Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh dua tahun tapi memiliki tubuh yang cukup oversize. 109kg dengan tinggi badan 168cm. Kehidupannya awalnya cuek saja dengan kondisi tubuhnya yang besar itu, tapi dengan pertemuan kliennya membuat jas lengkap bernama Dewangga Aldiansyah yang cerewet itu membuat Ayushita jengah dan memutuskan untuk diet.
"Cewek kok oversize."
"Jangan usik kehidupanku yang nyaman ini, mau oversize atau ngga, bodo amat!"
Tak di sangka perselisihan masalah tubuh Ayushita itu membuat Dewa lebih dekat dan akrab dengan gadis itu. Apalagi dia melihat perselingkuhan tunangan Dewangga tunangannya membuat Ayushita dan laki-laki itu semakin dekat dan menimbulkan benih-benih cinta.
Apakah mereka akan berlanjut dengan cinta? Atau selamanya akan jadi Tom and Jerry?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Bubur Ayam
Wajah cerah Dewa sangat mempengaruhi moodnya kali ini, dia sangat senang kini akhirnya dapat lampu hijau dari mamanya mengenai seleranya dari seorang gadis.
Pukul tujuh lagi, Dewa sudah bersiap berangkat kerja. Tapi kali ini tidak ke kantornya, dia akan menelpon sekretarisnya Risa kalau dirinya datang terlambat.
Di ambilnya ponselnya, mencari nomor kontak Risa dan menghubunginya.
Tuuut.
"Halo?"
"Risa, hari ini aku masuk kantor telat. Kamu siapkan saja semua berkas yang harus di tanda tangani ya, termasuk laporan gaji karyawan," ucap Dewa.
"Oke pak. Apa pak Dewa ada keperluan penting?"
"Ya, sedikit. Kamu urus semuanya," ucap Dewa lagi.
"Baik pak Dewa."
Klik!
Sambungan telepon di putus, Dewa memasukkan ponselnya dalam saku jasnya. Dia masuk ke dalam mobilnya, melirik jam di tangannya lalu melajukan mobil hitamnya pelan keluar dari area basemen apartemen.
Mobil melaju cepat, hati Dewa sungguh ruang saat ini. Dia sudah mendapatkan lampu hijau dari mamanya kalau dirinya menyukai Ayushita.
Ya, gadis bertubuh besar itu. Menurut Dewa sungguh lucu dan menggemaskan, meski terkadang wajahnya jutek dan kesal tapi laki-laki yang sedang merasakan jatuh cinta padanya membuatnya semakin penasaran. Ya, walau pun belum melakukan hal yang intensif padanya, masih sebatas perhatian kecil.
"Dia peka ngga sih dengan kehadiranku ke butik hampir setiap hari hanya untuk dekat dengannya?" gumam Dewa.
Pandangannya lurus ke depan jalanan yang sedang ramai orang-orang pergi kerja, pikirannya melayang pada Ayushita yang jutek dan acuh padanya. Tapi Dewa suka dengan gadis seperti itu, di balik wajah jutek Ayushita tentu menyimpan cerita yang pilu.
Mobilnya di belokkan ke kiri, menghindari lampu merah yang padat. Meski sedikit jauh tapi dia tidak mau terjebak di keramaian kendaraan. Pandangannya ke kanan dan ke kiri, banyak para penjual di pinggir jalan.
Dia ingat dengan obrolannya dengan Ayushita.
"Para pedagang di pinggir jalan itu adalah pegiat roda ekonomi kecil. Mereka punya banyak kisah pahit di hidupnya, sama denganku. Makanya aku selalu membeli makanan di pinggir jalan hanya untuk memberi sedikit rejeki pada mereka, walau ada juga makanan yang kurang sehat tapi aku hanya berpikir memberi kebaikan dengan membeli dagangannya."
