NovelToon NovelToon
MENGANDUNG BENIH SI BOSS

MENGANDUNG BENIH SI BOSS

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Pernikahan rahasia / Perjodohan / CEO / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:214
Nilai: 5
Nama Author: Mama Rey

Mira tiba-tiba terjebak di dalam kamar hotel bersama dengan Angga—bosnya yang dingin, arogan, dan cuek. Tak disangka, setelah kejadian malam itu, hidup Mira benar-benar terbawa oleh arus drama rumah tangga yang berkepanjangan dan melelahkan.
Mira bahkan mengandung benih dari bosnya itu. Tapi, cinta tak pernah hadir di antara mereka. Namun, Mira tetap berusaha menjadi istri yang baik meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan. Hingga suatu waktu, Mira memilih untuk mundur dan menyudahi perjuangannya untuk mendapatkan hati Angga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MEMBERI MIRA PELAJARAN

"Gila loe, Mir! Jadi kalian udah hoho hihek?" Nana memonyongkan bibirnya hinga maju sekian senti.

"Hemmm." Mira pun mengangguk.

"Dia mabuk malam itu, dan menggendongku ke kamarnya, lalu kami melakukan hal itu. Aku sempat memberontak, sih, tapi kalah telak lah," sungutnya.

"Enak kan rasanya? Hahahah." Rika tergelak.

"Gua udah bilang, kan? M—L itu enak, bikin kepala enteng dan plong. Itulah kenapa gua suka kencan sama bule. Selain uangnya banyak, bule itu royal dan seneng M—L," tandasnya.

"Ah, pacar loe yang kemarin itu bule miskin tuh, Rik." Nana terkekeh.

"Jiaah! Itu sih lagi apes, makanya gua buang!" Rika mencebik.

"Tapi seriusan, M—L itu enak, bikin hormon endorfin dan hormon dopamin keluar, hormon kebahagiaan yang bisa membuat stress di kepala loe terkikis," sambungnya dengan tawa renyah.

"Eh, loe jangan membuat pera@wan kayak gua jadi bergejolak, dong! Gua kan masih virgin." Nana mendengkus.

"Hahahah, tanyakan kepada si Mira tuh, enak gak Mir?" Rika kian tergelak.

"Enak apanya? Sakit, dodol!" Mira mencebik juga.

"Namanya juga masih pertama, ya wajar lah kalau sakit dan perih. Next, loe M—L sama Pak Angga, dijamin loe jadi kelojotan dan ketagihan, hahahah." Si Rika terus tergelak di dalam mobil.

"Masih pertamaa pun juga udah ada glenyer-glenyer enak-enaknya gitu, cuma ya perih, hehehe. Minum asam efenamat, pasti lekas sembuh, weekekek," kelakarnya.

"Heeemmmb." Mira menyahuti dengan bibir mecucu.

"Gimana kalau loe bunting?" Nana menyambung obrolan.

"Enak dong kalau bunting, Mira bakal jadi Nyonya Angga sekaligus pencetak generasi penerus untuk keluarga Artoyudho, heheheh." Rika terkekeh.

"Dah lah ayo turun, makan dulu, nanti kita rumpik lagi," kata Nana sambil memarkir mobil di depan warung nasi padang.

****

"Kok lesu begitu, sih, Sayang?" Carla bergelayut manja di lengan Angga. Gadis itu datang saat Angga sedang badmood dan duduk sendirian di ruangannya.

"Lagi banyak kerjaan, kamu ngapain kesini?" Angga menepis sentuhan manja Carla dengan cekatan.

"Banyak kerjaan terus, sampai gak ada waktu untuk aku, huuuhh ...!" Carla mendengkus.

"Weekend kemarin kan kita sudah clubbing? Masih kurang?" Pria itu menarik nafas panjang.

"Ih, kamu jahat, kok ngomongnya gitu? Bikin bete tau gak sih?" Carla menekuk wajahnya dan berdiri di dekat kaca, dia memunggungi Angga dan melihat pemandangan di luar sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Udah aku bela-belain datang kesini, eh malah bikin bad mood!" sungutnya.

Angga berdiri, dia memeluk Carla dari belakang dengan lembut.

"Maaf, Sayang. Aku lagi pusing mikirin kerjaan. Banyak tender yang gagal bulan ini," bisiknya dengan manja.

