Di hari ketika dunia runtuh oleh Virus X-Z, kota berubah menjadi neraka. Zombie berkeliaran, manusia bertahan mati-matian, dan pemerintahan hancur dalam hitungan jam.
Di tengah kekacauan itu, Raka, seorang pria yang seluruh hidupnya terasa biasa, tiba-tiba mendapatkan Zombie Hunter System—sebuah sistem misterius yang memungkinkannya melihat level setiap zombie, meningkatkan skill, dan meng-upgrade segala benda yang ia sentuh.
Saat menyelamatkan seorang wanita bernama Alya, keduanya terjebak dalam situasi hidup-mati yang memaksa mereka bekerja sama. Alya yang awalnya keras kepala perlahan melihat bahwa Raka bukan lagi “orang biasa”, tetapi harapan terakhir di dunia yang hancur.
Dengan sistemnya, Raka menemukan kendaraan butut yang bisa di-upgrade menjadi Bus Tempur Sistem:
Memperbesar ukuran hingga seperti bus lapis baja
Turret otomatis
Armor regeneratif
Mode penyimpanan seperti game
Dan fitur rahasia yang hanya aktif ketika Raka melindungi orang yang ia anggap “pasangan hidup”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Yudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sinyal Dari Utara
Kabut semakin menebal, seolah menutupi dunia dengan selimut abu-abu. Hujan yang tadinya rintik kini berubah menjadi gerimis rapat, memantul di aspal retak dan menambah suara statis yang menempel di telinga. Raka berjalan paling depan, tubuhnya sedikit membungkuk agar visornya tidak penuh air. Alya mengikuti tepat di belakangnya, jari-jarinya menggenggam erat gagang pisau.
Mereka sudah berjalan hampir sepuluh menit sejak sistem mendeteksi sinyal tak dikenal. Sepanjang perjalanan, tak ada satu pun zombie berkeliaran. Bahkan burung atau hewan kecil pun tak terdengar.
“Raka…” Alya berbisik dengan nada yang nyaris tenggelam oleh suara hujan. “Kenapa sepi banget? Sinyal sekuat itu berarti ada sesuatu di depan. Tapi kenapa malah nggak ada apa pun?”
Raka mengerutkan kening. “Kalau teritori makhluk berevolusi seperti yang tadi… mungkin mereka sengaja membersihkan area.”
“Membersihkan? Maksudmu mengusir zombie lain?”
“Atau memakannya,” jawab Raka lirih.
Alya memeluk lengannya sendiri, bulu kuduknya berdiri. “Aku nggak suka ini…”
Mereka terus bergerak sampai bangunan-bangunan tua mulai terlihat di sisi jalan. Sebuah ruko tua dengan plang roboh, bekas minimarket yang terbakar setengahnya, dan sebuah halte bus yang sudah karatan. Kabut makin tipis setelah mereka memasuki area ini, seolah ada angin hangat samar yang keluar dari satu titik tertentu.
Raka membuka tampilan HUD sinyalnya.
> [Distance: 47 meters]
[Direction: North]
[Category: Unknown Device / Living Entity (?) ]
“Dekat banget…” gumam Raka.
Alya menegakkan tubuhnya. “Siapa pun atau apa pun itu… pasti bukan hal baik.”
Mereka menyeberangi jalan, melintasi sebuah simpang yang dipenuhi mobil berserakan. Ban-ban mencair setengah, jendela retak, dan jejak cakar terlihat di banyak permukaan. Bukan cakar biasa—lebih panjang, dalam, dan bergerigi.
“Raka…” Alya menahan napas. “Jejak ini bukan dari makhluk yang kita lawan tadi, kan?”
Raka menggeleng. “Nggak. Ini lebih besar.”
Alya mengepalkan tangan. “Kita harus tetap maju?”
Raka menatapnya sejenak lalu mengangguk. “Kita harus tahu apa yang terjadi di sini.”
Mereka berdua melangkah maju lagi.
