Suamiku, dia tidak selingkuh tapi membuat aku kesepian. Dia tidak jahat tapi dia membuat aku terluka akan sikap acuhnya. Dia tidak kasar tapi dia selalu menyepelekan segala hal tentang perasaanku dan lebih sibuk dengan ponselnya daripada bersenda gurau denganku. Aku kesepian, namun aku selalu menyemangati diriku sendiri hingga aku bertemu dengan Zavran, teman sekolahku dulu yang pernah menyatakan cinta padaku namun aku tolak karena aku pikir suamiku lah pria terbaik untukku.
Setelah pertemuan tak sengaja, kami mulai berhubungan. Kami saling suport hingga membuat aku tidak menyadari akan perasaan ini. Aku nyaman bersamanya, aku merasa di perhatikan olehnya, aku merasa di hargai dan di sayangi. Rasa yang tidak pernah aku dapatkan dari suamiku sendiri.
Lalu bagaimana aku memendam perasaan ini? Apakah aku akan menyerah pada perasaan ini? Ikuti kisahku hanya di sini.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DI TINGGAL PAS SAYANG SAYANG E
Pagi ini Dera belanja kebutuhan pokok di sebuah minimarket tak jauh dari rumahnya. Setelah selesai, ia keluar dari minimarket tersebut sambil menenteng belanjaannya. Saat ia keluar, tanpa sengaja ia berpapasan dengan bu Ranti.
" Halo tante, apa kabar? Mau belanja juga tan? Kok sendiri?" Tanya Dera menyapa wanita paruh baya di depannya.
" Iya Ra. Bolehkah tante meminta waktumu sebentar. Tante ingin ngobrol sama kamu." Ujar bu Ranti.
" Oh boleh tante, sebentar aku bawa belanjaanku dulu ke mobil. Tante tunggu di situ sebentar ya." Sahut Dera menunjuk kursi yang ada di depan minimarket tersebut.
" Oke." Sahut bu Ranti.
Dera segera memasukkan belanjaannya ke mobil, setelah itu ia menghampiri bu Ranti.
" Mau minum apa tante? Biar aku beliin." Tanya Dera.
" Tidak usah, kamu duduk aja sini!" Sahut bu Ranti.
" Ah iya tante." Dera duduk di kursi depan bu Ranti.
Jantungnya berdetak kencang, ia khawatir ibunya Zavran mengetahui perbuatan dia dan Zavran di belakang semua orang. Namun Dera bersikap setenang mungkin.
" Dera, apa pernikahanmu bahagia?"
Deg...
Jantung Dera kembali berdetak kencang mendengar pertanyaan dari bu Ranti. Apa bu Ranti benar benar sudah mengendus hubungan terlarang nya dengan Zavran? Terka Dera.
" Memangnya kenapa tante? Pernikahanku bahagia." Dusta Dera. Tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya pada orang lain tentang pernikahannya. Itu merupakan aib baginya.
" Syukurlah kalau kamu bahagia. Andai saja kamu belum menikah, tante ingin kamu menikah dengan Zavran."
Deg...
Lagi lagi jantung Dera berdetak kencang mendengarnya. Apa maksud ucapan bu Ranti? Pikir Dera namun ia tidak berani menanyakannya.
" Padahal dulu ayahnya Zavran sudah bilang sama Zavran untuk meminangmu. Tapi sayang, kamu sudah nikah duluan." Imbuh bu Ranti.
Dera semakin tak mengerti arah pembicaraan bu Ranti.
" Tapi Zavran tidak mencintaiku tante, dia mencintai Yulia." Ucap Dera. Pembahasan apa ini? Apa hal seperti ini patut di bicarakan setelah mereka sama sama menikah?
" Mungkin Zavran mencintai Yulia. Tapi tante rasa dia tidak bahagia hidup bersamanya." Ujar bu Ranti.
