Aidol atau idol. Adalah istilah yang lumrah di zaman ini karena kehadirannya yang telah masif.
Chandra Kirana adalah salah satunya. Ia yang mulai dari nol, tak pernah berpikir untuk menjadi seorang idol.
Namun, ia "terperosok" ke dalam dunia itu. Dunia yang tak pernah ia tahu sebelumnya.
Mulai saat itu, dunianya pun berubah.
(Update setiap hari selasa, kamis, Sabtu dan minggu.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baginda Bram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Aku membuka pintu kamar bersamaan dengan helaan nafas. Memasukinya sambil melepas tas, meletakkannya asal. Melihat tempat tidurku, aku langsung menghempaskan tubuh.
Tubuhku sangat lelah lebih dari biasanya. Mendadak dalam kepalaku terlintas sesuatu.
Oh ya, hari ini adalah hari pengumuman hasil audisi. Setelah seminggu lamanya penantian, akhirnya tiba juga.
Kuusir lelah. Kupaksa tubuh meraih ponsel. Baru kubuka, sebuah pesan masuk ke WA-ku.
"Enggak sabar nih!" Chat seorang dengan nama yang tersimpan "Viola".
Ya, dia Viola yang tempo hari kutemui saat audisi. Kami sempat bertukar nomor sebelum pulang. Lalu, beberapa kali berbalas pesan.
Kulihat ikon pertanda e-mail telah masuk di bagian atas ponsel, namun kubalas dulu pesan Viola.
"Gimana? Udah dapet?" Balasku.
Tanpa menunggu balasan, dengan gesit jariku berpindah ke aplikasi e-mail. Membuka pesan teratas yang masuk.
Deretan tulisan terpapar. Bola mataku mencari sebuah kata saja di antara tumpukan kata tersebut.
Ah ... Ada!
Kalimat yang kucari telah ketemu.
Selamat anda lolos ke seleksi tahap berikutnya.
Sontak hatiku dipenuhi rasa lega.
Membuat capekku terbang entah kemana. Meski sedikit kaget karena masih ada audisi berikutnya, setidaknya, usahaku sedikit terbayarkan.
Sebuah pesan masuk,
"Aku lolos, Ran!"
Syukurlah, temanku yang satu itu lolos juga.
...----------------...
Hari ini kami diminta untuk datang ke tempat kemarin. Tempat yang sama dengan yang kudatangi saat audisi. Aku dan Viola pun telah janjian untuk bertemu di sana.
Katanya tak jauh dari meja resepsionis. Betul adanya. Sosok Viola sedang duduk, menatap layar persegi dengan intens.
Aku mendekat perlahan. Telinganya yang tertutup Earphone tak menyadari kedatanganku.
Mataku melirik penasaran ke dalam layar, rupanya ia sedang menonton gadis-gadis yang sedang menari di atas panggung.
Kucabut earphone-nya sebelah. Membuatnya kaget. Sontak mengangkat pandangan.
"Serius banget sih." Tegurku.
Viola tersenyum getir. Aku ikut duduk di bangku tepat di sebelahnya. Sambil mengisi waktu, aku ikut menonton video bersamanya.
"Ini ...."
Kata-kataku serasa tertahan. Estetika yang kulihat sangat berkilau menyilaukan hatiku. Baru menonton sebentar saja, hatiku serasa disinari cahaya hangat yang menenangkan.
Kepalaku mengangguk perlahan, mengikuti melodi yang menari dalam gendang telinga. Meski tak paham dengan bahasanya, aku tetap bisa menikmatinya.
Video itu mengingatkan aku dengan kejadian kala itu. Memori manis yang membuatku berada di sini, mengikuti langkah mereka.
Lagi-lagi, aku berharap langkahku tak terhenti sampai di sini.
Setelah sampai akhir lagu, perasaanku seperti berbunga-bunga. Bahkan, penampilan tadi tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.
