NovelToon NovelToon
BAKSO KALDU CELANA DALAM

BAKSO KALDU CELANA DALAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Selingkuh / Playboy / Penyesalan Suami / Mengubah Takdir
Popularitas:310
Nilai: 5
Nama Author: Mama Rey

Sri dan Karmin, sepasang suami istri yang memiliki hutang banyak sekali. Mereka menggantungkan seluruh pemasukannya dari dagangan bakso yang selalu menjadi kawan mereka dalam mengais rezeki.
Karmin yang sudah gelap mata, dia akhirnya mengajak istrinya untuk mendatangi seorang dukun. Lalu, dukun itu menyarankan supaya mereka meletakkan celana dalam di dalam dandang yang berisikan kaldu bakso.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MEMBUKA LEMARI KARMIN

Saat itulah, tiba-tiba ada sebuah motor matic berhenti tepat di depan warung.  Seorang wanita yang sangat Sri kenali, nampak memutar anak kunci motor dan mematikan mesinnya dengan senyum melekat.

"Sri! Bang Karmin ada?" Sulis berteriak sambil melepas helm di kepalanya.

Sri memberi kode kepada Tumi agar lekas pergi dan menjalankan tugas yang diberikan oleh olehnya.

"Ada di dalam. Lagi tidur," sahut wanita gemuk itu sambil berjalan masuk ke dalam warung. Siang ini, warung masih nampak sepi. Sulis pun nampak mengekor.

"Haaah? Ngapain tidur jam segini? Dia ada janji sama aku." Janda itu mencebik.

Sri mendongak. "Ngapain dia janjian sama kamu? Jangan bikin Marsam cemburu lah!" ucapnya dengan santai.

Sulis sepertinya baru sadar jika bibirnya terpleset. "Maksud aku, aku ada janji sama Bang Karmin untuk pergi ke rumah Marsam. Ma maksud aku begitu. Itulah kenapa aku jadi heran kenapa dia malah tidur?"

"Dia kecapekan habis kerja rodi." Sri duduk di kursi pembeli sambil membuka kerupuk puli dan mengunyahnya.

"Kerja rodi lapo?" Sulis memicing.

"Kamu mah janda, mana paham kerja rodi dalam rumah tangga? Heheheh." Sri terkekeh renyah. Dia memang sengaja memancing emosi Sulis, karena kehadiran wanita itu pasti akan merusak rencana Sri jika tidak segera diusir secara halus.

"Wasem kamu, Sri. Sok yess banget! Cepetan bangunin Bang Karmin, katakan kalau aku mengajak dia ke tempat Bang Marsam!"

"Lhah? Kenapa malah memaksa? Kalau kamu mau ketemuan sama si Marsam, ya sudah berangkat aja sana! Ngapain pakai ajak-ajak laki ayas segala?" Wajah Sri merengut sinis.

"Mau pacaran kok bawa-bawa obat nyamuk? Emang suami ayas itu apaan? Haaah?" dengusnya.

"Dih, sewot amat sih, Sri?"

"Lhah? Siapa yang sewot? Aku kan hanya mengatakan sesuatu yang lumrah dikatakan seorang istri jika suaminya direpotin sama orang seperti kamu dan Marsam. Semua istri pasir keberatan kalau suaminya dimanfaatin terus."

"Dasar gapura kecamatan! Pikirannya sempit! Kagak punya pemikiran luas! Makanya kagak maju-maju tuh hidup kamu, Sri!" Sulis mendengkus, tatapan matanya nampak begitu nyalang karena ia geram dengan ucapan Sri.

"Yang gak maju itu ya hidupmu, Lis! Kamu itu mau-maunya dikelonin sama si Marsam secara gratisan. Tanpa status pula." Sri berbisik pelan. Dia sengaja memancing emosi Sulis dengan ejekan-ejekannya.

"Kalau kamu memang wanita maju, minimal ajaklah si Marsam menikah. Jangan diumbar secara gratisan itu memew!" cibirnya.

Sri tahu jika Sulis akan mudah tersulut emosi jika sudah membahas tentang hubungannya dengan Marsam. Padahal, Sri sendiri paham jika hubungan janda itu dengan Marsam hanya alibi dan sandiwara.

"Woi, gapura kecamatan! Dasar gembrot! Udah jelek, banyak bicara pula! Jangan mengajariku tentang bagaimana aku bertindak! Apalagi mengurusi hubunganku dengan Bang Marsam! Kamu belum tahu rasanya menjadi janda!" Suara Sulis meninggi.

"Awas aja kalau kamu sampai ketularan, wakakaka. Janda itu menular. Jangan sampai kamu menyesal kalau nanti kamu tiba-tiba menjadi janda seperti diriku, Wekekek," bisiknya di telinga Sri dengan penuh amarah.

Emosi Sulis benar-benar memuncak. Terlihat betul dari bagaimana kemarahan telah mendobrak-dobrak dari dalam dadanya dengan keras. Ditambah lagi, rasa benci kepada istri Karmin itu, memang telah merajai dirinya sejak ia dekat dengan Karmin, si penjual bakso kolor.

"Aku tidak peduli kalau pun seandainya aku menjadi janda. Setidaknya, aku tidak akan menjadi janda sepertimu!"  Sri mendengkus sebal.

"Hanya janda payah yang tak punya harga diri dan martabat lah yang mau dipakai pria secara gratisan. Apalagi tanpa status yang jelas. Janda berkelas pasti akan berpikir sejuta kali untuk berhubungan badan dengan dengan pria apalagi jika pria itu masih tetangga." Wanita gemuk itu terus menggencarkan serangan-serangan pedas lewat bibirnya.

