NovelToon NovelToon
Gadis Tengil Anak Konglomerat

Gadis Tengil Anak Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rosseroo

Seorang gadis remaja yang kini duduk di bangku menengah atas. Ia bernama Rona Rosalie putri bungsu dari Aris Ronaldy seorang presdir di sebuah perusahaan ternama. Rona memiliki seorang kakak lelaki yang kini sedang mengenyam pendidikan S1 nya di Singapore. Dia adalah anak piatu, ibunya bernama Rosalie telah meninggal saat melahirkan dirinya.

Rona terkenal karena kecantikan dan kepintarannya, namun ia juga gadis yang nakal. Karena kenakalan nya, sang ayah sering mendapatkan surat peringatan dari sekolah sang putri. Kenakalan Rona, dikarenakan ia sering merasa kesepian dan kurang figur seorang ibu, hanya ada neneknya yang selalu menemaninya.

Rona hanya memiliki tiga orang teman, dan satu sahabat lelaki somplak bernama Samudra, dan biasa di panggil Sam. Mereka berdua sering bertengkar, namun mudah untuk akur kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosseroo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pergi ke Singapore

Sejak malam pertemuan keluarga kemarin, Rona merasa ada yang berubah dari Samudra. Cowok itu yang biasanya hobi memancing emosi dan ngajak ribut, mendadak jadi lebih… romantis. Bahkan kalimat-kalimat gombal yang keluar darinya membuat Rona sering mual bukan karena benci, tapi karena tak terbiasa.

“Rona, tau nggak? Senyummu itu kayak free throw masuk pas lagi critical time—nggak pernah gagal bikin hati orang langsung lega.”

Rona spontan mendorong bahunya sambil mendengus.

“Ih, geli banget gue dengernya. Udah deh, jangan sok puitis! Biasanya juga mulutmu kayak speaker rusak.”

Samudra terkekeh, “Ya kan orang bisa berubah. Mungkin aku lagi kena efek samping sering bareng sama kamu.”

'tunggu, apa dia bilang. Aku kamu? stress kayaknya ni orang. ' ujar nya dalam hati. Rona hanya menatapnya heran. Ada yang aneh, pikirnya. Bukan Samudra kalau tiba-tiba jadi manis begini.

Sorenya, di ruang kerja, Raymond tengah berdiskusi serius dengan pak Aris.

“Yah, tiket pesawat sudah fix untuk minggu depan. Aku pengen Rona ikut, biar sekalian lihat acara wisudaku di Singapura,” ujar Raymond sambil menutup laptopnya.

Pak Aris mengangguk pelan, “Bagus. Sekalian juga biar dia punya pengalaman baru. Rona memang butuh suasana lain setelah masa skorsing kemarin.”

Rona, yang mendengar kabar itu, setengah bersemangat, setengah malas.

“Singapura, ya? Hmm… asal jangan lama-lama. Aku kan masih ada jadwal latihan basket sama Samudra.”

Raymond langsung menepuk kening, “Dasar kamu dek, yang dipikirin cuma basket sama temenmu itu.”

Keberangkatan pun tiba. Samudra berdiri di depan gerbang sekolah ketika Rona pamit dengan wajah biasa saja.

“Udah, nggak usah ditinggalin pesan panjang-panjang. Gue ke Singapura bukan ke planet lain, Sam,” ujar Rona sambil menenteng tas.

Samudra menatapnya lama lalu berkata lirih, “Tapi sehari nggak denger suara kamu tuh rasanya kayak main basket tanpa bola—kosong.”

Rona terdiam sejenak, sebelum akhirnya tertawa kecil untuk menutupi degup jantungnya.

“Alah, gombalnya kebangetan. Nanti gue kabarin kalau sempet, puas?”

Samudra hanya tersenyum, meski di dalam hati ia tahu, kepergian Rona membuatnya benar-benar merasa sepi. Setiap hari ia menunggu pesan, telepon, atau sekadar suara lantang cewek tengil itu. Dunia terasa lebih hening tanpa kehadirannya.

Samudra menatap layar ponselnya untuk kesekian kali malam itu. Chat terakhir dari Rona hanya “Jangan lupa makan, dasar cerewet.” Sesederhana itu, tapi sudah cukup bikin dia senyum-senyum sendiri.