Setelah beberapa menit menelusuri blok ruko itu, mereka akhirnya menemukan sumber sinyal: sebuah gedung kantor kecil tiga lantai dengan papan nama tua bertuliskan “LABORATORIUM NUSA GENETIKA – Cabang Riset B3”.
Bangunan itu tampak nyaris utuh, hanya retakan di dinding dan jendela pecah. Tetapi anehnya… pintu depannya setengah terbuka, dan cahaya redup memancar dari dalam.
Alya menggigit bibir bawah. “Lab genetika…?”
Raka menatap papan itu lebih lama. “Kayaknya kita baru nemu sesuatu yang besar.”
Kabut di sekitar gedung bergerak aneh—seperti disedot ke arah pintu masuk. Raka merasakan kulitnya gatal ketika angin itu menyentuh helmnya, seolah ada sesuatu yang tidak terlihat sedang mengawasi.
“Masuk?” tanya Alya dengan ragu.
“Ya,” jawab Raka. “Tapi pelan-pelan.”
Mereka melangkah masuk.
Bagian dalam gedung itu lebih menyeramkan daripada luar. Ruangan lobby yang seharusnya teratur tampak porak-poranda. Meja resepsionis terbalik, kursi berserakan, dan di dinding terdapat bercak hitam seperti gosong.
Alya memainkan senter kecil dari sistem, menyorot ke seluruh ruangan. “Raka… lihat lantai itu.”
Raka menunduk.
Ada jejak kaki.
Namun bukan kaki manusia.
Lebih besar, seperti kaki hewan… tapi dengan bentuk jari-jari panjang dan kuku logam.
“Ada sesuatu yang… tinggal di sini,” kata Alya.
“Dan mungkin itu yang mengendalikan makhluk tadi,” balas Raka sambil menajamkan pendengarannya.
Dia melangkah lebih jauh ke dalam, mengintip setiap lorong yang mereka lewati. Raka mengangkat pedang sistemnya tinggi-tinggi.
Lorong itu dipenuhi pintu laboratorium. Setiap pintu memiliki papan kecil dengan tulisan: Sampel 02A, Sampel 04C, Unit Evolusi, Proyek Fase-B, dan sejenisnya.
Alya membaca satu panel kaca yang tidak terlalu rusak.
> “PERCOBAAN HIBRIDA BIO-MEKANIK
Status: Rahasia Tingkat Tertinggi
Disetujui oleh: Komite Penelitian Sentral”
Alya memandang Raka dengan wajah pucat.
“Mereka bikin hibrida di sini? Makhluk yang tadi itu… buatan manusia?”
Raka tidak menjawab langsung, tapi sorot matanya cukup berbicara. “Bukan cuma itu. Kayaknya proyek mereka gagal… atau sengaja dilepas.”
Alya mengusap lengannya sendiri. “Raka, kalau lab ini masih aktif… berarti masih ada orang yang ngatur semuanya, kan?”
“Tergantung. Atau mungkin…” Raka menarik napas panjang. “Mungkin semuanya udah nggak ada, dan makhluk ciptaan mereka mengambil alih.”
Mereka menaiki tangga menuju lantai dua.
Suasana semakin mencekam ketika mereka naik. Tangga itu berderit, dan ada bau logam pekat—bau darah lama tercampur oli. Lampu-lampu neon gantung berkedip pelan, memantulkan bayangan-bayangan bergerak di dinding.
Di ujung koridor lantai dua, mereka melihat sebuah pintu logam besar dengan papan bertuliskan:
> RUANG SERVER UTAMA – DILARANG MASUK
Raka berhenti. “Sinyalnya… dari dalam.”
Alya menelan ludah. “Raka…”
“Aku tahu.”
Ia mendekati pintu itu perlahan, menempelkan telinganya. Tidak ada suara. Tidak ada geraman atau gesekan logam. Seolah ruangan itu sepenuhnya sunyi.
Raka memegang gagang pintu.
“Siap?”
Alya mengangguk, meski gemetar sedikit.
Raka menarik pintu logam itu.
KRIIIEEEET—
Ruangan di baliknya gelap gulita. Tidak ada cahaya sama sekali. Hanya suara dengungan rendah seperti mesin tua.
