Ini kisah tentang istri yang tidak dianggap oleh suaminya. Namanya Nadia. Ia bisa menikah dengan suaminya karena paksaan dari Nadia sendiri, dan Nufus menerimanya karena terpaksa.
Ada suatu hari dimana Nadia berubah tak lagi mencintai suaminya. Dia ingin bercerai, tetapi malah sulit karena Nufus, sang suami, malah berbalik penasaran kepada Nadia.
Dan saat cinta itu hilang sepenuhnya untuk Nufus karena Nadia yang sekarang bukanlah Nadia sesungguhnya, justru ia bertemu dengan cinta sejatinya. Cinta yang diawali dengan seringnya Nadia cari gara-gara dengan pria tersebut yang bernama Xadewa.
Lucunya, Xadewa adalah orang yang ditakuti Nufus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nufus Minta Haknya
Keluar dari tempat pemancingan, langkah Xadewa lebih cepat dibandingkan Nadia. Mereka memang punya satu tujuan yang sama, yaitu menangkap satu target yang kini sedang ingin disergap. Xadewa memilih membuang sebagian peralatannya, hanya menyisakan bagian joran pancing yang menurutnya paling penting. Sementara itu, Nadia masih menenteng perlengkapan lengkap. Baginya semua masih diperlukan.
Langkah mereka terhenti sejenak, lalu tiba-tiba mempercepat gerakan ketika melihat seseorang yang diduga kuat adalah orang yang dulu memanjat pohon nangka milik Xadewa mulai jalan cepat. Orang yang sama, yang tanpa sengaja menyebabkan Nadia tertimpa buah nangka, hingga membuat wanita itu berubah.
Xadewa itu emang seorang bos, tapi dia bergerak di bisnis yang ilegal. Dia itu bos judi online terbesar di negeri ini. Dan keberadaannya sangat dicari untuk dimusnahkan karena negeri ini melarang adanya praktik perjudian. Akan tetapi Xadewa licin, karena profesi yang dipermukaan adalah seorang tengkulak nangka, duren, melinjo, apa saja yang ada di kebunnya.
Ia bahkan membeli lahan luas, mengumpulkan berbagai jenis hasil tani, dan dikenal masyarakat sekitar sebagai juragan besar yang dermawan. Padahal, itu semua hanyalah topeng. Di balik kesederhanaan itu, ia menjalankan kerajaan gelap dengan omzet yang bikin geleng-geleng kepala.
Dan kini, Xadewa mencium kalau orang ini bukan sekedar maling di kebunnya. Tapi seperti tahu sesuatu tentang bisnis gelapnya. Pokoknya bagaimanapun caranya orang itu harus diamankan. Kalau tertangkap akan dia interogasi.
Awalnya nanti Xadewa menangkap sebagai pemilik kebun yang merasa dicuri. Tapi kalau ada yang dia tahu sedikit tentang rahasianya, mungkin bisa ditiadakan dengan cara diberi bakteri.
Sedangkan Nadia tidak berbeda jauh dengan Xadewa. Dia juga lihat kalau orang itu mencurigakan. Apalagi dia tahu kalau orang itu yang tidak sengaja mecelakainya. Hasil ngebolangnya kemarin disekitaran sini, Nadia banyak melihat orang-orang yang justru terlihat penampilan sederhana di sana adalah bukan orang sembarangan. Bisa jadi yang dilihat hanya tukang pulung, tapi siapa sangka ternyata aslinya dompet setebal bedak jablaay. Mereka seperti bukan menjalani profesi aslinya.
Tuk! Sret!
Hampir saja Xadewa berhasil menumbangkan pria itu. Tapi di saat yang sama, Nadia juga ikut menangkapnya Alhasil mereka malah saling menjatuhkan.
Padahal Sadewa bisa menyelesaikan ini dengan mudah. Tapi entah kenapa, setiap kali ada Nadia, rencananya selalu berantakan.
Xadewa kesal. Dia menyalahkan Nadia.
Nadia pun tidak mau kalah, balik menyalahkan Xadewa. Dan seperti biasa, target mereka kabur lagi. Xadewa jadi hilang mood. Rencana yang sudah dia susun matang jadi berantakan begitu saja.
"Ya ampun si ungu lagi," Gerutunya melihat Nadia. "Ngapain ikutin gua sampai sini coba?! Lu istrinya Nufus bukan?"
"Iya. Memangnya abang siapa?" balas Nadia mengerutkan kening. "Tapi tunggu, kita kayaknya lagi ngejar orang yang sama deh," tebaknya.
"Kenapa lu ngejar dia?"
Sepertinya aku harus berbohong. Celaka kalau aku bilang mau tangkap orang itu karena curiga dia sindikat. "Karena dia nyelakain aku pakai nangka bang. Sampai masuk rumah sakit. Abang sendiri ngapain ngejar dia?"
