NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM SANG IBLIS SURGAWI

BALAS DENDAM SANG IBLIS SURGAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Transmigrasi / Fantasi Timur / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Zen Feng

Guang Lian, jenius fraksi ortodoks, dikhianati keluarganya sendiri dan dibunuh sebelum mencapai puncaknya. Di tempat lain, Mo Long hidup sebagai “sampah klan”—dirundung, dipukul, dan diperlakukan seperti tak bernilai. Saat keduanya kehilangan hidup… nasib menyatukan mereka. Arwah Guang Lian bangkit dalam tubuh Mo Long, memadukan kecerdasan iblis dan luka batin yang tak terhitung. Dari dua tragedi, lahirlah satu sosok: Iblis Surgawi—makhluk yang tak lagi mengenal belas kasihan. Dengan tiga inti kekuatan langka dan tekad membalas semua yang telah merampas hidupnya, ia akan menulis kembali Jianghu dengan darah pengkhianat. Mereka menghancurkan dua kehidupan. Kini satu iblis akan membalas semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zen Feng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17: BISIKAN DI BALIK PELUKAN MALAM

Suara erangan lembut seorang wanita terdengar samar dari balik pintu kayu yang tertutup. Di dalam kamar, cahaya lentera tembaga berpendar redup, memantulkan bayangan dua tubuh yang saling bersandar di bawah selimut tipis. Udara hangat bercampur aroma arak dan keringat, menggantung manis di antara napas yang tersengal.

Yaohua duduk bersandar di dada Mo Long, kulitnya yang lembap berkilat di bawah cahaya lentera. Qipao merahnya tergeletak di lantai bersama hanfu hitam Mo Long yang kusut. Napasnya masih memburu. Di belakangnya, Mo Long memeluk erat pinggang ramping wanita itu, dagunya bertengger di bahu halusnya.

"Setiap kali kau bilang 'tidak'," bisik Mo Long lembut dengan nada menggoda di telinganya, "akhirnya kau tetap jatuh lagi ke pelukanku."

Yaohua mendengus kecil, bibirnya melengkung geli. "Rayuanmu… begitu mematikan," ujarnya pelan, meski senyum di ujung bibirnya tak bisa disembunyikan.

Ia berbalik, matanya menatap mata Mo Long yang hitam berkilau di bawah cahaya temaram. Jemarinya membelai wajah pria itu perlahan, menelusuri garis rahang dan dagu yang kuat.

"Bagaimana mungkin seorang wanita tak terpikat?" ucapnya lirih. "Ketampananmu, tubuhmu yang gagah… dan tingkahmu yang hangat namun penuh misteri."

Mo Long hanya tersenyum samar, membalas belaian itu dengan usapan lembut di rambut hitam Yaohua.

Tatapan Yaohua belum juga lepas dari matanya. Ia menatap lebih dalam, seolah mencoba membaca rahasia yang disembunyikan di balik pupil tenang itu.

"Semakin aku melihatmu," katanya, suaranya mulai bergetar, "aku merasa hanyut dalam sesuatu yang tak bisa kujelaskan. Matamu… menyembunyikan sesuatu yang besar, seperti lautan yang menahan badai. Dan wajahmu… selalu memancarkan tekad untuk menguasai segalanya."

Mo Long terkekeh pelan. "Aku hanya seorang pria yang ingin memanjat ke puncak," katanya dengan nada ringan, meski sorot matanya tajam seperti bilah tersembunyi.

Yaohua terdiam sejenak, lalu menunduk. Suaranya melunak menjadi lirih. "Ambisi yang terlalu besar seringkali membawa kehancuran," ucapnya pelan, seperti berbicara pada dirinya sendiri.

Bayangan masa lalu bersama Haikun berkelebat di pikirannya—ambisi, kekuatan, dan kehilangan yang menyusul di belakangnya.

"Hal itu tidak akan terjadi padaku," jawab Mo Long mantap. Ia menunduk, menggigit lembut telinga Yaohua, membuat wanita itu tersentak kecil dan tertawa geli.

"Aku masih ingat hari ujian kelayakan pendekar," ucap Yaohua di sela tawanya. "Aku melihatmu dari jauh… dengan mudah mengatasi tiap rintangan. Saat itu aku tahu kau berbeda dari yang lain."