“Kenapa sih cewek itu susah banget diajak video call? Paling cuma voice note bentar, itu pun kalo lagi mood…” gerutunya sambil mengacak-acak rambut.

Akhirnya ia merekam voice note singkat,

“Hey, bocah tengil. Jangan lupa istirahat, jangan kebanyakan jalan sama kak Raymond. Kalo kamu kecapean, aku nggak bisa tenang di sini.”

Begitu tombol kirim ditekan, Samudra menutupi wajah dengan bantal.

“Ya ampun, aku kenapa jadi lebay gini…” gumamnya.

***

Di sisi lain, Rona baru saja sampai di apartemen mewah tempat Raymond tinggal sementara. Ia terpesona dengan gemerlap kota di luar jendela.

“Kak, beneran aku ikut aja ke acara wisuda? Nggak bakal ngerusak momen kamu?” tanyanya sambil menaruh koper.

Raymond menepuk bahunya, “Justru kamu yang harus ada. Kamu bagian dari keluarga, dek.”

Ponselnya bergetar. Voice note dari Samudra. Dengan malas-malasan ia mendengarkan, tapi ujung-ujungnya malah tersenyum kecil.

“Dasar norak, gaya banget ngingetin aku kayak bapak-bapak.” Namun, entah kenapa, dada Rona terasa hangat.

Di lapangan basket.

Samudra berdiri di lapangan basket sekolah hanya dengan teman lelaki lainnya. Bola di tangannya diam, tak ada partner se ricuh Rona.

“Biasanya suara dia udah nyinyir dari tadi. Sepi banget…” gumamnya.

Beberapa fansgirl yang lewat mencoba menyapa, tapi Samudra hanya melambaikan tangan sekilas. Hatinya jelas bukan untuk mereka.

Di Singapura.

Rona berjalan di kampus tempat Raymond akan wisuda. Suasananya megah, orang-orang berfoto di mana-mana. Ia sempat tersipu ketika ada seorang mahasiswa asing yang menawari bantuan memotret.

Namun sebelum sempat menerima tawaran itu, ponselnya kembali bergetar—panggilan masuk dari Samudra.

“Eh, bentar ya,” katanya pada mahasiswa itu. Lalu dengan nada malas tapi terselip senyum, ia menjawab,

“Kenapa sih, Sam? Baru sehari nggak ketemu udah panik aja.”

Dari seberang, suara Samudra terdengar tulus, “Aku cuma pengen pastiin kamu senyum di sana, bukan cemberut kayak biasanya.”

Rona terdiam sejenak. Kali ini, hatinya benar-benar berdebar.

Suasana malam di Singapura, Rona duduk di balkon apartemen sambil menatap lampu-lampu kota. Ponselnya bergetar, panggilan video dari Samudra.

“Apa-apaan, baru sehari udah kangen ribut?” sindir Rona sambil mengangkat panggilan.

Samudra tersenyum lebar dari layar, “Bukan kangen ribut. Aku cuma khawatir kamu nggak makan. Kamu kan sering bandel.”

Rona mendengus, “Ya ampun, ini lagi-lagi ceramah virtual. Serius banget sih, Sam?”

Samudra menatapnya sebentar, lalu tiba-tiba berkata, “Soalnya… aku nggak tenang kalo sehari aja nggak denger suara kamu.”

Rona sempat terdiam. Pipinya panas, tapi buru-buru ia menutupinya dengan tawa kecil.

“Dasar lebay. Loe tuh jadi aneh tau nggak. Udah sana tidur, jangan ganggu kuota gue.”

Keesokan harinya, Raymond sibuk gladi resik wisuda, sehingga Rona memilih jalan-jalan sendiri. Ia masuk ke sebuah pusat perbelanjaan besar. Sayangnya, sinyal internetnya sempat hilang, membuatnya panik karena tak bisa menemukan jalan keluar.

Ketika mencoba bertanya pada seorang pria asing, pria itu malah salah paham dan menarik lengannya.

“Hey! Lepasin!” seru Rona sambil mencoba menghindar, namun tarikan terlalu kencang, membuat Rona membanting pria asing itu seketika. Situasi mulai ricuh.