"Jancok koen, Sri! Kamu sengaja mau membuat semua orang kampung mendengar ocehanmu yang tak berbobot itu? Akan ku-laporkan kamu kepada Bang Marsam! Kamu itu ular berkepala manusia!" Suara Sulis terdengar bergetar.

Sri hanya menggeleng seraya tertawa kuda. Dia sengaja menulikan rungu-nya. Menertawakan Sulis yang sedang dikuasai oleh kemarahan, adalah satu-satunya hal yang paling menyenangkan untuk saat ini.

"Wakakaka, wakkakak, wakakaka."

"Dasar ratu ular!" Lagi, Sulis menatap Sri dengan tajam, seakan hendak menerkam istri Karmin itu dan menelannya bulat-bulat.

"Nyi Blorong, dong? Eh, wakakak." Sri masih tergelak.

Merasa tak kuat jika terus beradu mulut dengan Sri, Sulis pun akhirnya memilih untuk mengalah dan meninggalkan Sri dengan raut wajah tak karuan.

"Dasar ular gembrot!" umpatnya.

"Iyee, iyeee, umak yang paling luwangsing! Paling suwekseeh! Paling muwontoogg! Dasar ulet bulu luwangsinggg sing sing sing sing, hahahh." Sri tergelak lepas seusai meneriaki Sulis. Sedangkan pacar Karmin itu segera melajukan motornya dengan wajah menekuk.

Sri nampak begitu senang karena bisa mengusir Sulis, dan kini ... tidak ada orang yang akan mengusik saat dirinya akan menggencarkan aksinya nanti.

"Sendirian, Sri?" sapa seorang pelanggan yang tiba-tiba muncul dan membuat Sri langsung terkeki.

"Eh, iya, Mbak."

"Karmin tumben tak nampak?"

"Oh, dia lagi semedi, wekeke. Lagi istirahat. Kecapekan dia, jadi gantian yang jaga warung."

"Semedi cari wangsit yeee?"

"Hehehe, iya, Mbak." Sri terkekeh.

"Mau bungkus atau makan sini, Mbak?"

"Bungkus saja, Sri. Sepuluh bungkus. Campur ya."

"Oyi,  Mbak." Sri pun segera membungkus bakso yang dipesan si pembeli.

"Baksomu ini enak banget, Sri. Kaldunya berasa medhog dan sedapnya terasa. Seumur-umur, gak ada bakso lezat begini," kata sesembak pelanggan Sri itu.

DEGH!

Hati Sri tercubit ngilu. Entah kenapa, dia merasa tersentil dengan ucapan wanita di sampingnya yang sedang berdiri seraya melihat Sri membungkus bakso.

"Terima kasih sudah menjadi pelanggan kami, Mbak."

"Wah, akulah yang seharusnya berterima kasih, karena kamu dan suamimu telah berhasil membuat bakso yang mampu memanjakan lidah ini, heheheh."

Sri hanya tersenyum masam, diiringi dengan anggukan gamang.

Setelah itu, banyak berdatangan para pembeli dan warung Sri kembali ramai. Sri senang karena dia bisa mengantongi uang korupsi kecil-kecilan dari Karmin, tapi dia juga gelisah karena Tumi tak kunjung datang.

"Haduh, Tumi mana sih? Kok lama amat ya? Nanti Mas Karmin keburu bangun." Sri mulai gelisah. Dia menoleh ke arah jalan berulang kali.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Tumi tiba-tiba datang. "Maap ye Sri, lama."

"Iya, Tum. Gak apa-apa. Aku tadi sempat takut. Takut kalau Mas Karmin keburu bangun." Sri menyahuti.

"Tadi masih nunggu si pembuat kunci mengerjakan. Prosesnya katanya cuma lima menit, makanya aku tungguin, eh ternyata sampai hampir setengah jam." Tumi mendengkus panjang.

Wanita itu segera memberikan pesanan Sri. "Ini yang asli, ini duplikatnya."

"Ok. Tum, nitip warung sebentar. Aku harus segera mengembalikan kunci yang asli ke tempat semula."

"Oyi, siap." Tumi pun duduk di kursi pembeli seraya mengusap keringat di wajahnya.

Sri segera masuk ke dalam rumahnya untuk memasangkan kembali kunci itu di leher sang suami.

"Mas, bangun, Mas." Ia mencoba menepuk pipi Karmin untuk memastikan apakah sang suami bisa terbangun dari ngoroknya atau tidak.

"Eehhmmm." Karmin mengubah posisi tidurnya dan kembali ngorok.

"Oh, aman." Sri pun menyeringai dan segera masuk ke kamar seraya membawa kunci duplikat itu. Dia akan mengecek isi lemari milik Karmin saat ini juga.

"Aku akan melihat apa saja yang ia sembunyikan dariku," gumamnya.

Tak menunggu lama, Sri segera memutar kunci dengan dada berdebar-debar. Tiba-tiba dia membayangkan hal yang bukan-bukan.

"Duh, bagaimana jika isinya adalah ular? Bagaimana jika ada hal mistis yang membahayakan diriku?" bisiknya.

CEKLEK.

Pintu lemari pun terbuka lebar. Sri terbelalak lebar saat mendapati isi dari lemari itu. Dia membeku dalam keterkejutan yang merajai dadanya.

"Kamu ngapain, Sri?"

Wanita gemuk itu lebih terkejut lagi saat rungu-nya dikagetkan oleh suara bentakan seseorang di belakangnya yang sangat ia kenali.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!