NovelToon NovelToon
Dunia Yang Indah

Dunia Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Spiritual / Persahabatan / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Di balik gunung-gunung yang menjulang,ada dunia lain yang penuh impian. Dunia Kultivator yang mampu mengendalikan elemen dan memanjangkan usia. Shanmu, seorang pemuda desa miskin yang hidup sebatang kara, baru mengetahuinya dari sang Kepala Desa. Sebelum ia sempat menggali lebih dalam, bencana menerjang. Dusun Sunyi dihabisi oleh kekuatan mengerikan yang bukan berasal dari manusia biasa, menjadikan Shanmu satu-satunya yang selamat. Untuk mencari jawaban mengapa orang tuanya menghilang, mengapa desanya dimusnahkan, dan siapa pelaku di balik semua ini, ia harus memasuki dunia Kultivator yang sama sekali asing dan penuh bahaya. Seorang anak desa dengan hati yang hancur, melawan takdir di panggung yang jauh lebih besar dari dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sopan Santun yang Membingungkan dan Tawaran Emas

Di dalam gudang peralatan Sekte Langit Biru yang berdebu dan tenang, Tuan Yao mengambil dua buah sapu dari raknya yang sudah ia kenal baik. Satu untuknya, satu lagi untuk Shanmu. Saat menyerahkan sapu itu pada Shanmu, matanya yang tajam memperhatikan sedikit ketegangan di wajah pemuda itu.

"Nak, tadi di gerbang... apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Tuan Yao, suaranya rendah penuh keingintahuan dan sedikit kekhawatiran.

Shanmu, dengan sikapnya yang selalu patuh, segera menundukkan kepala dan mulai menjelaskan dengan runtut namun agak terbata-bata. Ia menceritakan bagaimana Nona Lanxi tiba-tiba bertanya namanya, bagaimana ia secara refleks mundur karena panik dan teringat pengalaman buruk, serta bagaimana Leng Zuan langsung menyerangnya tanpa ampun.

Setelah mendengarkan penuh perhatian, Tuan Yao menghela napas panjang, mengusap keningnya yang mulai berkerut. "Tuan Muda Leng... aku sudah curiga sejak kemarin di ruang administrasi, matanya tidak pernah lepas darimu. Tapi yang lebih penting, nak, dengarkan baik-baik, sebisa mungkin, kau harus menghindarinya. Dia itu bukan hanya sombong, tapi juga dendam dan punya kuasa di dalam sekte. Jika bisa, jangan sampai berada dalam jarak seratus meter darinya."

Shanmu mengangguk dengan sungguh-sungguh, mencatat pesan itu dalam hatinya. "Saya mengerti, Tuan Yao. Saya akan berhati-hati."

Mereka kemudian berangkat menuju halaman depan untuk memulai pekerjaan. Sinar matahari pagi masih lembut, menerangi batu-batu putih pelataran yang luas. Tuan Yao, ingin menghindari kehebohan seperti kemarin, memberi instruksi khusus.

"Hari ini, kau menyapu dengan santai saja. Pelan-pelan. Jangan sampai membuat Diaken He terkejut lagi dan meminta taruhan yang lebih gila." Ia tersenyum kecut mengingat insiden kemarin.

Shanmu mengangguk mengerti. Ia akan berusaha mengerem kecepatan alaminya, meski itu terasa aneh baginya.

Tuan Yao pun mulai menyapu, kali ini dengan gaya yang lebih rileks. Ia bahkan bergoyang-goyang pinggul kecil mengikuti irama lagu rakyat tua yang ia nyanyikan dengan suara parau namun riang. Suasana sejenak terasa tenang.

Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.

Dari arah gerbang, seorang wanita dengan gaun biru langit dan rambut hitam bagai sutra berjalan mendekat. Nona Lanxi. Langkahnya anggun namun cepat, dan tujuannya jelas, Shanmu yang sedang berusaha menyapu dengan 'santai'.