"Makanya, ayo check in. Aku kan udah lama kebelet pengen kawin, pengen dikawinin sama kamu, biar aku bisa manjain kamu di atas ranjang kalau kamu lagi bete." Carla mulai membahas soal itu lagi.

"Ehhmm, iya, sabar dulu ya." Angga kian mempererat pelukannya di tubuh Carla.

"Kamu jangan sampai menyentuh perempuan sialan itu lho ya. Awas kalau kamu sampai berani menyentuh istrimu! Apalagi kalau sampai berani ML! Aku gak mau kamu melakukan itu dengan cewek lain. Yang pertama itu harus denganku! Titik!" Carla kembali mencebik manja.

"Heeemmmbb," kata Angga sambil merengkuh tubuh kekasihnya.

CEKLEK

"Astaga Angga ...! Kelakuanmu benar-benar memalukan!" Bu Ice tiba-tiba masuk ke dalam ruangan itu dan memergoki putranya yang sedang bermanja-manjaan dengan wanita lain.

"Mama ...?!" Pria itu tergagap dan langsung melepas pelukannya di tubuh Carla.

"Kamu benar-benar memalukan! Kamu itu sudah memiliki istri, tapi masih melakukan hal begini di kantor?" Bu Ice menatap Angga dengan tajam.

"Bagaimana kalau ada karyawan yang melihatmu?" tandasnya.

"Kenapa kau tidak menjaga perasaan Mirq?!" Bu Ice kian meradang.

"Dan kamu Carla! Kamu tahu kan kalau Angga sudah menikah? Berhentilah menggodanya! Berhentilah mengganggu pria yang sudah beristri!" Wanita itu kini menatap Carla dengan nyalang.

"Tante ... Tante lupa, ya? Aku dan Angga kan memang sudah berpacaran sejak dua tahun yang lalu. Dia ini kekasih saya, Tante! Seharusnya ... Mira yang harus malu karena sudah menikah dengan pria yang bukan sekelas dengan dia. Tante juga harusnya sadar, Tante itu salah dalam memilih menantu." Carla mencebik.

"Pergilah dari ruangan ini! Saya ingin berbicara empat mata dengan anak saya!" Bu Ice menegaskan, dia berucap tanpa melihat wajah Carla sama sekali.

"Tante jahat!" Carla mendesis.

"Mama ...! Mama ini keterlaluan sekali." Angga menyorot wajah Mamanya dengan kesal.

"Diam, kau! Tetaplah duduk di kursi kerjamu!" titah Bu Ice saat melihat Angga hendak menghampiri Carla yang bergegas keluar dari ruangannya.

Annga pun menurut, dia kembali duduk di kursi kebanggannya yang diwarisi dari sang ayah.

"Kami lupa, apa alasan kamu dinikahkan dengan Mira? Itu bukan salah Mama, bukan salah Papa juga. Kau yang salah! Kau membawa Mira ke kamar hotel dan tidur dengan gadis itu." Bu Ice meletakkan tas  jinjing miliknya di atas nakas, dan mulai mengitari ruangan kerja anaknya, sambil melihat-lihat map dan buku di laci.

"Tapi Angga dan Mira tidak melakukan apa-apa, Ma! Malam itu ada yang menjebak Angga! Malam itu Angga tiba-tiba merasa pusing dan Angga tak sadarkan diri. Saat Angga terbangun, tiba-tiba sudah ada Mira di samping Angga, tapi kami tidak melakukan apa-apa, Ma! Bagaimana cara membuat Mama percaya sih?" Pria itu terus menggerutu.

"Bagaimana kamu tahu kalau kamu tidak melakukan apa-apa dengan Mira? Sedangkan malam itu kamu tidak sadarkan diri? Kamu dalam pengaruh alkohol, dan dokter juga mengonfirmasi kalau Mira dalam pengaruh obat tidur, meskipun dengan dosis rendah." Bu Ice mendekatkan wajahnya, menatap Angga tanpa berkedip sama sekali.

"Ma ... Mira itu masih perawan, dan malam itu di hotel, tidak ada bercak darah di sprei atau di manapun itu! Jadi kami tidak melakukan apa-apa, Ma!" Wajah Angga kian meradang.