Ia tersenyum kecil, lalu melanjutkan, "Lalu, keributanmu dengan kakakmu, Mo Feng… membuatku penasaran. Aku membuntutimu hingga ke gang kecil di kota. Saat itu aku melihatmu bertarung—begitu tenang, begitu berbahaya. Rasanya… aku terpana."

Ia memalingkan wajahnya sedikit, menyembunyikan rona merah yang muncul di pipinya. "Sejak itu, muncul perasaan bodoh dalam diriku," katanya setengah malu, setengah tertawa. "Kerinduan pada sosok lelaki kuat yang bisa melindungiku. Bahkan sempat terbesit niat gila… ingin memberimu ramuan pemikat."

Alis Mo Long terangkat. "Ramuan pemikat?" tanyanya dengan nada penasaran.

Yaohua tertawa pelan. "Ramuan itu akan membuat seseorang terus memikirkan si pembuatnya. Efek dan durasinya tergantung pada kekuatan si target. Semakin kuat orangnya, semakin singkat efeknya."

Mo Long menyipitkan mata, nada suaranya sedikit menggoda. "Jangan-jangan kau sudah memberiku ramuan itu?"

"Tidak, tentu tidak!" seru Yaohua cepat, matanya membesar panik. Ia menampar pelan dada Mo Long. "Aku tak berani. Tapi kalau Haikun tidak ada di hidupku dulu…" ia terkekeh, "mungkin sudah kulakukan saat kau pingsan di klinikku."

Mo Long tidak tertawa. Matanya tiba-tiba tajam, ekspresinya berubah serius. Otaknya berputar cepat, menghubungkan benang merah.

"Ramuan yang bisa mengubah perasaan seseorang…" katanya pelan, tatapannya menusuk. "Bukankah efeknya mirip dengan teknik pengendali pikiran milik Haikun?"

Senyum Yaohua langsung memudar. Ia menoleh cepat, menatap Mo Long dengan ekspresi terkejut. "Darimana kau tahu tentang itu?" suaranya gemetar pelan.

Mo Long tidak menjawab, hanya menatap dalam ke matanya—tatapan yang menuntut jawaban.

Yaohua menarik napas panjang, lalu menunduk. Suaranya menjadi lirih, hampir seperti bisikan penyesalan.

"Dulu… akulah yang mengajarkan teknik itu padanya," katanya perlahan. "Saat kami masih tinggal di kedai penginapan. Pemilik penginapan kejam sekali—sering memukuli Haikun. Aku tak tahan melihatnya. Jadi aku… memberinya ramuan itu. Ramuan yang bisa menenangkan hati seseorang dengan mempengaruhi pikirannya."

Ia terdiam, lalu menatap kosong ke arah lentera yang berkelap-kelip.

"Sejak hari itu, tiap malam dia mencampurkan ramuan itu ke dalam minuman pemilik kedai. Awalnya untuk bertahan hidup… tapi perlahan, ia mulai menikmatinya. Menikmati kekuatan untuk mengendalikan orang lain."

Tangannya mengepal, buku jarinya memutih.

"Bodohnya aku baru menyadarinya, saat ia menjadi Tao, pasti dia mengembangkan ramuan itu. Hingga bisa membuat pendekar Qi menyerang pria di dekatku…"

Yaohua menutup wajahnya dengan telapak tangan, suaranya lirih dan penuh sesal. "Itu… semua berawal dariku."

Mo Long memeluknya erat dari belakang, tanpa berkata apa-apa. Hanya tatapan matanya yang kini dingin, berpikir dalam—antara simpati, kekaguman… dan sebuah rencana licik yang mulai tersusun.

'Jadi begitu... racun itu adalah evolusi dari ramuan pemikat. Menarik,' batinnya sambil terus membelai punggung Yaohua dengan lembut.

Wajahnya menunduk di leher halus wanita itu. Bibirnya menyentuh kulit lembut itu, meninggalkan jejak ciuman kecil di sepanjang bahu.