"Lu bener nggak kenal gua?"
"Enggak. Siapa emangnya?"
Xadewa tidak menjawab. Dia malah melihat Nadia sampai mengitari tubuhnya, menelaah perbedaan Nadia yang dulu feminim. Dengan gerakan tiba-tiba, Xadewa melakukan penyerangan kecil ke Nadia, dan wanita itu bisa menangkisnya dengan sempurna.
Hanya begitu saja, Xadewa langsung tahu kalau itu bukan Nadia. Tapi laki-laki itu tidak mau mengurusi perihal tersebut dan memilih untuk pergi meninggalkan Nadia. Baginya urusan orang itu tidak penting. Dia juga tidak ada niatan buat konfirmasi ke Nufus tentang perubahan sang istri.
Xadewa memperingatkan Nadia jangan coba-coba ikutin dia lagi. Dia tidak pernah gagal membidik target, tapi gara-gara cewek itu, Xadewa jadi merasa seperti pecundang. Ia pergi sambil dua jarinya menunjuk matanya lalu ke mata Nadia.
Memberi peringatan tegas.
...****...
Di rumah Nufus.
Nufus sudah tiba lebih dulu, sekitar lima menit sebelumnya daripada Nadia. Ia menunggu kepulangan Nadia dengan wajah yang tampak menanti-nanti.
Nadia nyapa bentar ke nufus. Nufus bertanya Nadia kemana saja. Tumben-tumebenan Nufus sulit melacak keberadaan orang. Terlebih itu Nadia.
"Darimana saja kamu?"
"Habis mancing."
Nufus mengerutkan kening, menatap Nadia dari atas sampai bawah.
"Seharian?"
"Iya. Kamu juga baru pulang kan?"
"Iya. Mandi sana. Habis itu makan. Aku udah belikan makanan, ada di meja dapur."
"Aku udah kenyang. Kamu aja yang makan. Aku mau mandi, permisi. Jangan halangi jalanku."
Nada suara Nadia dingin. Ia benar-benar tidak memberi ruang sedikit pun bagi Nufus untuk bersikap manis.
Nufus menyingkir dari ambang pintu, membiarkan Nadia masuk. Ia lalu menutup pintu rapat-rapat, dan menguncinya. Kunci itu tidak akan bisa dibuka oleh siapa pun selain dirinya.
Nadia yang masuk lebih dulu mendapati sesuatu yang tidak biasa. Beberapa langkah kemudian, saat Nufus ikut masuk ke dalam, ia langsung menghadangnya dengan wajah tidak suka.
"Kenapa kamar ku dan kamar mu jadi satu?"
"Suka-suka pemilik rumah. Lagian, suami-istri memang seharusnya sekamar," dalih Nufus. Padahal dulu dia sendiri yang bersumpah tidak akan tidur sekamar dengan Nadia.
Bukan cuma disatukan, kamar lama Nadia bahkan telah diblokade sepenuhnya. Tidak bisa diakses lagi.
Emosi Nadia yang sudah terbangun karena urusan dengan Xadewa, kini menggelegak dan tumpah ke arah Nufus.
"Oh ya? Kalau kamu tetap maksa tidur sekamar, lebih baik aku pergi dari rumah ini. Aku tidak sudi tidur bareng kamu."
"Coba saja," tantang Nufus santai, tanpa mengalihkan pandangan.
Nadia sempat melirik ke arah pintu. Dugaannya benar. Pintu itu sudah terkunci rapat. Ia bahkan tidak melihat kunci tergantung atau tergeletak di mana pun. Di atas meja, ada botol biir terbuka. Tatapan Nufus pun berubah. Seperti seseorang yang sedang bersiap menuntut sesuatu yang ia anggap sebagai haknya.
Pertama-tama, Nufus menuangkan minuman ke dalam gelas. Dengan tenang ia menyodorkannya ke Nadia.
"Minum, biar kita mabuk bareng."
Nadia hanya diam. Ia ingin melihat sejauh mana kelakuan Nufus akan melampaui batas. Nadia memalingkan wajah, menolak minuman itu.
Nufus tersenyum miring, meletakkan gelas itu sembarangan di meja dekat tempatnya berdiri. Lalu tanpa aba-aba, dia melangkah mendekat. Tubuhnya makin dekat, hingga akhirnya dia menyudutkan Nadia ke dinding.
Kedua tangan Nadia dicekal dan ditekan ke atas, menempel di tembok.
Napas Nufus menyapu wajah Nadia. Napas yang berat dan terlalu dekat. Nadia menoleh, menghindari sorot mata dan aroma lelaki itu.
Dan kemudian,
Brak!
Nufus terlempar ke lantai. Nadia berhasil membantingnya dengan gerakan cepat dan tepat.
Lelaki itu syok.
"Sialan."
.
.
Bersambung.
Lanjut baca, dari tadi rebutan ponsel sama bocil