Di tengah hiruk pikuk kota modern Silverhaven, Jay Valerius menjalani hidupnya sebagai seorang menantu yang dipandang sebelah mata. Bagi keluarga Tremaine, ia adalah suami tak berguna bagi putri mereka Elara. Seorang pria tanpa pekerjaan dan ambisi yang nasibnya hanya menumpang hidup.
Namun, di balik penampilannya yang biasa, Jay menyimpan rahasia warisan keluarganya yang telah berusia ribuan tahun: Cincin Valerius. Artefak misterius ini bukanlah benda sihir, melainkan sebuah arsip kuno yang memberinya akses instan ke seluruh pengetahuan dan keahlian para leluhurnya mulai dari tabib jenius, ahli strategi perang, hingga pakar keuangan ulung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Perburuan Balasan
Jean-Luc Dubois menutup telepon dari 'Sang Pelindung'. Wajahnya yang biasanya tenang kini mengeras. Ini bukan lagi permintaan layanan klien biasa. Ini adalah perintah langsung dari salah satu pilar penyokong banknya. Kegagalan bukanlah pilihan.
Ia kembali memanggil operator terbaiknya. "Monique," katanya saat wanita itu masuk, nadanya lebih tajam dari sebelumnya. "Lupakan Tanaka. Itu hanya ikan teri. Kita sedang berhadapan dengan seekor hiu putih raksasa. Seseorang baru saja melenyapkan Celestial Holdings di Hong Kong dalam semalam."
Monique mengangkat alisnya. Ia tahu perusahaan itu. "Itu aset milik..."
"Benar," potong Dubois. "Klien kita yang paling penting sedang marah. Ia mau kita menemukan siapa 'Orion Analytics'. Gunakan semua sumber daya yang kita miliki. Aset di Hong Kong, tim digital di Langley, informan kita di Singapura. Balik setiap batu. Aku mau sebuah nama."
Monique mengangguk, memahami beratnya tugas itu. "Ini akan butuh waktu. Serangan sekelas ini pasti dilakukan oleh profesional. Jejaknya akan sangat bersih."
"Kalau begitu, buat lebih bersih," perintah Dubois. "Aku tidak mau ada kesalahan."
Sementara mesin gelap 'Kasir Para Raja' mulai berputar dengan kecepatan penuh, Jay, sang penyebab kekacauan, justru melakukan langkah yang paling tidak terduga. Ia meminta pertemuan lagi dengan Dubois.
Mereka bertemu di tempat yang sama, di lounge privat yang sunyi.
"Saya dengar berita yang mengganggu dari Hong Kong, Monsieur Dubois," kata Jay (sebagai Dylan Thomas), meletakkan tablet yang menampilkan berita kejatuhan Celestial Holdings di atas meja. "Pasar di sana tampak sangat tidak stabil. Sebuah firma riset antah berantah bernama 'Orion Analytics' muncul dan menghancurkan sebuah perusahaan dalam sekejap."
Ia menatap Dubois dengan tatapan seorang klien kaya yang cemas. "Ini membuat saya khawatir tentang keamanan investasi saya di wilayah itu. Apakah bank Anda punya informasi tentang siapa mereka? Apakah mereka ancaman yang kredibel?"
Ini adalah sebuah langkah yang sangat berani. Sang pemburu bertanya pada anjing pelacak tentang dirinya sendiri.
Dubois mengamati 'klien'-nya dengan saksama. Di permukaan, ini adalah pertanyaan yang wajar dari seorang investor. Tapi Dubois adalah seorang paranoiak terlatih. Kebetulan ini terasa sedikit terlalu rapi. Klien baru yang misterius muncul, dan tak lama kemudian, badai finansial menghantam aset klien lamanya yang paling penting.
"Kami juga sedang mengamati situasi ini dengan sangat dekat, Mr. Thomas," jawab Dubois hati-hati. "Yakinlah, aset Anda bersama kami terlindungi dari volatilitas semacam ini. Mengenai 'Orion Analytics', mereka adalah hantu. Profesional sejati. Tapi kami memiliki jangkauan yang luas. Kami akan menemukan mereka."
"Bagus," kata Jay. "Karena jika ada satu hal yang tidak saya sukai, itu adalah ketidakpastian."
Pertemuan itu singkat, namun bagi keduanya, itu adalah sebuah duel psikologis. Dubois mencoba mencari celah, tanda-tanda kebohongan pada diri Jay. Tapi ia tidak menemukan apa pun selain citra seorang miliarder arogan yang terusik. Sementara Jay, ia berhasil menunjukkan dirinya sebagai pihak yang tidak bersalah, sambil mengukur seberapa serius bank itu akan menangani perburuan ini.
Malam harinya, Monique memberikan laporan awal pada Dubois.
"Jejaknya nyaris tidak ada," lapornya melalui panggilan video terenkripsi. "Mereka menggunakan lapisan proksi kuantum dan melakukan transaksi melalui bursa kripto yang tidak teregulasi. Ini pekerjaan hantu tingkat tertinggi."
"Aku tidak butuh pujian untuk musuh kita, aku butuh hasil!" bentak Dubois.
"Ada satu hal," lanjut Monique. "Satu anomali. Di tengah ribuan transaksi pengalihan dana yang mereka lakukan untuk menyembunyikan keuntungan short sell mereka, ada satu transaksi mikro. Satu paket data yang tidak terhapus sempurna. Sepertinya sebuah kesalahan, tapi terlalu kecil untuk jadi kesalahan."
"Di mana jejak itu berakhir?" tanya Dubois tidak sabar.
Monique menampilkan sebuah peta di layar. "Ini yang aneh. Jejaknya tidak berakhir di pusat finansial seperti London, Tokyo, atau New York. Jejak mikro itu, setelah melewati puluhan server, berakhir di sebuah menara BTS seluler di sebuah kota provinsi yang tidak penting."
Sebuah titik merah berkedip di peta.
"Di mana itu?"
"Sebuah kota bernama Silverhaven."
Dubois terdiam. Silverhaven. Kota tempat tinggal keluarga Tremaine yang bisnisnya baru saja dihancurkan oleh Suryo Wijoyo. Kota yang sama tempat klien barunya, 'Dylan Thomas', memiliki masalah dengan firma investasi Hong Kong yang kini hancur. Kota yang sama tempat 'Sang Pelindung' baru saja kehilangan salah satu pionnya.
Terlalu banyak kebetulan yang berpusat di satu titik kecil di peta.
Untuk pertama kalinya, sebersit kecurigaan yang nyata muncul di mata Jean-Luc Dubois saat ia memikirkan klien barunya yang pendiam dan misterius itu.
"Terus gali," perintahnya pada Monique, matanya kini berkilat berbahaya. "Gali semua yang bisa kau temukan tentang kota itu."