"Bagaimana mungkin seorang pendekar Qi penyembuh tahu ramuan seperti itu?" suara Mo Long terdengar rendah di telinga Yaohua, pelan tapi tajam.

"Dan bagaimana kau bisa memiliki Qi racun sekaligus teknik suara?" lanjutnya. "Kau wanita sederhana di mata semua orang, tapi setiap kali aku mengenalmu lebih jauh, kau selalu menyimpan kejutan baru."

Pertanyaannya mengalir bertubi-tubi, disertai kecupan ringan yang berpindah dari leher ke bahu, membuat tubuh Yaohua menegang geli. Ia tertawa pelan, mencoba menepis tangan Mo Long yang kian nakal.

"Kau benar-benar tak tahu kapan harus berhenti, ya…" katanya, separuh menggoda, separuh menyerah.

Ia berbalik, lalu bersandar lagi di dada Mo Long. Matanya menatap langit-langit kamar sebelum ia mulai bercerita dengan nada lembut namun getir.

"Sebenarnya… ayahku adalah anggota Klan Gu—Klan Racun Gelap. Dan ibuku berasal dari Klan Gema Iblis."

Mo Long mengerutkan dahi, matanya menyipit sedikit. 'Klan Gu? Salah satu dari Lima Klan Tertua di Kultus Iblis...'

"Cinta mereka tak pernah direstui," lanjut Yaohua. "Ayahku adalah pewaris utama Klan Gu. Ia seharusnya menikah dengan wanita dari garis murni racun. Tapi ia malah jatuh cinta pada ibuku, seorang wanita bersuara magis dari Klan Gema. Mereka kabur ke Long Ya, jauh dari pusat Kultus Iblis."

Suara Yaohua melembut, sedikit bergetar. "Ibuku meninggal saat melahirkanku. Ayahku yakin keluarganya meracuninya… dan hari pertama aku masuk Pasukan Iblis, ia pergi membalas dendam."

Ia menarik napas panjang, menatap kosong. "Tapi tentu saja… ia mati. Melawan seluruh klan sendirian adalah bunuh diri."

Hening mengisi kamar. Mo Long hanya diam, jemarinya perlahan mengelus lengan wanita itu dengan sentuhan yang menenangkan.

Keheningan itu terasa lama—nyaris terlalu lama—hingga Yaohua tersenyum canggung, berbalik dan menatapnya. "Ah, cukup soal masa laluku," katanya cepat, mencoba mencairkan suasana yang menjadi terlalu kelam.

Ia memukul pelan dada Mo Long sambil tersenyum. "Sekarang giliranku bertanya. Bagaimana bisa kau sekuat itu? Bahkan tanpa pedang pun kau bisa mengalahkanku dengan mudah."

Tatapannya melembut tapi penasaran. "Saat aku melihatmu bertarung dengan kakakmu, dan ketika kita bertarung… gerakanmu begitu presisi. Qi-mu mengalir pas, mematikan tapi tak berlebihan—seolah kau tahu semua langkah lawan sebelum mereka melakukannya."

Mo Long tidak langsung menjawab. Ia hanya menyeringai samar.

Yaohua mendengus, lalu mengecup lembut dagu Mo Long sebelum jari-jarinya menelusuri leher pria itu. "Katakanlah, bocah," ujarnya menggoda tapi tajam, "bagaimana mungkin aku, yang sudah mencapai Ranah Guru Agung dengan segudang pengalaman, bisa dipecundangi olehmu—seorang Ranah Guru muda yang bahkan belum pulih sepenuhnya?"

Mo Long menatapnya lama, lalu dengan tenang menarik dua tangan Yaohua. Tangan kanan wanita itu ia arahkan ke keningnya, sementara tangan kirinya ia letakkan di bawah pusarnya.

"Rasakan," katanya pelan.

Yaohua mengernyit. "Rasakan apa?"

"Aliran Qi-ku," jawab Mo Long datar.

Wanita itu menutup mata, membiarkan kesadarannya mengalir mengikuti energi dari kedua telapak tangannya. Ia merasakan aliran Qi yang mengalir dari ulu hati—Dantian pertama, seperti biasa.

Lalu ia merasakan aliran kedua dari bawah pusar—Dantian kedua, yang sangat langka.