Tuan Yao yang melihatnya langsung membeku, lalu dengan cepat menundukkan kepala, memberi isyarat pada Shanmu untuk melakukan hal yang sama. Shanmu segera menunduk, jantungnya berdebar tidak karuan. Apakah ia melakukan kesalahan lagi?

Lady Lanxi berhenti tepat di depan Shanmu yang membungkuk. Jarak mereka sangat dekat, Shanmu bisa mencium wangi bunga yang samar namun memabukkan dari gaunnya.

Kemudian, sesuatu yang tak terduga terjadi. Lady Lanxi mengulurkan tangannya yang putih dan halus, bagai giok yang diukir sempurna.

"Aku Lanxi," ucapnya, suaranya jernih namun kali ini tanpa hawa dingin yang sebelumnya. "Maaf atas kekasaran temanku tadi. Kuharap kau tidak tersinggung."

Shanmu terkesiap. Seorang wanita cantik, murid sekte yang jelas-jelas penting, meminta maaf padanya? Seorang tukang sapu? Otaknya yang polos berputar kencang. Ia buru-buru menggerakkan tangannya, menolak tanpa menyentuh tangan yang terulur itu.

"Tidak, Nona, tidak perlu meminta maaf. Saya tidak apa-apa. Dan... nama saya Shanmu." Ia menunduk lagi, lebih dalam.

Lanxi memandang tangannya yang masih terulur, lalu dengan gerakan yang lancar, menyodorkannya lebih dekat lagi, hingga hampir menyentuh wajah Shanmu yang tertunduk. Wangi bunga yang lebih kuat dan menenangkan memenuhi udara di antara mereka.

"Namaku Lanxi. Senang berkenalan denganmu."

Insting bertahan hidup dan kebingungan Shanmu langsung bereaksi. Alih-alih menjabat tangan itu, ia malah mundur. Bukan satu atau dua langkah, tetapi lima meter ke belakang dengan kecepatan yang membuat debu beterbangan. Dari jarak yang aman itu, ia membungkuk lagi.

"Nama saya Shanmu. Senang berkenalan dengan Nona."

Tuan Yao yang menyaksikan dari samping nyaris menjatuhkan sapunya. Mulutnya terbuka lebar.

Nona Lanxi jelas terkejut melihat reaksi Shanmu itu. Alisnya yang indah berkerut, membentuk ekspresi bingung dan penasaran yang mendalam. Ia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Biasanya, para pria, bahkan murid-murid sekte yang berbakat, akan berebut untuk menyentuh tangannya, atau setidaknya terpana. Tapi pemuda ini... malah kabur.

Dengan tekad yang tampaknya muncul, Lanxi kembali mendekati Shanmu, kali ini langkahnya lebih pasti. Tangannya masih terulur kedepan.

"Nama saya Lanxi. Kau bisa memanggilku Lanxi saja."

Shanmu, yang masih dalam posisi membungkuk, merasakan pendekatan itu. Tanpa pikir panjang, ia mundur lagi. Kali ini bukan lima meter, tapi dua puluh meter! Ia berhenti di dekat sebuah pohon pinus tua, masih membungkuk.

"Nama saya Shanmu. Nona... eh, maksudnya, Lanxi boleh memanggilku Kekar, atau Otot, atau yang lainnya." Ia mengira mungkin gelaran itu lebih pantas baginya daripada nama asli di hadapan orang penting.

Pemandangan ini terlalu absurd bagi Tuan Yao. Kaki tuanya terasa lemas, dan ia terjatuh terduduk di tanah, matahari pagi mengejek kejadian aneh ini. Ia mengelap keringat dingin yang membanjiri pelipisnya. Apa... apa yang dilakukan bocah ini?! pikirnya, napasnya terengah-engah karena shock yang luar biasa.

Bagaimana mungkin dia menjauh, bahkan kabur, saat diajak berkenalan oleh seorang kecantikan tak tertandingi di sekte ini?! Ini melawan semua hukum alam sosial!

