Gadis Incaran Vampir

"Kak Darryl! terimakasih banyak untuk hari ini!" kata Aline yang tersenyum begitu manis.

"Sama-sama!" sahut Darryl dengan ramah, "Oh ya Angel, besok sore ada acara di perkebunan. Semacam pesta panen. Mau pergi bersama?" tanya Darryl menatap Angel penuh harap.

Senyum Aline segera menghilang, ketika Darryl seolah sedang mengajak Angel berkencan. Mengajaknya pergi bersama? bukankah itu artinya dia mengajak Angel berkencan.

'Apa kak Darryl menyukai Angel?' batin Aline tay tampak begitu sedih.

Angel sendiri tidak tahu harus bilang apa. Dia menoleh ke arah Aline.

"Aline, apa kamu mau pergi?" tanya Angel.

Darryl melihat ke arah Aline.

"Olivia juga akan ikut!" kata Darryl kemudian.

Aline tersentak kaget.

'Oh, ternyata aku salah sangka. Sepertinya kak Darryl mengajak kami bersama' batin Aline.

Aline yang tadinya sudah merasa sedih dan kecil hati. Mendadak terlihat begitu senang, wajahnya seperti langit yang tiba-tiba menjadi cerah setelah mendung gelap sekali.

"Tentu saja, kita berdua akan ikut!" kata Aline.

Angel pun mengangguk.

"Baguslah, aku akan jemput kalian besok. Selamat malam, selamat istirahat!" kata Darryl melambaikan tangannya pada Angel dan Aline.

"Selamat malam kak" kata Aline, sementara Angel melambaikan tangannya pada Darryl.

Darryl masuk ke dalam mobil dan pergi. Aline dan Angel juga segera masuk ke dalam rumah.

"Sudah pulang? bagaimana?" tanya bibi Martha yang sudah tidak sabar mendengarkan cerita keduanya.

Aline dan Angel duduk di ruang tengah dan menceritakan semuanya pada bibi Martha.

"Benarkah? restoran keluarga Valleroy? bibi baru dengar hal semacam itu! tapi itu bagus. Apa makanannya enak?" tanya Martha.

"Sangat enak ibu, bagaimana kalau kita datang kesana lain kali. Mungkin di jam yang sama, siapa tahu kita akan jadi pelanggan ke 100 di restoran itu lagi" Kata Aline penuh harap.

Ketiganya terkekeh, mungkin kesempatan seperti itu benar-benar akan terjadi sekali saja. Mereka tahu itu, tapi mereka juga sedikit berharap.

"Sudah malam, kalian istirahatlah. Ibu akan kunci pintu dulu!"

Angel pergi ke kamarnya. Dia sungguh tak pernah mengunci pintu kamarnya. Karena memang hanya dia, bibi Martha dan Aline yang ada di rumah. Angel pergi ke kamar mandi, membersihkan dirinya.

Setelah dia keluar, dia mencari pengering rambutnya. Tapi dia tidak menemukannya di meja rias. Seingatnya tadi pagi dia meletakkannya disana. Angel mencarinya ke tempat lain. Namun tidak ada.

Angel berdiri diam, sambil melihat ke sekeliling kamarnya.

"Mungkin di pinjam Aline?" gumamnya yang segera keluar dari dalam kamar.

Angel pergi ke kamar Aline, dan bertanya apa sepupunya itu meminjam alat pengering rambutnya. Tapi Aline bilang dia tidak pinjam, dia pakai punya dia sendiri.

"Mau pakai punyaku? ini!" kata Aline menyodorkan alat pengering rambutnya karena memang dia sudah selesai.

Angel menerimanya. Tapi dia akan melakukannya di kamarnya. Angel kembali ke kamarnya dengan membawa alat pengering rambut milik Aline.

Ceklek

Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti. Dia melihat alat pengering rambutnya di atas meja rias miliknya.