Terngiang ucapan Ayushita itu, Dewa meminggirkan mobilnya untuk membeli bubur ayam. Dia ingin membeli bubur ayam untuk sarapan pagi dengan gadis itu di butik, mungkin aneh nantinya bagi Ayushita karena dia datang sepagi ini. Tapi Dewa tidak peduli, dia akan melakukan sesuatu untuk gadis itu.
"Dua bungkus bubur ayamnya ya bang," ucap Dewa ketika keluar dari mobilnya pada penjual bubur ayam gerobak.
Penjual bubur ayam itu mengerutkan dahinya melihat Dewa berpenampilan rapi bak eksekutif muda datang membeli dagangannya. Dewa tersenyum kecil, orang-orang yang juga membeli bubur ayam menatapnya heran tapi juga penasaran dengannya.
"Mas beli bubur di sini juga?" tanya pembeli lain.
"Ya."
"Oh, orang kaya juga suka bubur ayam pinggir jalan?"
"Ya kenapa memangnya?"
"Ngga apa-apa mas, memang di sini bubur ayamnya enak kok. Apa lagi di makan masih panas."
"Begitu ya."
"Iya."
Dewa hanya mengangguk saja, dia memperhatikan pedagang sedang menyiapkan pesanannya dalam plastik khusus makanan. Meracik dengan cepat dan hanya butuh lima menit saja selesai.
"Berapa bang?"
"Tiga puluh ribu saja."
Dewa menyerahkan uang lima puluh ribu lalu dia segera masuk, pedagang memanggilnya untuk menyerahkan kembaliannya.
"Buat ibu itu saja bang, bungkusan juga untuk ibu itu." ucap Dewa.
Ibu yang di samping pedagang itu tersenyum senang dan mengucapkan terima kasih. Dewa langsung melakukan mobilnya menuju jalan protokol, hatinya senang telah memberi bantuan kecil pada orang-orang tadi.
Tak lama mobil terparkir di depan butik, masih sepi. Dewa menunggu di mobil sambil melihat jam di tangannya pukul tujuh tiga puluh. Pandangannya ke arah pintu butik yang tertutup.
"Dia belum datang, biasanya buka jam berapa ya? Aku datang kesini cuma siang hari," ucap Dewa.
Tak lama dua motor memasuki area parkir, senyum Dewa mengembang. Laki-laki itu pun keluar dari mobilnya lalu mendekat, dia mendapatkan tatapan aneh dari pengendara Scoopy yang sedang melepaskan helmnya.
"Eh, pak Dewa pagi-pagi sudah datang?" sapa satu gadis lain, Dinda.
"Hmm, kalian baru mau buka jam segini?" tanya Dewa.
"Biasanya jam segini baru mau buka, pak Dewa," jawab Dinda lagi.
"Kenapa tidak lebih pagi saja?" tanya Dewa lagi.
Ayushita masih diam menatap laki-laki itu, Dinda melirik pada bosnya yang belum menanggapi pertanyaan Dewa.
"Anda datang sepagi ini mau apa?" tanya Ayushita akhirnya.
"Sidak."
"Sidak? Setiap hari pak Dewa datang ke butik itu juga sidak kan?" tanya Ayushita.
Dewa terdiam, bingung. Tapi segera dia ingat kalau tadi membeli bubur ayam. Tanpa bicara apa pun, laki-laki itu mengambil kantong kresek berisi dua bungkus bubur ayam dari mobilnya.
"Aku belum sarapan, sengaja aku beli dua bungkus bubur ayam. Kamu mau?" tanya Dewa.
Ayushita masih diam dengan rasa herannya, Dinda melihat itu hanya tersenyum sendiri. Mengambil kunci pintu lalu membukanya, dia masuk ke dalam tanpa peduli bosnya dengan Dewa sedang saling diam.
"Mbak Ayu, lagi di kasih perhatian sama pak Dewa. Dia peka ngga ya? Harus di kasih tahu tuh bos, kalau pak Dewa itu lagi PDKT."
_
_
*****