"Lho bukannya mas Evan ikut mas Hasan ya?" Ucap Nisa ketika berada di jalanan. Ia melihat seseorang yang mirip sekali dengan Devan suaminya.

"Tapi kok sama cewek ya?, cantik lagi. Mungil!" ucapnya lagi penasaran.

Namun ketika akan didatangi, keduanya sudah keburu pergi dengan menggunakan sepeda motor. Meski sepada motornya berbeda dengan milik Devan yang ada di rumah.

Nisa penasaran, namun ingin agar Devan cerita dengan sendirinya. Selain itu, Evan kan sama mas Hasan. Masa kesana kemari sama cewek. Lain orang kali?, pikirnya.

Nisa akhirnya berlalu meninggalkan tempat tersebut. Ia jalan kaki, karena mbak Jannah belum menjemputnya.

Hingga di sebuah jalan yang masuk kampung, mbak Jannah baru nongol.

"Walah, wes jalan to!" Ucap mbak Jannah, kemudian berhenti dan membalikkan motornya.

"Iya mbak!" Sahut Nisa.

"Kenapa?, kok kaya grundelan sendiri?" Tanya mbak Jannah ketika melihat Nisa seperti cemberut, dan bibirnya seperti mengucapkan kata.

"Mbak!"

"hmmm!" Sahut mbak Jannah.

"Mas Evan jadi ikut kerja mas Hasan kan ya?" tanya Nisa kepada kakak iparnya itu.

"Iya!, kan Amir engga masuk karena sakit!" Sahutnya.

"ohhh...!"

"Nopo?" ucap mbak Jannah.

"Gapapa mbak!"

"ngomong aja!" Kata mbak Jannah.

"Nganu!, tadi aku kayak lihat mas Evan boncengan sama cewek!. Mas Evan bukan ya?, mana ceweknya cantik banget!"

"Lha embuh!, kan sama mas Hasan!" sahut mbak Jannah, masih dalam mode konsentrasi dengan jalanan. Khawatir ada anak main nyebrang di jalanan.

"Iya sih!"

"Cemburu Yo?"

"ora!"

"Iya juga gapapa kok!, kan sudah jadi suamimu!" Sahut Mbak Jannah.

"Menurut mbak bagaimana dengan mas Evan?" Tanya Nisa kepada kakak iparnya.

"Ganteng!, kayak oppa-oppa Korea!"

"Hais!, aku tanya beneran lho mbak!" Ketus Nisa.

"Ya menurut mbak baik!, ga neko-neko. Malah mbak salut dengannya. Biasanya kalau orang Jakarta kan ga mau kerja bangunan gitu?, apalagi jadi kenek. Kenek kan berat Nis!" Ucap Mbak Jannah, memberikan alasan tentang Devan.

"Iya sih!"

"Nah!, tinggal kamunya mau bagaimana?, kalau ngikutin perkataan orang sini mah ya?, kamu yang sengsara. Mending jalanin saja. Toh engga ada ruginya. Dia juga kelihatan perhatian gitu kok sama kamu!"

"Masa sih mbak?" Tanya Nisa penasaran, tentang Devan yang perhatian dengannya.

"Perhatian lah, dari cara menatapnya. Terus membiarkanmu tidur di sebelah kamar bersama Hanifa. Dia engga protes kan?"

"Ya mungkin engga enak sama mas Hasan mbak!"

"Ya ga tahu!, tapi kalau mbak lihat. Dia orangnya engga ita-itu, pilah-pilih. Mau apa adanya. Ga neko-neko kayak anak remaja jaman sekarang!"

"Iya mbak!" Sahut Nisa memang merasakan hal itu pada diri Devan. Apalagi semalam, Nisa merasakan kehangatan suatu percakapan dengan Sorang pria. Apalagi itu sudah disebut suami.

"Ga usah mikir dia kaya atau miskin. Yang penting mau berusaha. Bukan hanya diem di rumah kayak Trisno!"

"Isss!, masa di bandingin sama Trisno!"

Keduanya pun akhirnya sampai di rumah, Nisa segera berganti baju seragamnya.