Cukup lama Angel terdiam, dia bahkan melihat ke arah jendela. Tapi jendelanya tertutup. Angel pikir, tidak mungkin bibi Martha yang mengambilnya. Bibi Martha tidak pernah mencuci rambut di malam hari.

Angel meletakkan alat pengering rambut Aline di samping alat pengering rambut miliknya. Angel menyentuh alat pengering rambutnya, dingin. Tidak seperti milik Aline yang memang bekas pakai.

Angel menggelengkan kepalanya.

"Aku pasti tidak melihatnya tadi. Mana mungkin tidak ada. Kan tadi pagi yang letakkan disini! aku harus makan manisan buah pala. Aku sepertinya mulai pikun" gumamnya sambil mengeringkan rambutnya.

Setelah mengeringkan rambutnya, Angel pergi ke tempat tidur. Dia membaringkan tubuhnya. Dia cukup lelah hari ini.

**

"Yang mulia, lepaskan anakku. Dia masih kecil! tolong ampuni dia yang mulia!"

Seorang ibu berpakaian sangat lusuh terlihat berlutut di depan Angel. Angel bingung sekali, kenapa dia berlutut di depan Angel.

"Wanita kejam, wanita jahat. Kamu tidak akan pernah bahagia! Dasar wanita haus darahh!"

Angel menoleh, seorang pria yang tubuhnya berlumuran darahh tampak menatap penuh kebencian ke arahnya.

'Kenapa dia... aku salah apa?' batin Angel yang bahkan merasa sangat ketakutan.

"Kamu tidak akan pernah bahagia, ibliss terkutukk!"

Angel sampai terhuyung dan jatuh ke belakang. Pria itu terbakar, sungguh terbakar dari bawah kakinya sampai ke kepalanya. Angel gemetaran, dia benar-benar sangat ketakutan. Dia sama sekali belum pernah melihat peristiwa yang begitu mengerikan seperti itu terjadi di depannya.

"Tidak" lirih Angel.

"Ibu!" teriak seorang anak yang di tarik paksa oleh dua orang berjubah hitam.

"Anakku! yang mulia, tolong jangan ambil jantung anakku! tolong yang mulia!"

Angel sampai menangis. Dia ketakutan, tangan wanita itu yang penuh dengan darahh bergerak perlahan ke arahnya.

Angel sungguh gemetaran, dia yakin wajahnya saat ini juga pucat ketakutan.

"Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan!"

Angel merasakannya. Kakinya di sentuh oleh wanita itu.

"Kamu wanita tak punya hati, kamu tidak akan pernah bahagia. Kamu tidak akan pernah mendapatkan kasih sayang dan cinta yang tulus, kamu akan hidup sendirian, kesepian dan menderita karena penyesalan!"

Mata Angel melebar, dia tidak mengerti. Dia tidak melakukan apapun yang menyakiti wanita itu, seharusnya. Kenapa dia bicara sepatah itu.

**

Sementara di kamar Angel, pria tampan berambut hitam itu duduk di samping Angel yang tengah mengernyitkan keningnya dengan mata terpejam. Sesekali Angel menggeleng kepalanya, sesekali tangannya mengepal, dengan keringat membasahi keningnya.

"Siapa yang menyuruhmu dekat-dekat pria itu! ini sedikit hukuman dariku. Tangan yang melambai pada pria lain, bagaimana aku harus menghukumnya!" gumam pria itu sambil meraih tangan Angel.

Pria itu membawa telapak tangan Angel ke dekat bibirnya. Pria itu mengecup telapak tangan Angel, tapi kemudian pria itu membuka mulutnya perlahan. Memasukkan telapak tangan bagian antara jari telunjuk dan ibu jari tangan Angel.

Pria itu menggigitnya dengan cukup kuat, lalu menarik tangan Angel itu. Memperhatikan hasil karyanya dengan kedua sudut bibirnya yang terangkat.

"Kamu hanya milikku, jangan pernah berpikir menyukai pria lain!" gumamnya lagi yang langsung menghilang begitu saja.

***

Bersambung...