Sementara Tuan Yao hampir kehilangan akal sehat, Nona Lanxi hanya menyipitkan matanya yang indah. Ekspresi bingungnya berubah menjadi sesuatu yang lebih... tertantang. Sebuah cahaya penasaran yang jarang muncul menyala di dalam pupilnya.

Dengan langkah yang tiba-tiba cepat dan lincah, ia menghampiri Shanmu yang sudah berada di dekat pohon. Saat sudah dekat, ia sendiri yang menundukkan kepalanya, dengan tangan masih terulur dengan sabar.

"Nama saya Lanxi. Jika tidak keberatan, kita bisa menjadi teman."

Shanmu, yang dikepung oleh keanggunan, wewangian, dan tekanan sosial yang tidak ia pahami, merasa jalan buntu. Pikirannya yang polos berputar cepat. Dia tidak menerima caraku menjauh. Dia bahkan menunduk padaku. Apa yang harus kulakukan? Apa yang dilakukan orang-orang biasa saat diajak berteman?

Dalam keputusasaan yang polos, Shanmu melakukan sesuatu yang sama sekali tidak terduga.

Dengan gerakan cepat, ia melemparkan sapunya ke samping. Lalu, bukannya menjabat tangan atau membungkuk biasa, ia langsung merebahkan tubuhnya ke tanah, mengambil posisi tengkurap penuh, dan menyatukan kedua tangannya di depan kepalanya yang tertunduk, dalam pose penghormatan yang biasanya diberikan kepada guru atau tetua yang sangat dihormati.

"Saya Shanmu. Sangat bersedia berteman dengan Nona Lanxi."

Suara itu keluar, jelas dan tulus, dari balik wajahnya yang menempel di tanah berdebu.

Keheningan.

Lalu, sebuah suara pecah. Bukan teriakan atau hardikan, tetapi tawa. Tawa yang jernih, ringan, dan penuh keheranan yang lucu. Lady Lanxi menutup mulutnya yang mungil dengan punggung tangannya, bahunya bergetar karena tertawa. Tawanya anggun, bagai gemerincing lonceng perak di angin, namun mengandung kegelian yang nyata. Ia belum pernah melihat tingkah polos dan lugu seperti ini.

Shanmu masih dalam posisinya, tidak bergerak, bingung dengan tawa itu. Apakah ia melakukan kesalahan lagi?

Tuan Yao, dari kejauhan, hanya bisa memandang dengan tatapan kosong. Anak ini... terlalu hormat. Itu tidak wajar, Shanmu!!! teriaknya dalam hati, merasa dirinya akan segera terkena serangan jantung hanya karena menyaksikan interaksi ini.

Setelah tawanya mereda, Lanxi melangkah mendekat. Ia membungkuk dan meletakkan tangannya yang lembut di bahu Shanmu yang tegang. "Bangunlah," ucapnya lembut.

Shanmu patuh bangun, berdiri dengan wajah memerah karena malu dan debu yang menempel.

Lanxi lalu, dengan gerakan alami yang mengejutkan Shanmu dan membuat Tuan Yao terkesiap, mulai mengibaskan debu dari pakaian biru Shanmu dengan tangannya.

"Jika kau menganggapku teman," katanya, suaranya lebih lembut dari sebelumnya, "maka jangan terlalu sopan. Sopan boleh, tapi dalam batas kewajaran. Kau tidak perlu bersujud atau kabur."

Shanmu menggaruk-garuk kepalanya, rasa malu yang dalam membakar telinganya. "Baik, Nona," jawabnya.

Lanxi langsung melotot, matanya yang indah menyiratkan sedikit kemarahan palsu. "Eh, Lanxi."

Shanmu tersedu, lalu mengangguk. "Baik... Lanxi."

Senyum yang tulus dan hangat, berbeda dari senyum menggoda atau dingin sebelumnya, menghias wajah Lanxi. Ia kemudian menoleh ke Tuan Yao yang masih terduduk, dan Tuan Yao buru-buru berdiri, berusaha terlihat biasa saja.