Memang hari ini tidak seperti hari kemarin karena lembur. Banyak pasien katanya. Dan saat ini tidak terlalu sibuk. Jadi Nisa engga pulang malam.

"Siapin teh hangat buat suamimu!, meski belum pulang!" ucap mbak Jannah kepada Nisa.

Nisa menuruti perkataan mbak Jannah, karena ia juga melakukan itu untuk mas Hasan.

"Malah ganti baju dulu!, adus sik sana!" ucap mbak Jannah ketika melihat Nisa berganti baju, bukan mandi dulu.

"Mau mandi bareng mbak!" Celetuk Nisa, meski hanya candaan.

"Cieeehhh..!!, emang wes di bobol?" Tanya mbak Jannah sambil melirik kearah Nisa.

"Belum!, kan sakit mbak?" Sahut Nisa yang membicarakan adegan dewasa dengan kakak iparnya itu.

"Kirain udah!, kewajiban mu itu, Nis!, kalau suami minta ya di kasih!"

"Iya mbak!, ngerti!, tapi mas Evan belum bicara sampai ke situ!"

"Lhah piye to?, ojo-ojo Iki?"

"Apa mbak?"

"Homooo....!!!"

"Ngawuuuurrr...!!"

.

.

.

BERSAMBUNG

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Mar lina
apakah yg di sekap itu
ibu tirinya, Nisa???
lanjut thor ceritanya
☠ᵏᵋᶜᶟเภє๓ᛇ
sookkoorr kena geplak kan kamu van
☠ᵏᵋᶜᶟเภє๓ᛇ
hallah emang maunya dia itu di suapin 🤣
cip: lhohh ehhh lhoohhh🙈🙈🙈
total 1 replies
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄
up lagi yaa ditungguin lhoo
cip: iya😂😂😂😂
total 1 replies
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄
gagal ya coba lagi y van
cip: wkwkwkkwk
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄: kan harus 🙈🙈🙈
total 3 replies
Rini A
Bagus
lanjutkan
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄
juniati kah itu🙄🙄🙄
Ropiyati Ropi
ceritanya di daerah muntilan nih..wkwkwk
jadi semangat bacanya deh
cip: lho kenal daerah Muntilan kak🙈🙈
total 1 replies
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄
nisa yg dipanggil sayank ehh aku nya yg salting🙈🙈🙈🙈
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄: pernah tpi sekarang jarang/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
cip: emang ga pernah dipanggil sayang?🤭🤭
total 2 replies
Wulan
Keren kak
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄
Winda sama Wanda ini sarap atau apa yaaa....
kog bisa2nya kek gitu
cip: engga ikut-ikutan 🙈🙈🙈🙈🙈
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄: ngeri lah itu 2 manusia
total 3 replies
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄
bahasanya agak serem yaa
neur
kereen KK 👌☕❤👍😎
cip: terimakasih
total 1 replies
Rian Moontero
lanjuuuttt👍🤩🤸🤸
cip: siap
terimakasih kak
total 1 replies
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄
itu beli motor kek beli permen saa🙈🙈🙈
cip: 😂😂😂😂😂 kan orang kaya
total 1 replies
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄
hajar dulu pikir belakangan ya sa...
kan mayan ada devan yg jadi jaminan
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄: lanjut bangg...
ada lagi g habis ini
cip: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 2 replies
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄
habis itu coba deh bilang i love u gitu...
cwek tuh perlu bukti ucapan juga lhooo
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄: ok sip
cip: iyaa 🙈🙈🙈
total 8 replies
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄
kan jadi pengen yg macem devan....
pokoknya yg bilang habiskan semua nya 😅😅😅😅
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄
aduhhh pikiran ku jalan duluan🙈🙈🙈🙈🙈
cip: Waduhhhh 😂😂😂
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄: cocok🤸‍♀️🤸‍♀️
total 23 replies
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄
bang cip orang magelang kah kog paham daerah situ🙄🙄🙄🙄
🍭ͪ ͩꋬꋪ_❄: mencurigakan
cip: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!