NovelToon NovelToon
Tubuhku, Takhta Sang Dewa

Tubuhku, Takhta Sang Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti / Romansa Fantasi / Fantasi
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cencenz

Satu tubuh, dua jiwa. Satu manusia biasa… dan satu roh dewa yang terkurung selama ribuan tahun.

Saat Yanzhi hanya menjalankan tugas dari tetua klannya untuk mencari tanaman langka, ia tak sengaja memicu takdir yang tak pernah ia bayangkan.
Sebuah segel kuno yang seharusnya tak pernah disentuh, terbuka di hadapannya. Dalam sekejap, roh seorang dewa yang telah tertidur selama berabad-abad memasuki tubuhnya. Hidupnya pun tak lagi sama.

Suara asing mulai bergema di pikirannya. Kekuatan yang bukan miliknya perlahan bangkit. Dan batas antara dirinya dan sang dewa mulai mengabur.

Di tengah konflik antar sekte, rahasia masa lalu, dan perasaan yang tumbuh antara manusia dan dewa… mampukah Yanzhi mempertahankan jiwanya sendiri?
Atau justru… ia akan menjadi bagian dari sang dewa selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cencenz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4: Aku Bisa Sendiri

Setelah menempuh perjalanan panjang yang melelahkan, Yanzhi akhirnya berdiri di gerbang besar Sekte Tianhan. Pilar-pilar batu tinggi menjulang, dihiasi ukiran naga dan awan yang berputar seperti hidup. Suasana terasa dingin meski matahari masih bersinar.

Seorang penjaga berpakaian seragam biru dengan lambang sekte di dada mendekat, menatap Yanzhi dengan tajam.

"Siapa kau? Apa urusanmu ke sini?" tanyanya dengan suara berat.

Yanzhi mengangkat dagu, meski napasnya masih tersengal. "Aku ingin mengikuti ujian murid baru."

Penjaga itu diam sejenak, lalu mengangguk. "Ikuti aku."

Ia membawa Yanzhi ke sebuah aula besar di dalam kompleks sekte. Di sana, sudah berkumpul beberapa calon murid lain, masing-masing dengan ekspresi campur aduk antara gugup dan bersemangat.

Tiba-tiba, seorang pria berambut hitam dengan mata tajam masuk ke aula. Tubuhnya tegap, aura kuat terpancar jelas.

"Saya adalah Senior Lu Ming," katanya dengan suara tegas namun bersahabat. "Aku akan menjadi pembimbing ujian kalian. Siapapun yang ingin diterima di Sekte Tianhan, harus melewati tiga tahap ujian: kekuatan fisik, kontrol energi, dan ketahanan mental."

Yanzhi mengangguk pelan, matanya menatap penuh tekad.

"Besok pagi, ujian akan dimulai," lanjut Lu Ming. "Istirahatlah malam ini, karena esok kalian akan diuji tidak hanya oleh diri sendiri, tapi juga oleh batas kemampuan kalian."

Roh api dalam tubuh Yanzhi bergetar pelan, suaranya penuh sinis tapi ada maksud tersembunyi.

"Istirahat yang cukup. Jangan sampai kelewatan ngantuk, biar aku gak perlu turun tangan dan bikin repot."

Yanzhi mengerutkan dahi, menahan kesal tapi juga tak mau kalah.

"Kamu pikir aku butuh kamu jaga-jaga? Aku ini bukan anak kecil yang harus diawasi. Kalau aku sampai gagal, itu karena aku sendiri, bukan gara-gara kurang tidur!"

Ia menegakkan badan, mata tajam penuh tekad.

"Aku bisa urus semuanya sendiri."

Setelah adu mulut kecil itu, Yanzhi menghela napas panjang. Dia tahu, meski keras kepala, suara roh api itu sebenarnya bukan hanya gangguan, tapi juga pengingat keras agar dia tak lengah.

......................

Hari berikutnya, suasana aula latihan Sekte Tianhan penuh dengan calon murid yang sibuk mempersiapkan diri untuk ujian masuk. Yanzhi berdiri di antara mereka, tetap fokus meski masih ada rasa was-was.

