NovelToon NovelToon
Cinta Dibalik Heroin 2

Cinta Dibalik Heroin 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Obsesi / Mata-mata/Agen / Agen Wanita
Popularitas:282
Nilai: 5
Nama Author: Sabana01

Feni sangat cemas karena menemukan artikel berita terkait kecelakaan orang tuanya dulu. apakah ia dan kekasihnya akan kembali mendapatkan masalah atau keluarganya, karena Rima sang ipar mencoba menyelidiki kasus yang sudah Andre coba kubur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menghapus jejak

​Rima menghela napas panjang, kepalanya terasa berdenyut. Sudah lewat pukul delapan malam, dan lampu-lampu kantor di sekelilingnya sudah padam. Ia sendirian, tenggelam di depan monitor yang menyorotkan cahaya dingin. Flashdrive dari pria misterius itu sudah berhasil ia bongkar isinya.

​Ribuan baris data keuangan itu menyiksa matanya, namun satu nama akhirnya muncul dan menarik perhatiannya: Yayasan Bunga Bangsa.

​Aliran Dana: Sebuah transfer uang dalam jumlah besar baru saja masuk ke yayasan tersebut.

​Kepemilikan: Yayasan Bunga Bangsa kini dimiliki oleh Wisnubroto, orang yang mengambil alih setelah almarhum Marko meninggal.

​"Bingo," gumam Rima, merasa sedikit terangkat. Garis antara Marko dan uang ini tampak semakin jelas.

​Namun, harapan itu runtuh secepat ia muncul. Rima menghabiskan satu jam berikutnya untuk mencoba mencari kaitan Wisnubroto dengan PT Sumber Daya atau PT Maju Cepat. Ia mencari jejak transfer dana dari dua perusahaan itu ke yayasan, atau bahkan hubungan kerja apa pun.

​Nihil. Kosong.

​Ia tidak menemukan bukti Wisnubroto menerima uang gelap untuk kasus penggelapan pajak. Ia juga tidak menemukan koneksi langsung antara Wisnubroto dan Marko selain fakta bahwa ia mengambil alih yayasan Marko.

​Frustrasi membuat bahunya melorot. Ia merasa lelah sekali. Semua jalur seolah menemui jalan buntu.

​Ponselnya bergetar di atas meja. Sebuah pesan dari Andre.

​Andre: Hai, Nyonya Detektif. Sudahi pekerjaanmu. Aku sudah di jalan, 30 menit lagi sampai."

​Rima tersenyum lega. Andre selalu datang tepat waktu, seperti jeda yang sangat ia butuhkan. Ia segera membalas pesan, lalu mulai menutup semua aplikasi dan mematikan komputernya. Malam ini, ia butuh istirahat.

......................

​Di sisi lain kota, Feni baru saja berpisah dengan Adek. Ia merasa ringan dan segar setelah menghabiskan waktu bersama sahabatnya. Tak lama, mobil hitam milik Erlang sudah menunggunya.

​"Pulang, Nona?" sapa Erlang, tersenyum hangat saat Feni masuk ke kursi penumpang.

​"Tentu saja. Bos besar sudah menjemput," balas Feni, tertawa kecil.

​Mobil melaju pelan, diiringi musik jazz yang lembut. Erlang meraih tangan Feni dan menggenggamnya, ibu jarinya mengusap punggung tangan Feni pelan.

​"Enak Sushinya?" tanya Erlang, pandangannya lurus ke jalan namun perhatiannya terasa penuh pada Feni.

Mendengar kalimat itu Feni tertawa, Feni tau pertanyaan itu hanya sekedar basa-basi.

​"Lumayan.," jawab Feni, menyandarkan kepalanya ke headrest.

"Tapi lain kali sepertinya kami akan makan Udon"

Erlang tertawa,

"Si pecinta Udon" katanya membelai kepala Feni lembut.

"Sayang"

"Hmmm"

"Makasih Udah jemput, padahal aku tau kamu pasti sibuk seharian ini"

"Sama-sama, lagian aku gak akan membiarkan kamu pulang sendiri malam-malam begini," kata Erlang, lalu ia menoleh sekilas, tatapannya begitu lembut. Ia mengangkat tangan Feni ke bibirnya dan mengecupnya.

"Uangnya cukup gak?"

"Cukup lah, cuman beli sushi"

"Kalau mau belanjain untuk yang lain juga boleh"

"Hmmmm.... Nanti aku beli pulau"

"Pulau"

" Iyah" jawab Feni sambil tertawa.

Tak lama mobil itu sampai di tujuan tepat saat mobil Andre juga sampai.

Rima keluar dari mobil Andre, mengambil tasnya, dan melihat Feni. "Feni sepertinya juga baru pulang."

Andre mengangkat dua kotak pizza dari kursi belakang.

"Entah apa jadinya jika Feni tidak ada Erlang," komentarnya.

"Jangan bicara yang aneh-aneh, mereka saling mencintai," tegur Rima.

"Kayaknya ada yang bawa pizza," seru Feni melihat kotak di tangan Andre.

"Iya. Aku tahu kamu pasti masih lapar walau sudah makan. Jadi sekalian beli, biar kita bisa makan bareng-bareng," goda Andre.

Feni mencibir, tapi senyumnya mengembang. Mereka berempat masuk ke teras rumah yang sepi, meletakkan pizza, dan mulai makan.

Erlang sedang mengunyah potongan pizzanya saat ponselnya berbunyi. Toni.

"Halo, Ton," sapa Erlang.

"Ada kasus, Lang. Aku sudah hubungi Andre, tapi tidak diangkat," terdengar suara Toni dari seberang.

Erlang melirik Andre. "Aku sedang bersama Andre. Ponselmu mana, Dre?"

"Aku charge di kamar. Kenapa?"

"Kata Toni ada kasus." Erlang menekan mode speaker.

"Ngomong, Ton, kasus apa. Andre juga mendengar."

Suara Toni terdengar lebih serius. "Ditemukan mayat di sebuah wisma, overdosis narkoba. Yang menariknya, dia itu pernah jadi informan Diki. Kalian ingat Diki, kan, yang tertuduh kasus suap narkoba?"

Rima yang baru saja ingin menggigit pizzanya, tersentak. Pria itu... pria yang memberinya flash\ drive kemarin?

"Kasusnya sama dengan di mal kemarin dan juga pria yang menculik Feni kemarin," lanjut Toni.

"Mereka semua ditemukan overdosis. Apa jangan-jangan ini ulah Roni?"

Seketika, tawa menghilang dari wajah Feni. Ia yang duduk di samping Erlang mengepal tangannya kuat-kuat di bawah meja, tubuhnya terlihat gemetar saat nama itu disebut. Erlang segera menggenggam tangan Feni, mencoba menenangkan kekasihnya.

Andre dan Erlang saling bertatapan, mata mereka dipenuhi kecurigaan yang sama.

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!