Tapi kemudian...

Seketika ia menegang. Tatapannya terbelalak, pupilnya membesar, napasnya tercekat.

Ada aliran ketiga. Di kepala, tepat di kening.

"Ini… apa…?" suaranya gemetar hebat. "Bagaimana bisa Dantianmu ada tiga?!"

Mo Long hanya mengangkat bahu, nada suaranya malas. "Entahlah. Mungkin aku dilahirkan istimewa."

Namun Yaohua tidak bisa menahan rasa heran yang meluap. Ia mundur sedikit, menatap Mo Long dengan mata berbinar—campuran kagum, takjub, dan sedikit takut.

"Aku hanya pernah mendengar satu orang seperti ini," katanya bersemangat, suaranya bergetar. "Satu nama yang menggema di seluruh Jianghu, si jenius yang dijuluki Pahlawan Ortodoks—Guang Lian. Tapi bahkan dia hanya memiliki dua Dantian!"

Matanya bersinar saat menatap Mo Long, seolah baru menyadari sesuatu yang luar biasa.

"Dengan tiga Dantian… kau bisa melampaui siapa pun! Bahkan dirinya! Kau bisa menjadi manusia terkuat di seluruh Jianghu!"

Mo Long terkekeh kecil, sudut bibirnya terangkat dengan senyum nakal. "Oh ya?" katanya santai. "Kalau begitu, menurutmu… siapa yang lebih tampan, aku atau dia?"

Yaohua menatapnya dengan ekspresi bingung bercampur geli. "Kau ini… di saat seperti ini pun masih sempat—"

Namun kalimatnya terhenti. Alisnya berkerut perlahan. Senyumnya memudar.

"Tunggu." Suaranya pelan, tapi tajam. "Aku tak pernah bilang kalau aku pernah bertemu Guang Lian."

Udara di kamar tiba-tiba terasa dingin.

Mo Long tersenyum tenang, tapi matanya berkilat waspada. "Saat penyerangan ke Wudang, kau bertemu dengannya. Kau sendiri yang bercerita padaku tentang pertempuran itu."

"Iya, aku memang cerita," jawab Yaohua perlahan, matanya menyipit, mengamati setiap perubahan ekspresi Mo Long. "Tapi aku tak pernah menyebutkan nama Guang Lian. Aku hanya bilang 'seorang jenius muda dari ortodoks yang sangat kuat'."

Sejenak, keheningan jatuh di antara mereka. Keheningan yang berat dan mencekam.

Tatapan Yaohua menajam, meneliti wajah Mo Long dalam-dalam—seakan mencoba menyingkap lapisan yang disembunyikan.

"Siapa sebenarnya kau, Mo Long?" bisiknya, suaranya bergetar antara takut dan penasaran.

Dalam hati, Mo Long bergumam dingin, 'Sial, aku terlalu banyak bicara. Bodoh!'

“Aku hanya menebaknya, rumor ketampanan ‘Jenius Jianghu’ itu telah menyebar kan?”

Yaohua tak menjawab, matanya semakin tajam.

Namun sebelum kecurigaan itu tumbuh lebih dalam, Mo Long bergerak cepat. Tangannya meraih tengkuk Yaohua, menariknya mendekat. Bibirnya menempel pada bibir wanita itu, menghentikan semua kata-kata dan pertanyaan.

Yaohua terkejat, tubuhnya menegang sesaat—matanya membelalak. Namun hanya sesaat.

Perlahan, kelopak matanya menutup, dan semua tanya yang tadi berputar di kepalanya menguap bersama panasnya ciuman itu.

Ciuman itu dalam, panas, dan memabukkan. Napas mereka berpadu di udara, tubuh mereka melebur dalam irama yang seolah menghentikan waktu. Jemari Yaohua menggenggam kuat bahu Mo Long, sementara tangan pria itu membelai lembut punggungnya, menyusuri lekuk yang membuat setiap helaan napas wanita itu menjadi semakin berat.

Dunia luar seolah lenyap. Hanya ada mereka berdua, cahaya lentera yang berkelap-kelip, dan kehangatan yang membakar.