Beberapa calon murid mengobrol sambil memamerkan kemampuan dasar mereka, ada yang melepaskan semburan angin, ada yang menciptakan percikan listrik kecil di telapak tangan. Suara energi spiritual berdengung samar di udara.

Yanzhi menarik napas panjang. Ia tetap diam. Ia tahu, kekuatannya tak seberapa. Apalagi dengan kehadiran roh api dalam tubuhnya yang masih tak stabil.

"Jangan terlalu tegang," suara Lu Ming terdengar dari sisi aula, suaranya tenang dan jernih. Ia melangkah pelan ke depan barisan, berdiri di atas panggung kecil dengan sorot mata mengamati seluruh peserta.

"Ujian akan dimulai saat matahari tepat di tengah langit. Gunakan waktu ini untuk bersiap, bukan untuk pamer."

Beberapa murid langsung berhenti memamerkan kekuatan, sebagian lainnya justru terlihat gugup.

Yanzhi memejamkan mata sejenak, mencoba merasakan aliran energinya. Tapi di dalam sana, ada getaran kecil, panas yang familiar.

"Jika kau gagal hanya karena gugup, aku akan menertawakanmu sepanjang hari," gumam roh itu dalam pikirannya.

Yanzhi membuka mata, menatap lurus ke depan. "Tenang saja. Aku tak akan memberikanmu alasan untuk tertawa."

Tak lama kemudian, gong besar di ujung aula dipukul. Suara dentangnya menggetarkan lantai.

Lu Ming melangkah ke depan.

"Semua calon murid, maju ke lapangan luar. Ujian pertama: kekuatan fisik."

Yanzhi mengencangkan ikatan pakaiannya dan ikut berjalan bersama kerumunan. Di luar aula, hamparan batu dan arena terbuka menanti. Langit biru membentang, tapi tekanan spiritual di udara membuat segalanya terasa berat.

Beberapa senior sekte sudah berdiri di pinggiran arena, mengamati dengan mata tajam.

"Ujian pertama: Hadapi boneka batu raksasa dan hancurkan titik intinya. Kekuatan tanpa arah hanya membuang tenaga. Gunakan kepalamu juga."

Tiga boneka batu berdiri tegap di tengah arena. Tubuh mereka setinggi dua kali manusia dewasa, dengan inti bercahaya samar di dada.

Satu per satu calon murid dipanggil maju. Beberapa gagal total, serangannya tak menembus kulit batu. Beberapa berhasil menimbulkan retakan, namun tidak cukup dalam.

Nama Yanzhi akhirnya dipanggil.

Ia melangkah maju. Boneka batu menggeram mekanis dan mulai bergerak.

"Jangan pakai kekuatanku," bisik roh itu, mendahuluinya. "Ujian ini untuk kekuatanmu sendiri. Tunjukkan kalau kau memang layak."

Yanzhi tidak menjawab. Ia menatap ke depan, lalu mulai bergerak, mengerahkan kekuatan murninya. Gerakannya lincah, setiap langkahnya terukur. Ia menghindari ayunan lengan batu itu dan melompat ke atas bahu boneka.

Satu pukulan keras menghantam inti di dada.

Retakan muncul.

Para senior memperhatikan. Lu Ming tersenyum tipis, lalu mencatat sesuatu.

Yanzhi mendarat ringan, sedikit terengah, tapi berdiri tegap.

"Bagus," suara roh itu muncul lagi. "Tapi itu belum cukup untuk membuatku terkesan."

Yanzhi tersenyum tipis. "Aku tak pernah berniat mengesankanmu."

......................

Setelah ujian pertama selesai, para calon murid diberi waktu istirahat. Yanzhi duduk di bawah pohon besar di sisi lapangan, menyeka keringat dari dahinya. Napasnya belum sepenuhnya kembali normal, tapi matanya tetap awas, mengamati peserta lain.

"Seranganmu tadi keren," suara asing menyapanya.

Yanzhi menoleh. Seorang pemuda berambut cokelat kemerahan dengan wajah cerah berdiri di depannya, membawa labu air.

"Namaku Ren Jie. Baru dari desa Tanpo. Ini pertama kalinya aku lihat ada yang langsung retakkan inti boneka seperti itu."

Yanzhi menerima air yang ditawarkan dengan anggukan kecil. "Yanzhi."

