NovelToon NovelToon
Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Rey... Reyesh?!"

Kembali, Mutiara beberapa kali memanggil nama jenius itu. Tapi tidak direspon. Kondisi Reyesh masih setengah membungkuk layaknya orang sedang rukuk dalam sholat. Jenius itu masih dalam kondisi permintaan maaf versinya.

"Rey... udah ya! Kamu udah kumaafkan, kok. Jangan begini dong. Nanti aku nya yang nggak enak kalo kamu terus-terusan dalam kondisi seperti ini. Bangun, Rey!" pinta Mutiara dengan nada memelas, penuh kekhawatiran.

Mutiara kini berada dalam dilema hebat. Bingung mau berbuat apa.

Ditengah kondisi dilemanya itu, ia lihat sebutir air jatuh dari wajah Reyesh. Diiringi butir lain perlahan berjatuhan.

"Rey... ka-kamu nangis, ya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 07 - Si Paling Misterius (bagian 02)

Saat ketiga pria itu mulai semakin merapat pada Mutiara, tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari ujung koridor. Mutiara sempat berharap, jika itu adalah satpam kampus. Tetapi, sosok yang muncul bukanlah petugas keamanan.

Seorang pria berpostur tinggi, dengan hoodie hitam berjalan dengan langkah santai menuju ke arah mereka. Tangannya dimasukkan ke dalam saku, wajahnya tersembunyi di balik bayangan.

Para pria yang sejak awalmengganggu Mutiara, menghentikan gerakan mereka, mulai menjauh dari gadis cantik itu. Ketiganya mulai menoleh ke arah sosok misterius itu. Ada sesuatu dalam caranya berjalan, sangat tenang, tetapi auranya sangat mengancamang. Hawa keberadaannya ini, membuat udara di sekitar mereka berubah.

"Lo semua, ngapain ganggu dia? Cepat, segera pergi dari sini!" suara bariton pria itu terdengar amat tenang, tapi ada ketegasan di dalamnya.

Pria dengan jaket hitam menyipitkan mata, mengamati sosok yang baru saja datang.

"Lo siapa sok-sok an dateng dan nyuruh gue pergi, hah? Bukan urusan lo!" balasnya dingin.

Namun, pria ber-hoodie hitam itu tidak bergeming, masih berdiri dengan tenang, seolah keberadaan mereka bertiga, sama sekali tidak mengintimidasi ataupun membuatnya ketar-ketir.

"Gue sarankan, kalian harus segera pergi dari tempat ini. Sebelum ada sosok yang kehilangan kesabaran, dan membuat beberapa orang cidera," kata pria berhoodie hitam.

Kali ini suaranya lebih rendah, penuh peringatan. Salah satu dari ketiga pria itu tampak ragu, seakan bisa merasakan aura bahaya dari sosok misterius ini.

Namun, pria yang lebih dekat dengan Mutiara, tak mengindahkan peringatan tersebut. Ia langsung melayangkan sebuah puku-lan ke arah pria berhoodie hitam.

Namun nahas sekali, hanya dua kali gerakan dan balasan pria berhoodie hitam, pria yang sok mengancam Mutiara, sudah terkapar dan pingsan.

"Tch, si-alan!" gumam pria yang tadi bersandar di dinding, sebelum akhirnya mengangkat tangannya dengan santai. Memberikan sinyal 'kami nyerah!'

"Santai, bro. Kita cuma mau ngajak ngobrol cewek ini doang. Nggak perlu serius gitu," ujarnya, lalu melangkah mundur.

Pria lainnya tampak ketakutan, ia pun akhirnya mengikuti langkah rekannya menjauh sambil membopong rekan satunya yang sedang terkapar.

"Lain kali, hati-hati kalau jalan sendirian, cantik!" pria dengan jaket hitam masih berani berkata sambil menyeringai, sebelum akhirnya ketiga mahasiswa senior itu menghilang di kegelapan.

 

Mutiara masih berdiri kaku di tempatnya, napasnya sedikit tersengal akibat ketegangan tadi. Ia menoleh ke pria yang telah menyelamatkannya, berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengucapkan,

"Terima kasih, ya... kalau tadi kamu nggak datang, aku nggak tahu apa yang akan terjadi pada dirku ini. Mungkin, amit-amit jabang bayi, aku akan dibawa ke tempat sepi, lalu kegadisanku sudah mereka renggut." suaranya terdengar pelan dan pasrah, penuh ketakutan.

Mutiara kembali berucap, "Sekali lagi, terima kasih banyak." ucapnya lemah, tapi tulus.

Pria itu hanya mengangguk pelan, masih berdiri di tempatnya, tanpa berkata apa pun kepada Mutiara.

Ada sesuatu tentang diri pria itu, yang membuat Mutiara mulai penasaran, seolah ia bukan sekadar mahasiswa biasa. Mutiara masih penasaran dengan sosok asli disebalik masker dan hoodie yang selalu menutupi wajahnya itu.

"Cara dan gaya bela dirimu saat bertarung, membuat mereka ketakutan dan pergi begitu saja. Keren!" ucap Mutiara, memuji pria misterius itu sambil mengacungkan jempol.