Ternyata idol semenakjubkan ini. Hanya melihat penampilan mereka saja, bisa menggerakkan hati seseorang.
Mendadak tubuhku ingin sekali bergerak. Aku tak sabar ingin segera latihan untuk audisi berikutnya.
Tiba-tiba terdengar suara yang menyebar ke penjuru ruangan. Mengagetkan kami berdua.
Bagi para peserta, segera berkumpul di lantai 5.
Kami yang tersadar karena suara itu, segera beranjak ke tempat yang dimaksud.
Bersamaan dengan beberapa wajah asing yang tak kukenal. Beberapa kali, aku bertukar senyum. Berurutan masuk ke ruangan luas penuh kaca. Tempat yang sama dengan pekan lalu.
Di sana telah ada beberapa wajah yang tak asing bagiku karena mereka orang yang terkenal.
Ada Chika Cantika, gadis berambut sebahu dengan ujung rambut yang melengkung.
Nadia Stella, gadis tinggi, berambut sedikit bergelombang, terikat rapi sehingga lehernya yang jenjang terlihat.
Lalu Nazwa Olivia, gadis yang sering terlihat dimana-mana. Seperti di beberapa iklan dan film yang kini sedang ramai diperbincangkan.
Meski mereka muncul dengan make up seadanya, paras mereka sudah sangat menawan. Jelas karena mereka sudah cantik sejak awal.
Yah, tidak kaget kalau mereka populer. Sampai-sampai kalau ditanya tentang Flow, nama mereka bertiga lah yang akan keluar sebagai jawaban.
Tak butuh waktu, ruangan mulai terisi. Tak seperti kemarin, saat ini, hanya terbentuk beberapa baris, itupun tak sampai ujung. Kulihat sekeliling, beberapa orang masih terus menyembul bergabung dalam barisan.
Kupandangi bergantian wajah sainganku itu satu per satu. Aku terperangah.
Ya ampun! Cantik-cantik banget!
Kepercayaan diriku kembali menyusut.
Apa aku bisa lolos di tahap ini?
Sudah sampai pada titik ini, aku hanya bisa melakukan yang terbaik.
"Baik, mohon perhatian!" Seru salah seorang yang berdiri di hadapan barisan.
"Pertama-tama, kami ucapkan selamat kepada kalian yang berhasil lolos pada audisi tahap pertama. Lalu, pada kesempatan kali ini, aku akan memberikan tugas sebagai tahapan audisi berikutnya, yaitu ...,"
Katanya seakan hilang ditelan bumi, aku yang tegang, berhasil dibuat penasaran.
" ... Kalian semua akan membawakan lagu 'Masa indah' dalam satu grup sekaligus lalu menampilkannya kepada kami semua minggu depan. Soal koreografi dan vokal, kami akan menghadirkan pengajar di sini, jadi kalian bisa belajar darinya. Untuk masalah tempat latihan, kalian boleh menggunakan tempat ini, bahkan di luar jam latihan bersama. Silakan manfaatkan semua fasilitas yang ada di sini. Apa ada pertanyaan?"
Mataku mengerjap cepat ketika mendengarnya.
"Tidak ada? Baiklah kalau begitu, selamat berjuang! Kami mendoakan yang terbaik buat kalian semua."
Aku menghela napas pendek. Sementara Viola menggigit ujung jempolnya sendiri. Yang lainnya terkejut. Terutama pada bagian kata "seminggu".
Memang seminggu adalah waktu yang sangat singkat, bagi seorang pemula sepertiku, waktu seminggu sangatlah tidak cukup.
"Audisinya terhitung dimulai sejak hari ini." Seru seorang dibantu pengeras suara.
Dadaku berdebar kencang. Bagai orang yang pertama kali kasmaran lalu pergi pertama kali untuk berkencan. Pas sekali! Aku memang tidak sabar ingin memulainya.
"Baik, kali ini biar aku yang ambil alih." Ucap seorang wanita yang tak terlalu tua, namun tidak bisa dibilang muda juga.