"Lalu bagaimana dengan video yang tersebar kepada rekan bisnis papamu? Seluruh tender terancam dibatalkan dan papamu hampir frustasi. Jika kau tidak menikahi Mira, mungkin hari ini kau sudah tidak akan duduk manis di kursi empuk ini! Kau tahu kan berapa nilai tender Mr. Robert? Apa kau lupa, bahwa papamu menghidupi empat istri dan beberapa saudaramu dari beda rahim itu? Haah. Terus cicilan kartu kreditmu, siapa yang akan menanggung? Jumlah ratusan juta yang setiap bulan kau keluarkan untuk berfoya-foya itu, siapa yang akan membayar?! Haah ...?! Jawab Mama kalau kau punya mulut!" Bu Ice memegang rahang putranya dengan tatapan tajam.

"Dan kau masih menyalahkan pernikahan itu? Kau masih menyalahkan Mama da Papa? Kau masih menyalahkan Mira? Seharusnya kau berterimakasih kepada perempuan itu, dia bahkan mau seatap dengan pria dingin dan egois sepertimu!" tandasnya.

Angga pun terdiam, tapi hatinya merasa sangat kesal.

"Awas kau ya, Mir! Gara-gara kamu, Mama jadi begini," sungutnya di dalam hati.

"Aku akan memberimu pelajaran, Mir!" gumamnya.

*****

Pukul lima sore, Mira pulang ke rumah. Dia diantar oleh Nana, sahabatnya.

"Thank you, Na," ucapnya seraya melambaikan tangan kepasa Nana.

"Oke." Nana pun melambaikan tangan dan melajukan mobilnya.

Mira berjalan dengan ogah-ogahan saat membuka pagar rumahnya. Dia melihat mobil Angga terparkir di depan.

"Tumben dia sudah pulang?" gumamnya.

Dia melihat Bik Wati sedang menyapu halaman, Mira pun melempar senyuman kepada ART itu.

Pintu rumah sedikit terbuka, tanpa berfikir panjang, Mira langsung masuk saja dan melewati pintu utama rumahnya.

"Kenapa baru pulang ...!" Suara Angga membuat Mira terkejut.

Dia tidak menjawab pertanyaan suaminya, dia langsung berjalan melawati Angga yang sedang duduk di ruang tamu dan segera masuk ke kamarnya. Di dalam kamar tamu itu, Mira hanya duduk termenung di samping ranjangnya.

BRUAK

Angga memasuki kamar itu dengan wajah meradang.

"Punya mulut apa gak sih? Ditanya baik-baik kok malah nyelonong begitu saja?" pekiknya.

"Bukankah kata Bapak, saya ini memuakkan? Jadi, lebih baik kita tidak usah saling berbicara!" Mira berbicara tanpa menoleh sama sekali.

Hal itu justru semakin membuat Angga murka.

"Kalau berbicara itu, lihatlah ke wajah lawan bicaramu!" teriaknya sambil menghampiri Mira.

Angga mendekati istrinya dan memegang pundak Mira dengan kasar.

"Apa kau sedang menguji kesabaranku? Apa kau mau melihat sisi kasar dari seorang Angga?!" dengusnya dengan tatapan nyalang.

"Baiklah, lihatlah ini, Mir!" Pria itu menarik baju Mira hingga sobek.

"Lepaskan saya, Pak! Sakit!" Mira meronta saat tangan Angga menarik paksa krah baju istrinya.

KREK

Baju Mira pun terkoyak. Dan Angga langsung menye—sap bibir Mira dengan kasar. Dia mengu—lum dan menggigit bi—bir istrinya dengan kasar dan garang.

"Eeemhhhh, emmmhh, emmhh." Mira berontak dan mendorong tubuh Angga dengan sekuat tenaga, tapi dia kalah telak.

"Kau marah karena aku mengambil keperawa—nanmu? Baiklah, mari kita lakukan sekali lagi, Mir! Aku akan membuatmu merasakan sakit hingga kau menyesal telah menerima pernikahan ini!" Angga mulai mengger—rayangi tubuh Mira dengan bin—nhal, dia terus melu—mat bibir istrinya dan tangannya terus bergerilya menja—mah tubuh Mira hingga wanita itu meringis saat cakaran kuku Angga melukai kulitnya.

Dengan sekuat tenaga, Mira mengambil pot kaca di meja dan ...

PRANG ...!

Mira memukul kepala suaminya dengan keras.

"AKKHHHH ...!"

Angga pun meringis kesakitan dan menghentikan aksinya.

BUGH

"Aaoooouuuhhh ...!" Angga terpental ke lantai setelah Mira menendang burung dan sepasang biji telurnya dengan sekeras tenaga.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!