Akhirnya ia berhasil kabur ke sudut lain dan buru-buru menyalakan ponselnya. Sinyalnya kembali, dan pesan pertama yang ia kirim adalah ke Samudra.

“Sam…gue barusan hampir ribut sama orang asing.”

Samudra yang sedang di lapangan basket langsung berhenti bermain. Hatinya panik saat membaca pesan itu. Ia langsung menelpon.

“Na! Kamu nggak apa-apa? Kamu di mana sekarang? Dengerin aku—cari tempat ramai, jangan sendirian!” suaranya terdengar panik.

Rona menggigit bibir, berusaha tenang. Ia tahu yang ia hadapi warga asing, segala hal buruk bisa saja terjadi.

“Iya… gue udah di tempat rame Sam.”

Suara Samudra terdengar lebih lembut dari seberang.

“Denger ya… mulai sekarang, kalo kamu pergi ke mana-mana, kabarin aku dulu. Aku nggak bisa jagain langsung di sana, tapi setidaknya aku bisa tenang kalo tau kamu aman.”

Rona terdiam lama. Hatinya berdebar, bukan karena takut lagi, tapi karena merasakan ketulusan di balik kata-kata itu.

“…Loe ini kenapa sih? Biasanya suka nyebelin, sekarang malah jadi sok pelindung segala.”

Samudra tersenyum tipis, meski matanya memerah.

“Mungkin karena aku baru sadar… kalau kamu itu lebih penting daripada semua hal yang pernah aku pikirkan sebelumnya.”

Rona tak menjawab, hanya menatap layar ponselnya dengan dada yang bergemuruh. Untuk pertama kalinya, ia merasa Samudra bukan lagi sekadar sahabat tengil—ada sesuatu yang berbeda dari dirinya.

~ Hai readers, mampir juga ke karya teman ku 🥰👇

Judul : 180 Hari Menjalani Wasiat Perjodohan

Author : Dewi Ink

Menceritakan tentang kisah pernikahan yang terjadi karena sebuah perjodohan tanpa cinta. Namun dari pihak pria ternyata memiliki wanita idaman lain.

~Bagaimana kelanjutan kisahnya, yuk segera kepoin! 🤗

1
Nurika Hikmawati
wkwkwk... aku ngakak sih di part ini
Nurika Hikmawati
prikitiw... kiw kiw
Nurika Hikmawati
ya ampun... kamu ditembak sam Ron. panah asmara sdh meluncur 😍
Nurika Hikmawati
knp dicegah sih sam... erina udh keterlaluan. harusnya biarin aja
Nurika Hikmawati
ini udh parah sih. knp harus bawa2 ibunya rona yg almarhum. perlu dibejek mulutnya
Nurika Hikmawati
kalau begini kamu memang mau pgn cari masalah sm rona aja kan?
Drezzlle
ogeb Rona, Dia itu sayang Ama lu
Peka dikit
Drezzlle
Nah bagus Rona hajar aja
Drezzlle
ih mulutnya, dengki banget sih
Dewi Ink
wah parah, dipasang kamera , gila tu bocah steve/Curse/
Dewi Ink
betuul, kan Meraka udah mulai dewasa biar nanti pas waktunya gak kaget 🤣🤣
Dewi Ink
rona anaknya sanguin ya, ga malu ngaku sama neneknya.. yawis atuh sama2 sukaa si😍
mama Al
wah ada Risma

terimakasih sudah di promosikan
mama Al
suiiit suuiit ada yang jadian
mama Al
samudra; aku tulus rona
mama Al
jangan gitu Erina, kamu layak dapat yang lebih dari dua pria itu.
Mutia Kim🍑
Wah bahaya si Steve malah naruh CCTV di boneka itu
Rosse Roo: emang, rada2 si diaaa🤧
total 1 replies
Mutia Kim🍑
Omoo omooo ternyata sudah lama dijodohkan🤭
Mutia Kim🍑
Cie yg mengakui juga perasaannya, langgeng terus ya kalian/Kiss/
🌹Widianingsih,💐♥️
Sabar Sam, kamu harus berjuang menundukkan hati dan egonya yang keras kepala....nanti lama-lama juga Rona akan luluh dan menerima mu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!