Ren Jie duduk di sampingnya tanpa canggung. "Kamu kelihatan... kayak udah biasa menghadapi bahaya."

Yanzhi hanya mengangkat bahu. "Sedikit pengalaman."

Tak lama kemudian, seorang gadis juga ikut duduk bersama mereka. Rambutnya dikepang dua, dan matanya tajam namun bersinar penuh semangat.

"Aku melihat kalian dari barisan belakang. Ren Jie si tukang cerewet dan kamu si misterius. Aku Shi Lian."

Ren Jie mengeluh, "Eh, jangan langsung cap begitu…"

Mereka bertiga tertawa kecil. Untuk sesaat, tekanan dan persaingan di sekte itu terasa jauh. Seolah di tengah kerasnya ujian, muncul sedikit ruang untuk pertemanan.

"Hm... tak kusangka kau bisa berbaur seperti ini," bisik roh api dari dalam diri Yanzhi. "Manusia memang cepat melemah jika sendirian."

Yanzhi tak menjawab, tapi untuk pertama kalinya sejak sampai di sekte ini, ia mengizinkan dirinya sedikit rileks.

Hari berikutnya, ujian kedua dimulai. Para peserta berdiri berbaris di halaman dalam sekte, masing-masing menghadap sebuah kristal transparan yang berkilau di bawah sinar pagi. Kristal itu disebut Batu Jingshen, alat untuk mengukur kemurnian dan kendali energi spiritual seseorang.

Senior Lu Ming berdiri di depan barisan.

"Sekarang, kalian akan menunjukkan kontrol energi kalian. Tuang energi ke dalam kristal. Jika terlalu lemah, tak akan bereaksi. Jika terlalu liar, kristal akan pecah. Kalian hanya punya satu kesempatan."

Yanzhi menatap kristal di hadapannya. Tangannya perlahan terangkat. Napasnya ditahan, lalu…

"Kendalikan aliranmu, bukan paksakan. Atur nadinya, bukan tekan kekuatannya," suara roh api terdengar dalam pikirannya. "Masa kau butuh aku bahkan untuk ini juga?"

Yanzhi mengabaikannya, mencoba memusatkan pikirannya. Energi mulai mengalir dari tubuhnya ke kristal, perlahan, nyaris tak terlihat.

Kristal itu mulai bersinar... merah keemasan.

Sinar itu stabil, tidak meledak. Tapi tidak juga terlalu lemah. Tepat di ambang batas yang disebut Lu Ming sebagai "ideal".

Yanzhi menarik napas lega.

Namun dari sudut matanya, ia melihat Ren Jie yang wajahnya tampak kecewa, sinar kristalnya lebih lemah. Sedangkan Shi Lian, yang terlihat santai, membuat kristalnya bersinar putih pucat, jarang terjadi, pertanda kontrolnya sangat jernih.

Setelah giliran selesai, mereka bertiga bertemu lagi di sisi lapangan. Tak ada tawa seperti kemarin. Hanya anggukan singkat.

"Kelihatannya kita semua mulai serius, ya," gumam Ren Jie.

Yanzhi menatap langit. Ia tahu, pertemanan di sekte ini tak akan pernah lepas dari bayangan persaingan.

Setelah kristalnya bersinar merah keemasan, Yanzhi pura-pura tenang. Tapi begitu menjauh dari kerumunan, ia menggertakkan gigi.

"Kau memang tahu cara bikin orang terlihat hebat… tanpa usaha mereka sendiri." bisiknya dalam hati, kesal.

"Tentu saja," sahut roh api dengan nada malas. "Kalau tidak, mungkin kristalnya sudah pecah, atau bahkan tak bereaksi sama sekali. Kekuatanmu sendiri? Ck, masih mentah."

Yanzhi menunduk, jemarinya mengepal.

"Aku ingin lulus karena usahaku sendiri… bukan karena bantuan dari sesuatu yang bahkan aku nggak ngerti sepenuhnya."

"Lucu. Kau ingin lulus, tapi tak ingin memakai satu-satunya alasan kenapa kau masih bisa berdiri di sini."

Hening. Lalu suara roh itu merendah sedikit, seperti bergumam.

"Kalau begitu, buktikan. Jangan bergantung padaku di ujian terakhir."

