Rumah tangga yang hancur ibarat ranting yang patah.Takan bisa disambung kembali.
Begitupun hati seorang istri yang telah dipatahkan bahkan dihancurkan takan mudah untuk sembuh kembali.
Seorang istri dan seorang ibu akan tetap kokoh saat diuji dengan masalah ekonomi namun hatinya akan remuk dan hancur saat hati suaminya tak lagi untuknya..
apa yang tersisa?
rasa sakit, kekecewaan dan juga penyesalan.
Seperti halnya yang dialami oleh Arini dalam kisah yang berjudul " Ranting Patah "
Seperti apa kisahnya?
Akankan Arini bertahan dalam pernikahannya?
Baca selengkapnya!!!
Note: Dukung kisah ini dengan cara baca stiap bab dengan baik,like,komen, subscribe dan vote akan menjadi dukungan terbaik buat author.
Dilarang boom like ❌
lompat bab ❌
komentar kasar atau tidak sopan ❌
Terimakasih, sekecil apapun dukungan dari kalian sangat berati untuk author 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
" M mas Arjun?"
Suaraku terbata degup jantungku tak beraturan saat aku melihat suamiku berdiri diambang pintu,namun bukan itu yang membuat jantung berdebar.
Seseorang yang berdiri disebelahnya dengan tangan saling bertautan.Seketika kakiku terasa lemas,tubuhku lunglai.Aliran darahku seakan membeku.
" Arin, ibu tolong masuk dan duduk ada hal penting yang harus saya sampaikan."
" Hal penting apa Jun?" Sela ibu yang sepertinya sudah tak sabar untuk tau.
Lain halnya dengan aku yang justru tak karuan.
Mendadak kepalaku seperti terisi rangakaian teka teki yang selama ini aku temukan.
" Arin!"
Sentak mas Arjun saat melihatku membeku.
" Sayang kamu duduk disebelah sini!" Ucap mas Arjun pada wanita yang sedari tadi bergelayut manja dilengan suamiku,wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Bu indah.Tetangga yang tempo hari menjadi bahan pembicaraan kami dengan anak-anak.
" Sayang? Mas, tunggu-tunggu ini maksudnya apa? Kamu pulang bawa Bu indah,kamu minta kami duduk berkumpul dan kamu panggil dia apa tadi? Sayang? Sayang mas sayang?" Aku tertawa getir, meksipun tenggorokanku seperti menelan serpihan kaca,sakit dan perih saat harus mengatakan itu namun aku tetap masih berusaha berfikir secara waras.
Aku tak mau emosi menguasai hati dan fikiranku hingga aku tak bisa mengontrol ucapanku.
" Arini! Bisa tidak kamu duduk dan diam, beri kesempatan Arjun untuk bicara." Ucap mertuaku.
" Nak indah,sini duduk dekat ibu."
Ingin rasanya aku mentertawakan kemalangan ku,disini seharusnya yang diajak duduk disebelah ibu adalah aku.Tapi mengapa Bu indah,sikap ibu mertuaku juga begitu hangat.Tutur katanya lembut dan wajahnya begitu cerah saat menatap Bu indah.Berbeda jauh sikapnya terhadapku.
" Sudah-sudah,sekarang giliran aku yang mau bicara." Sela mas Arjun.
Berkali-kali aku melihat mas Arjun menarik nafas lalu menghembuskan perlahan.
Hatiku tak kalah bedebar aku tak tau kejutan apa yang hendak suamiku berikan kali ini.
" Arini, indah hamil." Mas Arjun sengaja menjeda ucapannya, mungkin ingin melihat reaksiku dan ibu.
" Hamil? Lulu apa hubungannya denganku,kenapa kamu membawanya kesni,jika dia hamil maka bawa dia pas laki-laki yang semestinya harus bertanggung jawab.Bukankah dia tetangga kita,tetangga jauh kita,apa urusannya sama kamu mas? Siapa kamu bagi dia?"
Aku berusaha tetap tenang dan masih berusaha menggunakan akal sehatku.Tak ada yang tau tanganku sudah sedingin es.Jantungku berdetak begitu kencang sampai degupannya begitu jelas dipendengaranku.
" Kamu tau kenapa dia ada bersamaku,kenapa dia aku bawa kerumah ini? Karena dia hamil anakku,darah dagingku ,aku ayah dari bayi yang dia kandung dan aku yang harus bertanggung jawab atas kehamilannya,tapi bukan itu inti dari apa yang akan aku sampaikan.Aku hanya ingin mengatakan indah istriku,istri keduaku sejak satu tahun belakangan aku sudah menikahinya itu kenapa dia baru pindah kesini setalah dia resmi menjadi istriku berhubungan dia hamil jadi aku memberitahu semuanya sama kamu dan ibu agar kedepannya kamu tidak akan mempermasalahkan jika aku harus menginap dirumah indah karna aku harus menemani dia selama dia hamil."
Duaaaar
Bah disambar petir dipanas terik,hatiku hancur,aku sungguh tak bisa berkata apapun lagi.Akal sehatku seakan hilang.
