Yuna gadis Rapunzel yang terkurung di kastil mewah, hingga seorang Pangeran membawanya dan memberinya kebebasan yang dia inginkan. Namun, itu tidak seindah yang dia bayangkan, dia adalah umpan, kebaikan Pangeran adalah bayang semu.
Dia berkali-kali patah hati, berkali-kali menahan kesedihan. Pangeran adalah sesuatu yang menyakitkan untuk dia miliki.
Sedih namun manis, gundah namun lucu, gelisah namun kocak. Dia akan melewati hari-harinya dengan tawa meskipun menyimpan luka, dia akan menjadi binar diantara makhluk indah lainnya.
Hingga akhirnya dia bertemu dengan seseoarang yang benar-benar bisa membuatnya tertawa dan melupakan sedihnya.
Pangeran... jangan pernah menyesal jika seseorang mengambil Tuan putri dari mu.
"Aku masih saja mencintai mu, bahkan ketika kamu mematahkannya berkali-kali"
*Kisah ini akan membuat mu tertawa dalam rasa sesak. Terima kasih... selamat membaca🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F.A queen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7_Penjelasan 1
Pagi sudah mulai menyapa tapi Yuna masih terlelap dalam tidurnya. Kemudian dia mulai merasa terganggu dengan suara ketukan pintu kamar yang sangat keras dan teriakan yang sangat nyaring.
"Siaall kenapa berisik sekali. Heh ular, jika kalian ingin sarapan, sarapan saja. Aku masih ngantuk. Dasar kalian ular kurang kerjaan," teriak Yuna, matanya masih terpejam. Leo yang berada dibalik pintu langsung membuka pintu tanpa permisi.
"Kamu ini cewek apa seekor kerbau?" Leo manarik selimut yang menutupi tubuh Yuna.
"Aaaaa," Yuna teriak dan segera menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya. Dia memakai baju tidur yang tipis. Sepersekian detik mata Leo dimanjakan oleh tubuh indah Yuna tapi kemudian dia segera tersadar dan melempar selimut kearah Yuna.
"Ganti pakaianmu dan segera turun ke bawah," ucap leo berpaling. Wajahnya menjadi memerah dan bibirnya berkerut menahan senyum.
Setelah mandi dan mengganti pakaiannya Yuna menuruni tangga dan dilihatnya Leo yang sudah duduk di meja makan.
"Kenapa jalan mu lambat sekali, kau ini manusia apa seekor siput?! Aku tidak ada banyak waktu," mendengar Leo berteriak Yuna segera mempercepat langkahnya. "Hari ini aku sedang baik hati jadi aku yang masak tapi tidak ada lain kali," ucap Leo sambil menaruh pasta dipiringnya.
'*M*asak? Sendiri?' Yuna memperhatikan kesekeliling, sepi tak ada siapapun. "Apa tidak ada pembantu?" tanyanya pelan. Leo menghentikan sendoknya.
"Apa gunanya ada kamu disini?"
"Maksud mu?"
"Aku sudah memecat semua pembantu, jadi urusan rumah adalah pekerjaanmu," jawab Leo enteng.
"Apa?? jangan bilang kamu menikahiku hanya untuk menjadikan ku pembantu?"
Leo terkekeh.
"Lalu apa lagi?" jawabnya.
"Kau...," Yuna berdiri dari duduknya dan mendekati Leo. "Lihat... lihat ini baik-baik," Yuna memperlihatkan kedua telapak tangannya. "Tangan ini sangat halus, sangat lembut, mana bisa kau begitu kejam menyuruhku melakukan semua pekerjaan rumah."
"Kamu bisa menggunakan sarung tangan dan aku tidak keberatan jika tangan mu kasar." Leo menatap Yuna.
"Ahh... ya ampun, kamu ini sangat keterlaluan," Yuna berkacak pinggang, melihat laki-laki di depannya dengan kesal. "Bayangkan... bagaimana jika aku bau keringat ketika kamu pulang, bagaimana jika aku bau bawang bawang ketika kamu pulang kerumah, lalu bagaimana jika aku bau balsam dan minyak kayu putih, karena... punggung ku, tengkuk ku, tangan ku, kaki ku, pinggang ku, pinggul ku terasa sangat pegal karena mengurusi rumah sebesar ini tanpa pembantu, terus bagaimana jika ak...,"
"Stop, berisik. Mulut mu ini seperti bebek, baiklah-baiklah... aku akan menyuruh mereka kembali," ucap Leo yang membuat Yuna bernafas lega, biar saja dia dikatai bebek.
"Lalu kenapa masih berdiri disitu? ingin makan di pangkuanku?"
"Tidak-tidak...," Yuna segera kembali ketempat duduknya. Mereka makan dengan diam bahkan nyaris tanpa suara, hanya sesekali terdengar suara sendok atau garpu yang mengadu dengan piring. Kemudian setelah menyelesaikan sarapannya Leo memberi Yuna kartu.
"Ini...," ucapnya. Yuna menatapnya. "Gunakan untuk keperluanmu, nomor pin nya ada dibalik kartu. Setiap bulan aku akan menstransfer untuk mu."
"Kau tidak perlu memberi ku ini."
"Aku suami mu sekarang, jadi aku yang menanggung segala keperluanmu. Apa kau begitu bodoh masih berpikir minta jatah pada orang tua mu?" Leo mengomelinya. Yuna diam.
"Selamat pagi...," suara nyaring yang memecah ketegangan antara mereka berdua. Yuna segera menoleh ke asal suara.
'Si nona cantik' batinnya.
bikin novel Bru Lgi lah kakak author..
klu gk tertarik mna mungkin sampai cium😘
dr yg aku baca Yuna memang cantik banget Vano bahkan Karel jg suka Leo masih ketutup cinta buta Kiara .
novel sekarang gk ada yg menari pasti bacanya berhenti di tengah jlan udh bosen duluan para author hilang semua