" Kalau begitu aku akan membuatnya bahagia walaupun aku hanya bisa berperan dari balik layar." Jawab Dera dalam hati. Kalau langsung mengatakannya bisa bisa jadi masalah.
" Tante dan om Antok tidak suka dengan sifat Yulia. Dia wanita pemalas yang tidak mau mengurus Zavran. Tante merasa kasihan sama Zavran. Kalau bukan tante yang menyiapkan sarapan, Zavran hanya bisa sarapan angin saat berangkat kerja."
Kenapa bu Ranti memberitahu Dera? Apa sebenarnya tujuannya? Dera sama sekali tidak mengerti.
" Dera." Bu Ranti menggenggam tangan Dera.
" Kalau kamu tidak bahagia dengan pernikahanmu, atau mungkin jika suatu hari nanti kamu berpisah dengan suamimu. Tante mohon! Menikah lah dengan Zavran. Tante ingin kamu menjadi menantu tante."
Jeduarrrrr....
Dera kaget bukan main, bagaimana bisa seorang ibu mertua meminta wanita lain untuk jadi menantunya padahal dia memiliki menantu di rumah? Apa karena saking buruknya sifat sang menantu hingga ia berbicara seperti ini? Dera tidak bisa berkata apa apa karena ia yakin Zavran tidak akan mau meninggalkan istrinya. Zavran memang mencintainya, namun ia yakin Zavran lebih mencintai istrinya.
" Bagaimana Dera? Apa kamu mau berjanji pada tante untuk menikah dengan Zavran suatu hari nanti?"
Dera menarik tangannya, " Sepertinya hal itu tidak akan terjadi tante. Zavran sudah punya Yulia, dan aku sudah punya mas Brian. Kami tidak akan bisa bersatu apalagi kami tidak saling mencintai." Ucap Dera menolak dengan cara halus. Ia hanya bisa jadi selingkuhan Zavran tanpa bisa menjadi istrinya Zavran. Hubungan mereka salah maka sampai kapan pun hubungan mereka tetap akan salah. Kecuali kalau dua duanya single, itu baru memungkinkan kalau mereka bisa bersama.
" Tapi tante tahu kalau dari dulu Zavran mencintaimu."
Apalagi ini? Bagaimana bu Ranti tahu tentang ini? Tidak mungkin Zavran memberitahu ibunya kan? Dera semakin pusing di buatnya.
" Itu hanya masa lalu tante. Sekarang kami punya masa depan masing masing. Saya masih banyak urusan tante, saya permisi dulu."
Tidak mau bahan obrolan mereka semakin luas, akhirnya Dera memilih untuk pergi. Ia masuk ke dalam mobil lalu melajukan mobilnya menuju rumah. Di sepanjang perjalanan, ia teringat dengan kata kata bu Ranti.
" Kenapa semua ini terjadi setelah kami sama sama punya pasangan? Kenapa tidak sejak dari dulu? Ya Tuhan... Apa yang harus aku lakukan? Aku ingin mengakhiri hubungan yang baru di mulai ini, tapi aku tak kuasa untuk kehilangannya." Monolog Dera.
Sampai di rumah, Dera segera membawa barang belanjaannya ke dalam rumah.
Deg...
" Surprise." Sosok Brian berdiri di depan Dera saat ini.
" Mas Brian, kenapa pulang nggak bilang bilang?" Dera meletakkan barang bawaannya di sofa.
" Kenapa? Kamu tidak suka mas pulang?" Tanya Brian. Entah mengapa ia melihat raut wajah Dera yang terlihat begitu berbeda. Padahal biasanya Dera akan langsung memeluknya dan bersorak kegirangan Brian pulang.
" Bukan begitu, aku cuma tanya aja. Kapan kamu sampai?"
" Barusan, buatin mas kopi dek." Baru datang aja sudah memberi perintah.
" Oke." Dera menuju dapur. Ia menyeduh kopi kesukaan Brian. Kepulangan Brian tidak membawa kebahagiaan untuknya. Ia merasa hubungannya dengan Zavran akan terganggu.