Namun di tengah keintiman yang membara itu, tiba-tiba—mata Mo Long terbuka. Tatapannya berubah tajam seperti bilah, pupilnya menyempit fokus. Dalam sekejap wajahnya yang lembut berubah menjadi dingin dan waspada.

Ia menghentikan ciuman itu, tubuhnya menegang seperti pegas siap melompat.

"Ada yang datang," bisiknya cepat, suaranya rendah dan berbahaya.

Yaohua belum sempat bertanya ketika Mo Long sudah melompat turun dari ranjang. Gerakannya cepat, nyaris tak terdengar seperti bayangan. Ia mengenakan hanfu hitamnya seadanya, hanya menutupi bagian bawah tubuhnya, lalu tangannya meraih pedang yang disandarkan di sisi kasur.

SRAK—

Pedang itu terhunus setengah dalam sekejap. Aura Qi Bayangan tipis bergetar di udara, membuat lentera di ruangan bergoyang keras. Cahayanya berkelap-kelip seperti akan padam.

BRAAAKK!!!

Pintu kamar tiba-tiba hancur berkeping! Serpihan kayu berterbangan ke segala arah, suara benturan keras menggema memekakkan telinga.

KLANG!

Dua pedang bertemu di udara—percikan cahaya biru dan hitam membutakan sesaat. Gelombang Qi menghantam udara dengan keras, membuat tirai kamar tersibak dan vas bunga di meja pecah berantakan.

BRAAK!

Mo Long terdorong mundur dua langkah, kakinya menggores lantai kayu hingga meninggalkan bekas. Matanya menyipit tajam.

'Kuat...! Ranah Guru tingkat tengah!' batinnya.

Yaohua berteriak kaget, "Mo Long!" tubuhnya mundur ke pojok ranjang, memegangi selimut yang menutupi dada dengan erat.

Mo Long berdiri tegak, pedangnya terangkat dalam posisi bertahan. Mata tajamnya menatap sosok yang muncul di ambang pintu yang hancur.

Seorang pria bertubuh kekar dengan jenggot lebat dan panjang berdiri di sana. Matanya berkilau merah menyala—tatapan kosong tanpa jiwa. Mulutnya setengah terbuka, air liur menetes. Aura jahat dan pekat menyelimuti tubuhnya seperti kabut hitam yang menggeliat.

Dari mulutnya keluar suara parau yang tidak manusiawi: "Bunuh... bunuh lelaki ini..."

Suara berat terdengar dari luar—teriakan Hu Wei yang panik memecah keheningan malam:

"TUAN!! PENDEKAR QI—!"

Mo Long menyeringai dingin. Qi Bayangan mengalir deras ke pedangnya, membuat bilah perak itu berselimut aura hitam pekat.

"Akhirnya..." bisiknya rendah, "kau datang juga."

1
Meliana Azalia
Kejamnya~
Meliana Azalia
Ngegas muluk
Ronny
Bertarung berdua nih ❤️
Ronny
Cu Pat Kai: ‘’Dari dulu beginilah cinta, deritanya tiada akhir’’
Ronny
Kayak tom and jerry gao shan sama gao shui wkwk
Ronny
Aya aya wae 🤣
Zen Feng
Feel free untuk kritik dan saran dari kalian gais 🙏
Jangan lupa like dan subscribe apabila kalian menikmati novelku 😁😁
Dwi Nurdiana
aww manisnya kisah cinta janda sama brondong ini
Dwi Nurdiana
aih pertarungan bagai dansa di malam hari😍
Dwi Nurdiana
min mao ini ya emang minta dicubit
Dwi Nurdiana
babii🤭
Dwi Nurdiana
wkwkwk rasain 🤭
Dwi Nurdiana
awal yang tragis tapi seru😍
Abdul Aziz
awal yang bagus dan menegangkan, lanjutin thor penasaran gimana si mo long ngumpulin kekuatan buat balas dendam
Abdul Aziz
paling gemes sama musuh dalam selimut apalagi cewe imut/Panic/
Ren
mampus mo feng!!
Ren
up terus up terus!
Ren
fix pelayanan min mao
Ren
hampir ajaa
apang
si mo long harus jadi lord kultus iblis!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!