Mungkin kisaran 30-an tahun? Mengenakan pakaian sport layaknya orang yang ingin berolahraga.
Di sebelahnya, wanita yang terlihat masih muda, berambut ikal yang terikat kebelakang dengan setelan kemeja yang rapi. Dilihat dari setelannya, mungkin dia seorang dari bagian administrasi.
"Perkenalkan aku Indri, guru koreografer kalian untuk sementara. Di sebelahku ada Miss Lia sebagai guru olah vokal kalian." Jelasnya sambil menunjuk dengan kedua tangan.
Miss Lia melambai kecil sekaligus tersenyum yang tak kalah kecilnya ke arah kami.
"Sebelumnya, aku pribadi mengucapkan selamat atas kalian semua yang berhasil lolos ke tahap selanjutnya. Semoga pada tahap ini, kalian juga lolos ya!"
Beberapa orang mengangguk pelan. Sebagian ada yang menjawab, "Amin" perlahan.
"Baik, untuk jadwal latihan, hari ini latihan koreografi, besok latihan bersama dengan Miss Lia. Lalu di hari kamis latihan koreografi lagi, jumatnya vokal lagi."
"Terus latihan dalam grupnya?" Celetuk seseorang.
"Kalau itu, kalian sendiri yang menentukan. Atur sendiri posisi, atur sendiri eksekusinya. Itu PR kalian."
Aku yang mendengarnya terkejut bukan main. Sudah waktunya mepet, ditambah aku yang masih benar-benar buta dengan kegiatan semacam ini, rasanya akan sangat sulit.
Belum lagi kegiatan sekolah. Mendadak kepalaku serasa dihantam dari berbagai arah.
"Sebelum kita mulai, mari perkenalan dulu. Sebutkan nama dan asal kalian."
Kami pun berkenalan dimulai dari ujung satu persatu. Hingga sampai ke Viola yang tepat di sebelahku. Setelah Viola menyebutkan nama dan asalnya, kini giliranku.
"Chandra Kirana asal Tangerang." Paparku.
Berlanjut ke sebelah.
"Julianna Fortune Gwendoline asal Jakarta."
Mendengar suara lembut barusan, aku melirik. Takjub dengan yang sedang kulihat. Parasnya bagai artis Korea yang pernah kulihat di Drama Korea tempo hari. Gadis di sebelahku. Tersenyum tipis.
Lalu terus berlanjut perkenalan ini hingga ke ujung barisan.
Miss Lia perlahan meninggalkan ruangan beserta yang lain. Sementara kami pun memulai audisi sadis ini. Dengan kedua tangan yang ditepuk kencang sebagai isyarat.
"Pertama, kita pemanasan dulu. Ikuti aku!"
Kak Indri membuat gerakan dengan tubuhnya. Kami pun mengikuti apa yang dicontohkan. Gerakannya berubah diiringi suara hitungan yang keluar dari bibirnya.
Sesuai dengan sebutannya, tubuhku pun mulai memanas dan bulir keringat mulai berjatuhan. Dari awal, tak beda jauh dengan perenggangan biasa.
Makin lama, ada beberapa gerakan tambahan seperti push up, sit up, reverse sit up. Bayangkan saja, kita disuruh push up seratus kali. Bahkan aku yang anak ekskul atletik pun cukup merasa kesulitan.
Entah mengapa, aku merasa perenggangan ini terasa sangat berlebihan kalau hanya untuk menari saja.
Tak butuh waktu lama untuk pakaianku basah kuyup. Nafas pun tersengal. Kakiku mula mati rasa. Aku melihat yang lain, ngos-ngosan bahkan ada yang menyerupai orang kena asma.
"Baik. sekarang kita masuk ke gerakan untuk lagunya."
Kak Indri menepuk tangan sekali. Suara melodi menggema melalui speaker. Kak Indri mulai bergerak mengikuti alunan melodi. Aku pun mengikuti sebisaku.