Pria itu mengangkat bahu, ekspresinya biasa saja, wajahnya terlihat datar, "Mungkin, kebetulan saya tahu sedikit bela diri. Jadi, untuk mereka yang sudah paham, tidak berani lebih jauh. Yah, keberuntungan pemula." jawabnya dengan rendah hati.

Mutiara tambah takjub. Biasanya, seseorang yang baru menguasai ilmu bela diri, langsung sesumbar dan sombong mengatakan bahwa mereka adalah pemegang sabuk hitam disuatu cabang bela diri tertentu. Kemudian, beberapa yang lebih parah, memamerkan pernah menjuarai berbagai kompetisi tingkat Provinsi maupun Nasional.

Namun, pria di hadapannya saat ini, hanya mengaku beruntung dan semuanya serba kebetulan saja. Sungguh pria misterius yang aneh, pikir Mutiara.

Mutiara langsung teringat pepatah tua, Jadilah engkau seperti padi, semakin berisi, semakin merunduk.

Layaknya pria misterius dihadapannya saat ini, Mutiara yakin ia memiliki ilmu bela diri tingkat tinggi, namun semakin rendah hati dan menyembunyikan latar belakangnya itu. Justru menampilkan wajah datar dan dingin.

Mutiara perlahan menatapnya lebih dekat, mencoba mengenali wajahnya di balik bayangan hoodie dan masker yang menutupi sebagian besar wajahnya. Namun, sebelum ia bisa melihatnya lebih jelas, pria itu sudah melangkah mundur, memberikan jarak lumayan jauh pada Mutiara.

"Kamu tetap akan kuawasi sampai gerbang depan, ya. Setelah itu, aku pamit." ucap pria itu.

Merasa khawatir dan takut kehilangan kesempatan, Mutiara memberanikan diri lebih jauh.

"Baiklah, terima kasih sudah mau menolong dan melindungiku hingga gerbang depan nanti. Tapi tunggu sebentar, boleh kutahu siapa namamu? Atau sosok misterius disebalik masker dan hoodie itu?" tanyanya dengan rasa ingin tahu yang semakin kuat.

Pria itu terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab dengan membuka masker dan hoodie secara perlahan.

Mutiara tertegun, matanya membelalak saat melihatnya dan langsung menyadari sesuatu.

"Kk-kamu......." ucap Mutiara terbata-bata.

Mutiara masih tertegun menatap wajah pria berpostur tinggi dan mengenakan hoodie hitam itu.

"Ka-kamu... Reyesh, kan?" tanya Mutiara dengan malu-malu. Untuk sekejap saja, wajah Reyesh membuatnya terkesima.

Reyesh hanya mengonfirmasi dengan perilaku mengangguk dan senyum tipis. Mutiara menghela napas panjang sambil bersyukur berkali-kali.

"Akhirnya... Ya ampun!" ucap Mutiara, masih tidak percaya dipertemukan Reyesh dalam kondisi tidak sengaja seperti ini.

Lagi, Reyesh hanya memberikan senyum tipis kepada Mutiara. Sebuah senyuman yang melegakan dan membuat tenang gadis itu, mahasiswi tingkat satu yang terlanjur dicap sebagai bidadari kampus oleh sebagian mahasiswa.

"Kamu, jangan terlalu jauh dibelakangku. Sambil jalan, aku ingin sekaligus ngobrol dan meminta tolong sesuatu."

Reyesh belum merespon. Mutiara langsung menambahkan,

"Bagaimana? Boleh, nggak?"

"Baiklah."

Jawaban singkat itu membuat hati Mutiara senang. Ia gembira bukan main. Lantaran pengorbanan belasan jam menunggu di perpustakaan, akhirnya menemui titik terang.

"Nilai IP semester satu kamu, beneran 4.00?" tanya Mutiara, memastikan langsung kepada sang pemilik nilai.

"Benar. Kenapa?"

"Ng-nganu, kalau boleh tau, sistem belajarmu seperti apa, ya? Aku mau tiru, kalau boleh....." pinta Mutiara dengan sopan.

"Oh, tentang rahasia dibalik nilai itu, ya? Aku sendiri pun tidak melakukan hal spesial. Hanya belajar biasa dan sewajarnya saja."

"Tidak mungkin! Mana ada hasil yang maksimal, tapi usahanya seperti orang normal biasa. Pasti kamu melakukan sesuatu yang nggak mahasiswa lain lakuin." ujar Mutiara, merasa dibohongi dan tidak percaya ucapan Reyesh.

"Aku tidak tahu, hal spesial apa yang membuat setiap matkul mendapat huruf yang sama(semuanya A). Tapi, aku suka mengamati dan sedikit lebih fokus. Apakah itu sedikit membantumu?" Reyesh coba memberikan jawaban terbaik untuk Mutiara.

Bersambung.....

1
Musri
awal yg bagus...
alfphyrizhmi: thanks kaaakk... ditunggu terus ya. nanti sore akan update lagi.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!