Lidahku kelu,bagai dihimpit batu besar dadaku teras begitu sesak bahkan untuk bernafaspun rasanya sulit bagiku.
Tubuhku membeku,namun air mataku jatuh tanpa dikompromi.
" Apa kamu bisa menerima ini Arini?"
Tanya mas Arjun seolah itu hal yang sangat mudah baginya.
" Arini!" Bentak mas Arjun membuatku tergugah.
" Apa jika aku menolak kamu akan mundur mas? Apa jika aku tidak bisa menerima kamu akan meninggalkan dia dan kembali kepadaku? Begitu mas? Sejak kapan mas,sejak kapan kamu berbuat zina dengan perempuan tak tau diri ini!"
Aku berteriak,aku tak perduli lagi jika tetangga mendengar suaraku,aku tak perduli lagi jika anak-anak mendengar suaraku.
" Arini!"
Teriak mas Arjun dan bersiap melayangkan tangannya kewajahku.
" Tampar mas tampar! Aku sudah tidak lagi memepredulikan rasa sakit karna pisau yang kau gunuskan ke dalam sini masuk begitu dalam hingga aku sendiri tak tau lagi apa ini rasa sakit karna hatiku sudah mati bersama dengan penghianatan yang kamu lakukan."
Berkali-kali aku memukul dadaku sendri,kulupakan sejuta rasa kecewa dan amarahku.
" Jangan berlebihan Arini,dia masih suami kamu dia tidak menceraikan kamu dan kamu hanya harus berbagi dengan indah."
Dengan entengnya mertuaku mengatakan itu seakan dia bukan seorang istri dan perempuan.
" Diam Bu,kali ini tolong jangan lagi ikut campur dan terlalu banyak bicara!" Aku menatap ibu mertuaku penuh dengan amarah.
" Arini diam!"
" Kamu yang diam mas!"
suaraku jauh lebih lantang dibanding mas Arjun.
Kulihat bayangan kedua anakku dari atas,aku sengaja membiarkan mereka melihat dan tau apa yang sebenarnya terjadi karna aku lelah jika harus menjelaskan pada mereka.
" Kamu dan.terutama kamu!" Aku menunjuk wajah indah dengan jari telunjukku,ah mentap wajahnya saja rasanya aku muak.
Wajah yang cantik senyum yang indah namun dia menyimpan racun mematikan bagi wanita lain.
" Apa salahku pada kalian? Apa tidak ada laki-laki lain selain suamiku? Apa saat menerimanya kamu tak bertanya,siapa dia sudahkah dia beristri, tidakkah kamu melihat mereka? Kamu tak hanya merenggut suami dari seorang istri tapi kamu merenggut ayah dari kedua anakku.Puas kamu sekarang puas indah?"
" Dan kamu mas,dimana hati nuranimu? Jika kamu memang sudah tidak menginginkanku tidakkah kamu bisa mencraikanku? Apa tidak ada rasa iba sedikitpun dihati kamu mas? Hiks hiks
Suaraku mulai melemah, tubuhku terasa dingin tak ada cahaya lagi yang bisa kulihat semuanya gelap dan tubuhku limbung.
Flashback
( dikantor Arjun )
Tok tok tok
" Masuk!"
" Maaf pak Arjun mengganggu waktunya, begini pak proyek yang bapak tangani dibatas kota sedikit mengalami kendala apa bisa kita meeting sebentar untuk pembahasan mengenai Kendala itu?" Tanya Ardi.
Ardi merupakan anak buah Arjun yang ditugaskan bekerja terjun langsung dilapangan.
" Oh begitu,oke baiklah.Kumpulkan semua tim lima menit lagi saya sampai keruangan meeting." ucap Arjun.
Ardi gegas keluar setelah mendapatkan perintah.Semntara Arjun harus membujuk indah yang tampak murung.
" Sayang mas janji setelah meeting kita sambung lagi,mas siap untuk melakukan apapun asal kamu sabar kali ini.Kamu tau jika proyek ini samapai bermasalah mas bisa kehilangan uang ratusan juta.Sabar dulu ya sayang."
Cup cup cup
Stelah menghujami wajah indah dengan ciuman,Arjun lantas pergi meninggalkannya indah diruangan kerjanya.
Tiga puluh lima menit berlalu dan Arjun kini kembali ke ruangannya,dia mendapati wanitanya tengah terlelap disofa yang ada didekat jendela ruang kerjanya yang langsung menghadap pemandangan lalu lintas yang padat dijam kerja.
Cup
" Sayang mas sudah selesai,apa kita mau pindah ke hotel atau pulang kerumah?"
Arjun mengusap lembut puncak kepala indah.
Empeeeth
" Maaf mas aku ketiduran,em kita pulang saja kita bicarakan dirumah.Aku rasanya sangat lelah."
Ucap indah dengan manjanya.
" Untuk yang ku sayang apapun akan aku turuti.Mari permaisuriku."
Arjun merengguh pinggang istrinya dengan mesra dan membawanya keluar dari ruang kerjanya.Tak perduli tatapan mata para penghuni kantor yang menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya.
Bersambung......