Dera kembali ke ruang tamu dengan membawa segelas kopi di tangannya.
" Ini mas kopinya." Ucap Dera meletakkan kopi di atas meja. Brian yang baru pulang tapi dia sudah di sibukkan dengan ponselnya.
Tanpa mengucapkan terima kasih, Brian menyesap kopinya. Tentu saja tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.
Kalau dulu Dera akan sedih mendapat perlakuan seperti ini. Tapi sekarang ia sudah lebih cuek. Ia membawa barang belanjaannya ke dapur lalu menatanya di sana. Setelah itu ia menuju kamarnya tanpa menghiraukan Brian yang sedang asyik menonton ponsel di ruang tamu.
Tak lama Brian pun menyusul, ia naik ke atas ranjang menjajari Dera yang sedang berbaring akibat lelah.
" Kamu kenapa dek?" Brian memeluk Dera dari samping.
" Capek mas pengin tiduran." Sahut Dera.
" Mas pengin, udah lama nggak gituan." Bisik Brian di telinga Dera.
" Nanti malam aja mas, aku capek." Biasanya Dera akan dengan senang hati melayani suaminya saat Brian kembali dari kota. Namun saat ini ia begitu malas, selain perasaan Dera yang sudah berubah, ia juga teringat dengan kata kata Brian yang bilang jika tidak ada laki laki lain yang mau dengannya.
" Tapi mas udah nggak tahan sayang." Desak Brian.
" Kalau kamu mau, kamu bisa sama wanita lain mas. Kamu bisa mendapatkan banyak wanita kan? Kencani saja salah satu dari mereka." Sindir Dera.
" Bisa, tapi saat ini mas penginnya sama kamu."
Brian langsung menelentangkan Dera, tanpa membuang waktu ia langsung mencumbu bibir Dera dengan penuh nafsu. Entah mengapa bayangan Zavran terlintas di pikiran Dera semakin membuatnya tidak berhasrat pada suaminya.
Dera hanya bisa pasrah saat Brian mencumbu dirinya.
" Shhh." Des*ah Dera saat Brian memainkan pucuk buah kelapanya dengan lidahnya. Rasa geli bercampur n*km*t menjalar ke tubuh Dera. Brian benar benar pintar menaklukkan tubuh Dera. Bahkan Brian mengora*l pusat tubuh Dera membuat Dera menggelinjang seperti cacing kepanasan. Di rasa cukup, tanpa membuang waktu Brian segera mempertemukan burung kakak tuanya dengan sangkarnya membuat burung tersebut mengepak kan sayapnya di dalam sangkar.
Tubuh Dera menggelinj*ng n*km*t. Gairah hasr*tnya memuncak begitu saja mendapat sentuhan yang sungguh luar biasa dari suaminya. Keduanya saling berebut kemenangan untuk mencapai puncak nirwana. Namun di saat Dera hampir mencapai puncak kemenangannya tiba tiba Brian menghentikan gerakannya.
" Kenapa mas?" Tanya Dera.
" Udah keluar sayang." Bersamaan dengan itu, Brian mengambil lagi burung kakak tuanya dari sangkar.
" Mas tapi aku belum." Ujar Dera.
" Maaf mas tidak bisa." Brian memungut bajunya lalu masuk ke kamar mandi.
Dera hanya bisa menghembuskan kasar nafasnya. Selalu saja seperti ini. Inilah yang membuat Dera semakin malas dengan Brian. Selain cuek, Brian juga tidak tahan lama. Mendadak Dera membayangkan bermain dengan Zavran, benar benar wanita tidak bermoral dan tidak punya perasaan. Hati yang sering kali di lukai akan menjadi keras. Bahkan pemiliknya bisa bersikap seperti tidak punya hati.
" Zavran. Akan kah kita bisa bersatu suatu hari nanti?"
TBC....