Kemudian, Lanxi kembali menatap Shanmu. "Sekarang, lanjutkan pekerjaanmu. Tapi..." ia berhenti sejenak, memastikan perhatian Shanmu. "Nanti sore, sekitar jam tiga, bisakah kau menemaniku ke suatu tempat?"

Shanmu tertegun. Menemaninya? Ke mana?

Sebelum ia sempat bertanya atau menolak dengan sopan, Lanxi sudah melanjutkan, kali ini dengan senyum yang sedikit licik, seperti pedagang ulung yang menawarkan bisnis.

"Aku akan memberikan upah sepuluh koin emas. Hanya untuk menemaniku."

Sepuluh koin emas. Kata-kata itu bergema di telinga Shanmu bagai lonceng emas besar. Matanya yang tadinya bingung langsung berbinar. Itu adalah gaji sehari kerjanya! Hanya untuk menemani? Tanpa pikir panjang tentang bahaya atau kesulitan, semangat praktisnya langsung menyala.

"Baik, Lanxi! Aku akan melakukannya! Aku bersedia menemanimu!" jawabnya dengan antusiasme meluap, seolah-olah ia baru saja ditawari pekerjaan impian.

Lanxi tersenyum puas, dan di balik senyum itu, ada tatapan dalam yang penuh arti, seolah-olah ia melihat sesuatu yang lebih dari sekadar seorang tukang sapu yang polos.

"Bagus. Aku tunggu di gerbang sekte, sore jam tiga tepat. Jangan terlambat."

Shanmu mengangguk, setelah itu Lanxi pun pergi, meninggalkan wangi bunga dan sekumpulan tanda tanya di udara.

Begitu Lanxi hilang dari pandangan, Tuan Yao langsung mendekati Shanmu, wajahnya campur aduk antara takjub, cemas, dan heran. "Shanmu! Kau... kau sangat beruntung sekali! Bisa berkenalan, bahkan diajak bicara seperti itu oleh Nona Lanxi! Dia itu... dia bukan orang sembarangan, nak!"

Namun, di mata Shanmu yang bersinar, tidak ada 'keberuntungan' karena berteman dengan wanita cantik. Yang ia lihat hanyalah tawaran yang adil, tenaga dan waktunya ditukar dengan sepuluh koin emas yang berkilau. Itulah keberuntungan baginya. Satu hal yang ia pahami dengan jelas di dunia yang seringkali tidak ia pahami.

Ia mengangguk pada Tuan Yao, lalu mengambil sapunya yang tergeletak. "Ayo kita lanjutkan menyapu, Tuan Yao. Jangan sampai sore nanti aku terlambat janji." Dan dengan semangat baru yang dipicu oleh iming-iming sepuluh koin emas, ia kembali menyapu, masih berusaha pelan-pelan seperti yang diinstruksikan, tetapi energi kegembiraannya terpancar jelas.

1
YAKARO
iya bro🙏
Futon Qiu
Mantap thor. Akhirnya Shanmu punya akar spritual
Futon Qiu
Karena ada komedi nya kukasi bintang 5🙏💦
YAKARO: terimakasih🙏
total 1 replies
Futon Qiu
Lah ya pasti lanxi kok nanya kamu nih🤣
Futon Qiu
Jangan jangan itu ortunya 🙄
HUOKIO
Baik bnget si lancip😍😍
HUOKIO
Mau kemana tuh
HUOKIO
Ini penjaga kocak 🤣🤣
HUOKIO
Angkat barbel alam 🗿
HUOKIO
Makin lama makin seru 💪💪💪
HUOKIO
Gass terus thor💪💪💪
HUOKIO
Mantap thor lanjut
YAKARO: terimakasih
total 1 replies
HUOKIO
Lanjutkan ceritanya thor
HUOKIO
Shanmu kuat banget untuk manusia 😄
HUOKIO
Ohhh i see💪
HUOKIO
Oalah kok gitu 😡
HUOKIO
Mantap thor
HUOKIO
Gas pacari lqci
HUOKIO
Makin lama makin seru
HUOKIO
Lanjutkan 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!