Yanzhi mengangkat kepalanya perlahan, matanya menatap lurus ke depan, menembus kerumunan calon murid yang masih ribut membicarakan hasil ujiannya masing-masing. Meskipun wajahnya datar, rahangnya mengeras. Kata-kata roh itu menusuk, tapi justru menyalakan api yang selama ini tertimbun oleh rasa ragu.

"Baik," gumamnya pelan. "Ujian terakhir... aku akan lulus dengan kekuatanku sendiri."

Seketika itu, suara roh itu menghilang dari pikirannya. Tak ada sindiran, tak ada gumaman, hanya keheningan. Tapi entah kenapa, Yanzhi tahu, si roh masih memperhatikan.

Beberapa saat kemudian, seorang murid perempuan menghampirinya, wajahnya tampak ramah.

"Hey, kamu yang kristalnya menyala merah keemasan tadi, kan? Hebat juga," katanya sambil tersenyum. "Aku Mei Lin."

Yanzhi sempat terdiam, lalu mengangguk singkat. "Yanzhi."

Mei Lin tertawa ringan. "Pendiam ya? Hati-hati, di ujian terakhir nanti bisa-bisa disangka terlalu percaya diri."

"Biar mereka pikir begitu," jawab Yanzhi datar, tapi nada suaranya tidak ketus.

Mei Lin mengangguk pelan, seolah mengerti. "Kalau gitu... sampai bertemu di tahap terakhir. Semoga beruntung."

Yanzhi menatap punggung Mei Lin yang menjauh, lalu mengepalkan tangannya kembali. Kali ini bukan karena kesal, tapi tekad.

Tahap terakhir tinggal menunggu waktu. Dan Yanzhi sudah bersumpah, kali ini tidak akan ada bantuan dari roh itu.

Hanya dirinya sendiri.

...****************...

1
dewi roisah
lanjut lagi seru serunya..
Zhenzhen: Siap! Makasih banyak, senang banget kamu menikmati ceritanya /Heart//Heart/
total 1 replies
Nanik S
Lembah Angin
Nanik S
Kepala baru memang sangat bodoh
Nanik S
Pasti Yanzhi adalah sasaran Lu Ming
Nanik S
mereka seperti teman tapi yang sat keras kepala yg satu Usil 🤣🤣🤣
Nanik S
💪💪💪👍👍👍
Nanik S
Lanjutkan Tor
Zhenzhen: Lanjut terus dong! Makasih sudah ngikutin ceritanya/Joyful//Determined/
total 1 replies
Nanik S
Benar sekali untuk apa ramah pada merdeka yang merendahkan kita
Nanik S
Keras kepala bener Yanzhi
Zhenzhen: Hehe iya, Yanzhi memang keras kepala banget, tapi itu yang bakal bikin perkembangan karakternya menarik/Scream/
total 1 replies
Nanik S
Yanzhi... lemah tapi keras kepala
Zhenzhen: Betul sekali! Dia masih lemah di awal, tapi tekadnya yang keras bakal jadi pondasi pertumbuhannya nanti./Determined/
total 1 replies
Nanik S
Cerita awal yang menarik
Zhenzhen: Senang banget kalau awal ceritanya terasa menarik! Semoga bab-bab selanjutnya juga bikin penasaran ya. Terima kasih sudah membaca/Pray/
total 1 replies
Nanik S
Hadir
Zhenzhen: Terima kasih sudah hadir dan mulai baca dari Bab 1! Semoga ceritanya bisa menemani harimu. /Determined//Determined/
total 1 replies
k
Ternyata seru banget!/Angry/ceritanya ringan tapi tetap bikin penasaran. Cocok buat kalian yang suka fantasi tapi tetep mudah diikuti. Rekomen banget!/Kiss//Kiss/
Zhenzhen: Terima kasih banyak untuk ulasannya!/Heart/
Senang banget tahu kalian enjoy sama ceritanya.
Aku bakal terus usaha biar makin seru ke depannya /Determined//Determined/
total 1 replies
Aji Pangestu
waw sangat bagus
Zhenzhen: Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca dan meninggalkan ulasan seindah ini /Kiss/
Aku benar-benar senang ceritanya bisa sampai ke hati pembaca /Heart//Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!