Raka menyalakan senter helmnya, dan sinarnya menyapu seluruh ruangan.
Server-server besar berjejer rapi seperti rak-rak raksasa. Sebagian berkedip lemah, sebagian mati total. Kabel-kabel menjuntai dari langit-langit seperti akar pohon.
Alya memeriksa HUD-nya.
> [Signal Strength: MAX]
“Raka, sinyalnya ada di tengah ruangan.”
Raka melangkah masuk, pedang siap. Alya mengikuti, menatap gelap di antara rak-rak server.
Hingga mereka tiba di pusat ruangan.
Dan di situlah mereka menemukannya.
Di tengah ruangan, berdiri sebuah kapsul kaca setinggi dua meter. Kabel tebal menempel di seluruh sisinya. Cairan gelap memenuhi dalamnya, membuat isinya tidak terlihat jelas.
Namun yang paling mencolok adalah benda di puncak kapsul itu—
—sebuah alat logam berbentuk mata besar, dengan lensa merah yang berdenyut pelan seperti jantung.
Setiap denyutnya mengeluarkan gelombang kecil—gelombang yang sama dengan sinyal yang sistem Raka tangkap.
Alya melangkah mundur. “Raka… apa itu?”
Raka mengamati perangkat itu dengan serius. “Alat pemancar… atau pengendali.”
Alya menelan ludah. “Pengendali… makhluk-makhluk tadi?”
Sebelum Raka menjawab, mata logam itu bergerak.
Klik.
Lensa merahnya mengarahkan diri tepat ke arah Raka dan Alya.
Alya tersentak. “Raka… dia ngelihat kita!”
Monitor-monitor di dinding yang tadinya mati mendadak menyala bersamaan, menampilkan puluhan garis kode berkecepatan tinggi. Suara speaker tua hidup sendiri.
Sebuah suara yang terdistorsi muncul dari seluruh ruangan.
Suara itu bukan suara manusia.
Bukan zombie.
Melainkan perpaduan keduanya, seperti suara seseorang yang tenggorokannya diisi logam kasar.
> “Unit-08B… mendeteksi… penyusup…”
Alya memegangi kupingnya. “Suara apa ini?!”
Raka berusaha tetap tenang. “Tunjukkan diri!”
Namun bukannya menjawab, lensa merah itu semakin terang, memancarkan cahaya kuat ke kapsul kaca.
Cairan gelap di dalamnya mulai mendidih.
Alya menatap kapsul itu dengan ketakutan yang nyata. “Jangan bilang… Raka, ada sesuatu di dalam kapsul itu!”
> “Proses… aktivasi… dimulai…”
Seluruh ruangan bergetar.
Rak server berderit, lampu berkedip semakin cepat, suara mekanik berdengung keras.
Kapsul kaca mulai retak.
KRRAAAKKK…!
Alya mundur beberapa langkah. “Raka—kita harus pergi!”
“Tidak bisa!” Raka menatap rekah kaca semakin lebar. “Kalau makhluk ini lolos, bakal jadi bencana!”
Retakan semakin melebar hingga seluruh permukaan kapsul seperti jaring laba-laba.
Dari dalam, sepasang mata merah menyala—dua kali lebih besar dari makhluk hybrid sebelumnya.
Tubuh besar di balik kaca mulai bergerak.
Alya menarik lengan Raka dengan panik. “Raka—lari! Sekarang!”
Kapsul itu pecah.
CRESSSHHH!!!
Cairan gelap menyembur keluar, membanjiri lantai. Dan dari dalamnya, sebuah makhluk raksasa perlahan bangkit—campuran daging dan logam, tubuhnya setinggi dua kali manusia normal, dengan rahang logam yang bisa mematahkan mobil dalam sekali gigitan.
Lalu suara itu berbicara lagi.
> “Unit-01… aktif.”
Raka mengangkat pedang.
Alya mempersiapkan pisau.
Makhluk itu mengangkat kepalanya… dan mengaum.
—Bab 9 Tamat—
semangat thor